Gubernur Jabar Ridwan Kamil bersama Abah Olot sesepuh Kampung Adat Kranggan di Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi. (FOTO: ISTIMEWA/HUMAS PEMPROV JABAR)

Penggunaan bahasa Sunda lemes saat berbicara dengan yang lebih tua dan dihormati terdengar sopan dengan intonasi halus dan lembut.

Misal, anak berbicara kepada orang tua, wajib menggunakan bahasa Sunda halus. Ketika anak-anak berbicara kepada orang tuanya dengan bahasa Sunda kasar dianggap tidak sopan.

Walaupun berbicara dengan orang biasa dan sepantaran, sebaiknya gunakan bahasa halus sebagai sopan santun. Sampai saat ini, undak usuk bahasa masih bertahan, terutama di Bandung Raya. Namun harus diakui, kini undak usuk dalam bahasa Sunda mulai terkikis. 

Penyebabnya, banyak orang tua tidak mengajarkan bahasa lemes atau halus kepada anak-anak mereka. Sementara, anak-anak lebih fasih menggunakan basaha Sunda kasar dari pergaulan sehari-hari. Akibatnya, bahasa Sunda kasar justru lebih banyak digunakan anak-anak, baik di rumah maupun di pergaulan. 

Upaya untuk mempertahankan agar undak usuk bahasa Sunda tetap bertahan telah dilakukan Pemprov Jabar dengan memasukkan mata pelajaran Bahasa Sunda di sekolah dasar (SD). 

6 Jenis Bahasa Sunda Lemes

Dalam bahasa Sunda, lemes memiliki arti, halus, lembut atau sopan. Tujuan penggunaan basa lemes atau bahasa halus untuk menunjukkan hormat dan santun kepada lawan bicara.

Terdapat enam jenis penggunaan tata krama bahasa Sunda lemes atau halus. Pertama, basa (bahasa) lemes pisan (sangat halus) atau luhur (tinggi). Kecap luhur atau kosakata tinggi biasa dipakai untuk meninggikan lawan bicara yang memiliki pangkat dan kedudukan tinggi. 

Contohnya, berbicara kepada para bangsawan, gubernur, bupati, raja, dan presiden. Bahkan digunakan juga untuk membicarakan Tuhan.  Jenis kosa kata ini utamanya dipakai pada zaman feodal.

Kedua, basa lemes keur batur (bahasa halus untuk sesama). Kotakata lemes jenis ini biasa digunakan kepada lawan bicara yang baru bertemu atau dikenal. Tujuannya sebagai tata krama dan sopan santun agar lawan bicara tidak tersinggung.

Sebab orang Sunda, terutama di Priangan, sangat memahami, seseorang menggunakan bahasa Sunda kasar saat bicara, biasanya sedang marah atau tidak senang.

Ketiga, basa lemes keur sorangan/lemes sedeng (bahasa halus untuk diri sendiri/sedang). Keempat, basa lemes kagok/panengah (bahasa halus tengah). 

Kelima, basa lemes kampung/dusun, dan keenam, basa lemes budak (bahasa halus untuk anak kecil).


Editor : Agus Warsudi

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network