BANDUNG, iNews.id - Kisah Lutung Kasarung merupakan cerita masyarakat yang dilatarbelakangi Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda berabad-abad lalu. Cerita legenda ini selalu dituturkan secara turun temurun di Tatar Pasundan.
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Lutung Kasarung berarti lutung yang tersesat. Isi dari legenda ini memang mengisahkan seekor lutung sebagai perwujudan dari seorang pangeran tampan.
Banyak nilai-nilai sarat makna dari kisah Lutung Kasarung berupa kesabaran, ketabahan kisah percintaan hingga ambisi kekuasaan.
Berikut kisah Lutung Kasarung yang dirangkum iNews.id dari berbagai sumber
Kisah Lutung Kasarung
Sanghyang Guruminda
Konon pada zaman dahulu, di Tanah Pasundan, tersebutlah sebuah kisah yang sangat terkenal hingga kini. Cerita ini diawali dengan pangeran tampan bernama Sanghyang Guruminda yang dihukum dengan dibuang ke Buana Panca Tengah (bumi) karena melakukan kesalahan di kahyangan dalam wujud seekor lutung.
Sanghyang Guruminda kemudian tersesat di sebuah hutan sehingga dia diberi nama Lutung Kasarung.
Kerajaan Pasir Batang
Dalam kisah lutung kasarung ini pun tersebutlah Prabu Tapa Agung, Seorang raja dari Kerajaan Pasir Batang, yang telah tua dan sakit-sakitan. Dia hidup bersama dengan istrinya yang sangat sabar mengurusnya yaitu, Sang Permaisuri.
Dia berencana akan menunjuk salah seorang putrinya untuk menjadi ratu sebagai penggantinya dan memerintah Kerajaan Pasir Batang. Sebagai raja yang bijaksana, dia berpikir secara mendalam tentang keputusannya ini.
Dia sama sekali tidak mempunyai seorangpun putra mahkota. Tujuh anak yang dilahirkan oleh permaisuri semua perempuan. Lima di antaranya sudah menikah dengan para pangeran dari kerajaan-kerajaan lainnya. Sementara dua putri lainnya, yaitu Putri Purbararang dan Putri Purbasari belum menikah, jadi masih tinggal di istana bersama mereka.
Setelah mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya, akhirnya sampailah pada rencana untuk mengangkat Putri Purbasari sebagai penggantinya guna memerintah Kerajaan Pasir Batang.
Rencananya itu dia sampaikan kepada seluruh kerabat dekat istana dan para pembesar kerajaan. Semua orang menyetujui rencana Prabu Tapa Agung dan memuji kebijaksanaannya, kecuali Putri Purbararang dan Raden Indrajaya yang merupakan tunangan Putri Purbararang.
Ambisi Kekuasaan
Dala, kisah Lutung Kasarung ini, Purbararang yang merasa sebagai putri sulung jauh lebih berhak untuk mendapatkan kehormatan sebagai pengganti Prabu Tapa Agung. Selain itu, hidup sebagai ratu bagi Putri Purbararang bermakna harta dan kekuasaan.
Demikian juga calon suaminya, Raden Indrajaya yang merupakan putra salah seorang menteri istana. Namun, keputusan Prabu Tapa Agung sudah bulat. Putri Purbasari adalah calon ratu, penggantinya kelak jika ia akan mundur dari tampuk kepemimpinan Kerajaan Pasir Batang.
Akhirnya, Putri Purbararang yang marah dan kesal dengan keputusan Prabu Tapa Agung, pergi menemui seorang dukun sakti. Dia akan menggagalkan semua rencana penobatan Putri Purbasari sebagai ratu. Ni Ronde nama perempuan tua itu. Da adalah seorang dukun jahat yang dapat melakukan pekerjaan apapun asal diberi imbalan yang besar.
Putri Purbasari Diasingkan
Sihir yang dilakukan oleh Ni Ronde sangat mengerikan. Dalam semalam, Putri Purbasari terkena teluh berupa penyakit kulit yang menjijikkan. Seluruh wajah, tubuh, hingga ujung kakinya melepuh dan bernanah. Penyakit itu menimbulkan aroma busuk. Tidak ada tabib yang dapat mengobati penyakitnya itu, semua menyerah.
Setelah itu, menghadaplah Putri Purbararang kepada Prabu Tapa Agung. Bersama Raden Indrajaya, dia menghasut Prabu Tapa Agung untuk mengasingkan Putri Purbasari ke hutan.
Menurut Putri Purbararang dan Raden Indrajaya, tidaklah mungkin Putri Purbasari menggantikan ayahandanya itu menjadi raja. Putri Purbasari, menurut Putri Purbararang memang tidak seharusnya menjadi ratu karena hanya seorang putri bungsu.
Justru Putri Purbararang-lah yang paling berhak dianugerasi tampuk kekuasaan kerajaan Pasir Batang. Putri Purbararang merasa berhak menjadi ratu karena dia adalah putri sulung.
Menurut Putri Purbararang dan Raden Indrajaya, pastilah Putri Purbasari telah terkena kutukan karena menyalahi kebiasaan kerajaan-kerajaan dari zaman dulu: yang paling berhak dinobatkan sebagai raja atau ratu adalah anak sulung, bukan anak bungsu.
Berkat kepandaian Putri Purbararang dan Raden Indrajaya berbicara, akhirnya Prabu Tapa Agung dan Permaisuri berhasil dipengaruhi. Putri Purbasari kemudian diasingkan ke hutan.
Hati Prabu Tapa Agung dan Permaisuri sangat sedih. Putri Purbasari adalah putri yang paling dikasihinya karena sopan-santun, kecerdasan, dan sifat-sifat baiknya, kini harus pergi diasingkan ke hutan yang penuh dengan binatang-binatang buas.
Namun, Prabu Tapa Agung harus melakukannya. Bisa saja kata-kata Putri Purbararang benar. Jika Putri Purbasari memang terkena kutukan, maka dia harus dijauhkan dari istana dan kerajaan. Bisa saja penyakit itu sangat menular dan membahayakan seluruh rakyat kerajaan Pasir batang.
Persahabatan dengan Binatang Hutan
Kepada patih kepercayaannya yang bernama Uwak Batara Lengser, Prabu Tapa Agung menyerahkan Putri Purbasari untuk diasingkan ke hutan yang berada di luar wilayah kerajaan Pasir Batang. Dia meminta Uwak Batara Lengser untuk membuatkan pondok yang kokoh, meskipun sederhana untuk Putri Purbasari. Maka demikianlah, Putri Purbasari ditinggalkan di sebuah hutan yang lebat, jauh dari istana.
Di mana seorang yang baik hatinya, dan bagaimanapun rupanya, akan mudah diterima oleh lingkungannya berada. Demikian juga dengan Putri Purbasari. Berada di hutan justru membuatnya dekat dan akrab dengan binatang-binatang. Tidak ada hewan buas yang jahat kepadanya. Justru mereka selalu melindungi Putri Purbasari. Dia tak pernah kelaparan, karena beraneka ragam buah-buahan dan umbi-umbian disediakan oleh binatang-binatang sahabatnya.
Salah satu binatang yang paling sering membawakan makanan untuk Putri Purbasari adalah seekor lutung, yang tidak lain adalah Lutung Kasarung, yaitu jelmaan Sanghyang Guruminda. Lutung yang dapat berbicara itu sangat baik kepadanya.
Tidak hanya mengantarkan makanan, lutung yang gerak-geriknya selalu menarik perhatian Putri Purbasari itu setia menemaninya ke mana-mana. Bersama lutung itu Putri Purbasari tak pernah merasa kesepian.
Pada suatu hari, Putri Purbasari demikian rindu kepada ayahandanya Prabu Tapa Agung, hingga dia menangis dan meratapi penyakit kulitnya yang membuatnya dianggap terkena kutukan itu.
Lutung Kasarung yang mendengar ratapan Putri Purbasari segera mengerti siapa sebenarnya gadis itu. Dia segera menyelinap pergi. Dia berdoa kepada Yang Maha Kuasa untuk memberikan obat kesembuhan untuk Sang Putri Purbasari.
Dengan doa yang dipanjatkan oleh Sanghyang Guruminda atau Lutung Kasarung ini, maka terciptalah sebuah telaga kecil. Segeralah Lutung Kasarung menemui Putri Purbasari yang terlihat masih menangis meratapi kerinduannya kepada ayahnya.
Telaga Berkhasiat
Lutung itu kemudian berbicara dan meminta Putri Purbasari untuk mandi dan berendam ke telaga tadi. Putri Purbasari tentu saja terkejut setelah mengetahui bahwa Lutung Kasarung bisa berbicara seperti manusia.
Keajaiban itu tentu saja membuat Lutung Kasarung lebih mudah meyakinkan Putri Purbasari agar mau berendam dan mandi di telaga kecil. Putri Purbasari percaya bahwa lutung-kera hitam legam berekor panjang itu bukanlah binatang sembarangan. Dia pasti telah dikirimkan oleh Yang Maha Kuasa untuk menolongnya.
Benar saja, setelah mandi dan berendam di air telaga kecil itu, penyakit kulit yang menjijikkan dan beraroma busuk yang diderita Putri Purbasari sembuh. Tidak ada bekas sama sekali di wajah dan tubuhnya bahwa dia pernah terkena penyakit.
Bahkan, kulitnya menjadi lebih segar, cerah, dan halus dari sebelumnya. Wajahnya yang memang cantik, dan kulitnya yang semula memang mulus, menjadi lebih cantik dan mulus lagi. Putri Purbasari gembira sekali. Doa sangat berterima kasih kepada Lutung dan Yang Maha Kuasa.
Hak Tahta
Selanjutnya dalam kisah Lutung Kasarung ini, tersebut di istana Kerajaan Pasir Batang, Prabu Tapa Agung dan Permaisuri yang sangat merindukan Putri Purbasari akhirnya memerintahkan para dayang dayang untuk menjenguk keadaan Putri Purbasari.
Setelah sampai di hutan tempat di mana Putri Purbasari diasingkan, terkejutlah para dayang dayang melihat keadaan Putri Pusrbasari yang telah sembuh sama sekali dari penyakit kulit yang menjijikkan itu. Dia kemudian meyakinkan Putri Purbasari dan mengajaknya untuk kembali ke istana.
Awalnya Putri Purbasari menolaknya, tetapi karena mendengar betapa ayahandanya Prabu Tapa Agung sangat merindukannya, akhirnya dia menerimanya. Putri Purbasari dengan ditemani oleh Lutung Kasarung kembali ke istana Kerajaan Pasir Batang bersama para dayang dayang.
Kepulangan Putri Purbasari ke istana disambut dengan sangat gembira oleh Prabu Tapa Agung, tetapi tentu sebaliknya dengan Putri Purbararang dan Raden Indrajaya. Mereka berdua merasa terancam posisinya. Benar saja, Prabu Tapa Agung akan membuat pengumuman bahwa tahta kerajaan akan segera diserahkan kepada Putri Purbasari.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait