JAKARTA, iNews.id - Kisah hilangnya kekayaan Pajajaran tak lepas dari lengsernya Prabu Siliwangi sebagai raja. Penggantinya, Surawisesa yang naik tahta mendapat tantangan berat di tengah mulai berkembangnya Kesultanan Cirebon dan Demak.
Di masa pemerintahan Raja Surawisesa ini Pajajaran bahkan kehilangan sebagian besar wilayah di pesisir utara Pantai Jawa. Hal ini dikisahkan pada buku "Hitam Putih Pajajaran : Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran" dari tulisan Fery Taufiq El Jaquenne.
Saat itu konon Kesultanan Cirebon yang dipimpin Syarif Hidayatullah memang tak terlalu memiliki pasukan dan benteng strategi yang kuat. Tetapi sokongan dan dukungan Kerajaan Demak menjadikan Cirebon menjadi musuh yang mumpuni bagi Kerajaan Pajajaran.
Beberapa wilayah kekuasaan Pajajaran, mulai dari Galuh, Sumedang, dan Citarum perlahan tapi pasti dikuasai oleh Kesultanan Cirebon dibantu oleh Kerajaan Demak. Sejak tahun 1528 Masehi, Cirebon menyerang wilayah Galuh yang menjadi kekuasaan Kerajaan Pajajaran.
Pertempuran ini juga memperlihatkan peran Demak yang cukup signifikan. Demak mengirimkan meriam beserta pasukan perang pada saat Cirebon mulai terdesak mundur. Sehingga pasukan Galuh tidak berdaya menghadapi panah besi yang besar dan menyemburkan kukur ireng dengan suara seperti guntur yang memuntahkan logam panas.
Alat perang seperti tombak, anak panah, pedang, dan lain sebagainya lumpuh seketika karena meriam dari Demak. Pada akhirnya jatuhlah Galuh, menyusul dua tahun kemudian jatuh pula Kerajaan Talaga, yang menjadi benteng terakhir Kerajaan Galuh.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait