INDRAMAYU, iNews.id - Pemkab Indramayu mengambil sikap soal kotroversi Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun yang berlokasi di Blok Sandrem, Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu. Pemerintah daerah berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan menjaga agar tidak terjadi gejolak sosial.
Asisten Daerah Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Indramayu Jajang Sudrajat mengatakan, Pemda Indramayu menyerahkan kewenangan untuk menganalisis dan menentukan tindakan terhadap Ponpes Al Zaytun tersebut kepada pemerintah pusat.
"Hal berkaitan dengan agama itu adalah kewenangan pemerintah pusat. Paling kami hanya bisa berkoordinasi dengan perwakilan pemerintah pusat di daerah yaitu kementerian agama," kata Asda Bidang Pemerintah dan Kesra Setda Indramayu, Kamis (11/5/2023).
Jajang Sudrajat menyatakan, kecuali permasalahan agama tersebut menimbulkan kerawanan sosial di masyarakat. Maka, di situ pemerintah daerah akan turun untuk ikut serta menyelesaikan.
"Kami melihat hanya dari sisi kerawanan sosial. Jika ada konflik dengan masyarakat sekitar, nah baru kita turut menyelesaikan. Tapi sejauh ini tidak ada laporan terkait gejolak sosial masyarakat di lingkungan sekitar (ponpes Al Zaytun)," ujara Jajang Sudrajat.
Di sisi lain, tutur Asda Bidang Pemerintah dan Kesra Setda Indramayu, selama ini, ponpes yang dipimpin Panji Gumilang alias Abu Toto alias Syekh Al-Ma'had itu, sangat tertutup dengan lingkungan sekitar.
Jangankan masyarakat biasa, tutur dia, pemerintah daerah pun tidak semudah itu untuk bisa masuk ke dalam area ponpes Al Zaytun.
"Semua tahu Al Zaytun tertutup. Kami pun ingin masuk ke situ susah. Gak sembarangan dan harus melalui banyak prosedur. Walaupun kami pemerintah daerah tidak bisa sembarang bisa masuk ke situ," tutur dia.
Jajang Sudrajat mengimbau semua pihak untuk menahan diri agar tidak menimbulkan gejolak sosial di masyarakat.
"Karena ini (kotroversi Al Zaytun) kan sedang dikaji oleh pemerintah pusat, khususnya dari kementerian agama dan MUI. Kita tunggu hasilnya seperti apa. Mohon masyarakat jangan mengambil tindakan sendiri, mari kita sama-sama berikan kesempatan kepada pemerintah pusat untuk mengkaji," ucap Jajang.
Belakangan ini, jagat media sosial (medsos) tengah dihebohkan dengan dugaan ajaran Islam di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun Indonesia.
Diketahui, netizen dihebohkan oleh video pelaksanaan salat Idul Fitri yang tidak biasa di Ponpes Al Zaytun. Video itu viral dan memicu kontroversi dari warganet.
Dalam video yang beredar, tampak seorang perempuan berada di saf terdepan di antara jemaah laki-laki. Selain itu, terdapat umar nasrani di tengah-tengah jemaah salat Id.
Selain itu, para makmum dibuat berjarak sekitar lebih dari satu meter. Bahkan, ada seorang pria yang hanya duduk di kursi tanpa melakukan gerakan salat. Pria itu justru mengepalkan tangan di depan dada, seperti umat agama lain yang tengah berdoa.
Tidak hanya itu, baru-baru ini juga beredar video di medsos. Dimana dalam video memperlihatkan salah seorang santri mengumandangkan azan salat Jumat dengan cara tak lazim, yaitu, menghadap ke jamaah, bukan menghadap ke kiblat.
Setiap kalimat azan yang dikumandangkan disahut oleh para jamaah secara serentak. Si muazin berpakaian mirip dengan jwmaah Ponpes Al Zaytun yang viral beberapa waktu lalu, dengan memakai jas dan sepatu serta songkok (peci) hitam.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait