Eko mengatakan, kegempaan Gunung Tangkuban Parahu didominasi oleh gempa hembusan yang berkaitan dengan aktivitas permukaan. Seismograf merekam juga getaran menerus yang diakibatkan oleh hembusan gas maupun angin atau noise. Sementara energi seismik yang diestimasi berdasarkan perata-rataan nilai amplitudo seismic (Real time Seismic Amplitude Measurements/RSAM) menunjukkan fluktuasi tetapi belum teramati adanya peningkatan yang signifikan.
Selain itu, Eko mengatakan, hembusan yang terjadi di Kawah Ecoma diduga akibat adanya dinamika air bawah permukaan atau air yang meresap ke bawah permukaan, yang kemudian terpanaskan dan membentuk akumulasi uap air (steam) bertekanan tinggi.
“Sehingga terjadi overpressure sementara (transien) dan gas keluar berupa hembusan yang cukup kuat melalui zona lemah (rekahan). Hembusan berwarna putih mengindikasikan bahwa aktivitas ini didominasi oleh uap air,” kata Eko.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait