Gapura ini disebut-sebut sebagai salah satu bukti keberadaan Kerajaan Galuh. (Foto: Istimewa)

BANDUNG, iNews.id - Di Jawa Barat minim bukti keberadaan kerajaan besar, seperti, tak ada istana, candi dalam bentuk besar, peninggalan kawasan kota raja, dan lainnya. Tetapi ada dua kerajaan besar yang pernah berkuasa di Jawa Barat.

Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Dr Nina Herlina Lubis dalam sebuah seminar mengatakan, Jawa Barat memiliki dua kerajaan besar yang pernah berdiri setelah Tarumanagara, yaitu Galuh dan Sunda

Dua kerajaan itu, kata Nina, memiliki akar kuat sebagai identitas sejarah dan budaya masyarakat Sunda. Ketika berbicara mengenai kerajaan Sunda, maka tidak bisa dipisahkan dari nama kerajaan Galuh. 

Sebab, antara kerajaan Sunda dan Galuh pernah bersatu dengan nama kerajaan Sunda dan pusat kekuasaannya di wilayah Galuh, Kawali, Ciamis.

Menurut Prof Nina, penyatuan kerajaan Sunda dan Galuh terjadi pada masa Sanjaya, raja Sunda setelah Maharaja Trarusbawa. “Dalam sumber primer Prasasti Canggal disebutkan, Sanjaya merebut takhta kerajaan Galuh dari Rahyang Purbasora sekitar sebelum 732 Masehi,” kata Nina sebagaimana dikutip dari website resmi Unpad.ac.id.

Prof Nina mengemukakan, berbeda dengan Kerajaan di Jawa Tengah dan Timur, berdasarkan peninggalan sejarah, ibu kota atau pusat kekuasaan kerajaan Galuh berpindah-pindah. 

Bermula di daerah di dekat Banjar saat ini, lalu berpindah wilayah yang saat ini menjadi perbatasan Ciamis-Banjar, serta kembali pindah ke daerah Kawali.

“Di Kawali itulah kami menemukan sumber yang bisa dipercaya tentang Galuh, yaitu enam prasasti yang menyebutkan berbagai peristiwa tentang kerajaan Galuh,” ujar Prof Nina.

Kerajaan Galuh, tutur Prof Nina, memiliki ibu kota berpindah menyebabkan perbedaan karakteristik kerajaan Sunda dengan kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kkerajaan Sunda cenderung memiliki tinggalan sejarah berupa bangunan candi yang lebih sedikit dibanding di wilayah tengah dan timur. Ini disebabkan, masyarakat Sunda saat ini bukan sebagai masyarakat menetap.

“Karena berpindah-pindah jadi tidak punya waktu membangun candi besar. Di Jateng dan Jatim masyarakatnya petani sawah, sehingga cukup punya waktu membangun bangunan monumental,” tutur Prof Nina.


Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network