BANDUNG, iNews.id - Polimer selama ini dianggap sebagai zat kimia yang merusak lingkungan, karena digunakan sebagai bahan pembuat plastik dan kain. Tetapi siapa kira, ahli molekuler Unpad menyebutkan, polimer justru memberi manfaat bagi kesehatan manusia.
Peneliti Molekular Universitas Padjadjaran (Unpad), Riezki Amalia berhasil menciptakan reagen transfeksi dari polimer. Produk ini berhasil dibuat berupa cairan yang dapat menjadi kendaraan untuk mengantarkan DNA ke dalam sel.
“Beberapa polimer itu justru menyebabkan kematian sel. Nah, jadi kita harus mengoptimasi bagaimana caranya mampu membawa DNA dengan efektif tapi tidak menyebabkan kematian sel. Itu yang saya lakukan,” kata Riezki, Rabu (11/3/2023).
Reagen transfeksi, kata dia, memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam bidang kesehatan, misalnya pada pembuatan vaksin. Reagen transfeksi menjadi bahan baku utama dalam penelitian molekular. Terapan penelitian molekular inilah yang akan membantu tahap produksi pengembangan vaksin yang efektif dan unggul.
“Bisa dimanfaatkan oleh industri vaksin nanti, karena vaksin juga ada vaksin yang recombinant. Jadi itu memanfaatkan sel atau bakteri apapun untuk memproduksi protein, bahan baku dari si vaksinnya,” tutur Riezki.
Sebagai Kepala Lab Biologi Sel dan Molekular di Fakultas Farmasi Unpad, dia juga turut andil menjadi bagian tim validator vaksin Covid-19. Selama pandemi, aktivitasnya banyak berkutat di lab guna mempelajari vaksin Covid-19. Namun, ketika melakukan riset, dia dan peneliti lainnya sering kali mendapat hambatan karena kekosongan reagen transfeksi yang menjadi bahan baku penelitian.
Maka dengan formulasi reagen transfeksinya inilah, dia berharap penelitian molekular dan produksi vaksin dapat berkembang lagi.
Temuannya ini juga dapat dijangkau dengan harga yang terukur. Mengingat, jika dibandingkan dengan reagen transfeksi yang beredar di luar negeri, reagen transfeksi buatannya terblang murah. Biasanya, 400-500 micro atau setara dengan kurang lebih setengah mili reagen transfeksi dihargai sekitar Rp8 juta.
Akan tetapi, produk inovasinya yang bekerja sama dengan PT Prodia Diagnostic Line yang dinamai TranGENE ini dapat mereduksi harga pasaran yang ada menjadi Rp4 jutaan.
Perjalanan riset produk yang dihasilkan oleh Riezki sudah berlangsung selama enam tahun terhitung sejak dia menjalani pendidikan S3 di University of Tsukuba, Jepang. Saat itu dia diminta dosen untuk membuat struktur protein, digunakanlah berbagai macam polimer olehnya sebab untuk membeli produk protein yang sudah jadi terbilang mahal. Dari sana, dia kemudian menjadi tahu polimer apa saja yang dapat digunakan dalam formulasi reagen transfeksi.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait