Dedi Mulyadi dalam dialog "Secercah Cahaya Kasus Vina Cirebon" secara virtual, Jumat (2/8/2024). (Foto: Ist)

JAKARTA, iNews.id - Dedi Mulyadi yang menelusuri kasus Vina Cirebon dalam 4 bulan terakhir punya pandangan tak terduga atas apa yang terjadi di tahun 2016. Dia menilai peristiwa yang terjadi merupakan bentuk kemarahan Iptu Rudiana dan Aep.

Iptu Rudiana merupakan ayah dari almarhum Eky. Sementara Aep saksi kunci kasus pembunuhan Vina dan Eky.

“Jadi dalam pandangan saya, kasus 7 terpidana yang mendekam di penjara seumur hidup di Cirebon dan satu sudah bebas Saka Tatal, itu adalah kasus amarah. Amarah siapa? Amarah Aep dan amarah Rudiana,” ujar Dedi dalam dialog 'Secercah Cahaya Kasus Vina Cirebon' secara virtual, Jumat (2/8/2024).

Dedi mengatakan dua amarah ini saling bertemu. Aep menyimpan amarah karena seminggu sebelum kejadian di tempat dia bekerja, temannya bernama Aceng dalam keterangannya Dede yang juga saksi kasus ini, membawa perempuan dua orang, mereka digerebek teman-teman yang hari ini masih mendekam karena dianggap terlibat dalam kasus tersebut.

“Dan teman-teman juga yang mendekam di penjara hari ini juga salah waktu itu, dia mengikuti amarahnya. Ini tuh siklus hidup. Kemudian dari situlah Aep memendam amarah. Saat Aep memendam amarah Pak Rudiana mendapati Eky dan Vina meninggal,” kata Dedi.

Dedi kemudian mengatakan ada amarah dari saksi kasus ini, Linda yang mengalami kesurupan sehingga semakin memperpanjang kasus ini.

“Beberapa hari setelah itu bisa jadi dalam dirinya itu ada kecurigaan yang dipicu oleh kesurupannya Linda. Linda kenapa kesurupan? Karena Linda juga mungkin terlalu banyak memendam amarah. Nah direkam, kemudian rekamannya diserahkan oleh kakaknya ke Pak Rudiana dari situ dari amarah yang sedang berkembang, bertemulah amarah Aep dan amarah Pak Rudiana melalui salah satu anggotanya,” ujar Dedi.

“Maka, Aep yang bercerita tentang adanya anak-anak yang suka ngumpul di gang, kemudian nongkrong, kemudian disambungkan dengan kematian. Maka api dan api bertemu dan terbakar lah Cirebon dengan amarah itu,” ucapnya lagi.

Dedi pun mengatakan seluruh amarah itu terjadi karena ekonomi.

“Kenapa ekonomi? Mereka itu kenapa dihinakan. Mereka itu kenapa ditindas, mereka itu kenapa diperlakukan tidak adil tanpa bisa melakukan perlawanan hukum yang kuat karena mereka tak memiliki apa pun dalam hidup. Mereka tidak punya koneksi terhadap kekuasaan, mereka tidak punya koneksi terhadap advokasi yang mapan bahkan mereka tidak punya koneksi terhadap ekonomi yang membuat mereka terpuruk,” ujarnya.

“Seorang miskin ketika dia menghadapi masalah, jangankan untuk menyelesaikan masalah meninggalkan pekerjaan, kehilangan beras dalam satu hari itu, kehilangan pendapatan satu hari itu membuat dunia menjadi gulita dan akhirnya dia menyerah dengan keadaan. Ini akibat apa negara tidak hadir di tengah-tengah mereka,” ucapnya.


Editor : Donald Karouw

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network