Pemprov Jabar menggenjot eksportir milenial untuk mengisi ceruk ekspor non-migas yang terbuka lebar. Hal itu mengemuka dalam kegiatan Kick Off Eksportir Milenial di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (1/7/2022). (FOTO: Humas Pemprov Jabar)

BANDUNG, iNews.id - Pemprov Jawa Barat melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar tengah fokus mengakselerasi pertumbuhan eksportir milenial dalam kategori industri kecil menengah (IKM) mengisi ceruk ekspor non-migas yang masih terbuka lebar. Salah satu komoditas yang pasarnya masih luas adalah kelapa parut.

"Ada ceruk ekspor non-migas yang besar yang bisa diisi oleh anak-anak muda. Kita berkaca pada data bahwa ekspor Jawa Barat itu paling tinggi di Indonesia karena produk kita lebih beragam," kata Asisten Daerah Bidang Administrasi Setda Jabar Ferry Sofwan Arif dalam Kick Off Eksportir Milenial di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (1/7/2022).

Ferry Sofwan Arif menyatakan, pertumbuhan potensi eksportir milenial bisa dilihat dari data kependudukan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 yang menyebut jumlah penduduk Jabar mencapai 48,2 juta jiwa.

Sebesar 25 persen di antaranya merupakan anak muda atau generasi Y dan 21 persen adalah generasi Z. "Kelompok anak muda ini lebih dari 50 persen mereka bisa menjadi konsumen sekaligus produsen," ujarnya.

Peluang ekspor komoditas dann produk olahan dari kalangan milenial, tutur Ferry Sofwan Arif, sangat terbuka dan ceruk pasarnya luas. Variasi produk yang diekspor oleh para milenial Jabar menurutnya beragam, mulai dari kantung urin, briket batubara, kelapa parut, hingga tanaman hias.

"Ini bisa kita garap bersama-sama, milenial ini mereka melek informasi dan digitalisasi, yang paling kesempatan ini bisa dimanfaatkan oleh generasi Z dan Y," tutur Ferry Sofwan Arif.

Sementara itu, Kepala Disperindag Jabar, Iendra Sofyan mengatakan, pihaknya menggenjot pertumbuhan eksportir milenial melalui program Export Coaching Program (ECP) yang digelar sejak 2019. 

"Sudah ada sekitar 240 eksportir milenial yang kita latih. Tahun 2022 ini ada 30 orang dari 150 orang yang mendaftar dan berhasil kami kurasi," ucap Asisten Daerah Bidang Administrasi Setda Jabar. 

Melalui ECP yang dilaksanakan selama setahun, peserta diberikan pengetahuan mengenai riset pasar negara tujuan ekspor, mencari data calon buyer, korespondensi bisnis, informasi dan peluang pasar dari perwakilan dagang di negara tujuan ekspor, serta persiapan business matching. "April-Juni 2022 ini kami sudah berhasil mengekspor 158.344 US$ dari 9 komoditi," katanya.

Ke depan, pihaknya akan terus mengembangkan program ECP dengan menggandeng dukungan perbankan, Bank Indonesia, dan dinas terkait seperti KUK, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura dan Dinas Perkebunan. "Semua harus terkoordinir di Disperindag Jabar, karena kami yang akan melaporkan seluruh aktivitas ekspor, baik manufaktur mupun IKM,” ujar Ferry Sofwan.

Meski peluang terbuka lewat program ECP, Iendra memastikan proses seleksi dan kurasi diberlakukan pihaknya mengingat kemampuan dan semangat tiap peserta berbeda-beda. Dari 150 eksportir yang mendaftar ECP, hanya seperlima yang siap melakukan ekspor. "Bukan sisanya kita biarkan, tapi kami terus bina untuk lebih siap lagi melakukan ekspor," tuturnya. 

Menurutnya, program ECP akan menjadi filter bagi eksportir milenial yang tangguh karena peserta harus melewati enam tahap. Peserta diberikan pengetahuan mengenai riset pasar negara tujuan ekspor hingga mencari data calon buyer (pembeli).

Lalu, ada korespondensi bisnis, informasi dan peluang pasar dari perwakilan dagang di negara tujuan ekspor serta persiapan business matching. "Jadi tidak langsung ekspor, tidak langsung container, tapi bertahap," kata Iendra.
                             
Deputi Kepala Perwakilan BI Jabar Bambang Pramono mengatakan, ekonomi global saat ini menghadapi tantangan cukup berat, salah satunya staglasi, yakni kondisi ekonomi yang melambat dan biasanya disertai dengan kenaikan harga-harga pokok (inflasi). 

Ekspor yang terus tumbuh diharapkan bisa menghindarkan kondisi ekonomi nasional dari ancaman tersebut. Bambang juga menilai, pertumbuhan eksportir milenial bisa membantu pertumbuhan ekonomi Jabar yang nilai ekspornya kini menopang 43 persen ekonomi Jabar. 

Menurut Bambang Pramono, eksportir milenial yang disokong teknologi serta kebijakan pemerintah akan menjadi eksportir yang mumpuni. "Ada banyak sektor yang bisa didorong ekspor, seperti maritim, pertanian, ini menjadi kesempatan kita untuk menggali potensi," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Jabar. 

Keberhasilan peserta program ECP 2021 diungkapkan salah satu eksportir milenial Mariana dari CV Sankimo Ultraviolet yang menghasilkan produk kantong urin. Berdiri sejak 2012, perusahaannya memproduksi kantong urin memakai produk kertas. "Kami launching 2017. Kalau pipis itu urine bisa menjadi gel. Tapi 2017 itu ada trust issue dari masyarakat jadi belum banyak diminati," ujarnya. 

Produk tersebut lalu dikembangkan lagi menjadi berbahan plastik ramah lingkungan berbahan corong yang bisa dipakai untuk traveling dengan menyasar pasar haji dan umrah yang tinggi. Namun, saat pandemi Covid-19, terdampak karena tidak adanya aktivitas haji dan umrah. 

Peluang ekspor datang setelah pihakya ikut Makkah Expo pada Maret 2022 lalu dan menghasilkan kontrak kerja sama pembelian senilai USD 170.000. Kini, pihaknya tengah mengurus perizinan perbekalan peralatan rumah tangga (PKRT). 

"Kami pikir produk kami hanya untuk jalan-jalan saja, tapi setelah dibantu Disperindag produk kami bisa masuk ke produk kesehatan juga. Jadi, ekspor itu mudah sulit tapi membuat kami dan tim tetap berprasangka baik karena milenial itu punya semangat, tenaga dan mimpi yang tidak terbatas," tutur Bambang Pramono.


Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network