Warung bakso Malang Cak Sudar di Pondok Terong, Depok semakin laris berkat sentuhan QRIS BRI. (Foto: iNews.id)

DEPOK, iNews.id – Di sudut Jalan Masjid Al Ittihad, Kelurahan Pondok Terong, Depok, aroma kuah kaldu hangat dari Warung Bakso Malang Cak Sudar selalu mengundang selera.

Di balik kesuksesan warung yang kini menghabiskan belasan kilogram daging per hari ini, tersembunyi sebuah kisah transformasi klasik perjuangan seorang perantau, keberanian mencari modal, dan adaptasi terhadap gelombang digital. 

Sudarwadi atau akrab disapa Cak Sudar, adalah simbol dari jutaan pelaku UMKM yang membuktikan bahwa bisnis tradisional pun bisa "naik kelas" ketika dipadukan dengan strategi perbankan yang tepat. 

Perjalanan Cak Sudar sebagai pengusaha dimulai jauh dari kenyamanan yang ia rasakan sekarang. Pria asli Malang ini merantau ke Depok dan merintis usaha baksonya. Titik balik utama usahanya terjadi setelah ia mengenal program Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI di awal tahun 2000-an. 

"Dulu pertama mengajukan itu pinjaman Rp2 juta. Sekarang masih ada pinjaman ke BRI, nilainya Rp85 jutaan, tapi sudah mau habis (selesai)," kenang Cak Sudar ditemui iNews.id, Minggu (30/11/2025). 

Cak Sudar dibantu anaknya sukses menggeluti usaha warung bakso Malang di Depok. (Foto: iNews)

Dari pinjaman yang sangat sederhana itu, usahanya terus berekspansi. Modal KUR bukan sekadar uang tunai, tetapi kepercayaan yang diberikan bank kepada potensi bisnis kecilnya. Dengan modal yang bertambah, Cak Sudar berhasil menyewa kios permanen yang kini menjadi pusat Bakso Malang Cak Sudar, bahkan mampu menciptakan klaster usaha dengan mempekerjakan sejumlah orang. Usahanya kini menghabiskan 12-15 kg daging per hari, melayani 200 hingga 300 porsi—sebuah lompatan besar dari titik awal.

QRIS Tak Bikin Pusing Uang Kembalian 

Jika KUR adalah fondasi modal, maka teknologi pembayaran digital QRIS BRI adalah akseleratornya. Cak Sudar mengaku, keputusannya beralih ke QRIS dua tahun lalu murni karena permintaan pelanggan. 

"Awalnya banyak pelanggan yang pada nanya bisa pakai QRIS tidak. Terus saya hubungi orang BRI untuk dibuatkan QRIS. Ternyata cukup mudah dan transaksi juga jadi gampang,” ceritanya. 

Sentuhan digital ini secara dramatis mengubah flow transaksi di warungnya. Ia tidak perlu lagi direpotkan dengan mencari uang kembalian atau pusing karena kehabisan uang pecahan kecil. 

“Transaksi jadi lebih cepat dan tidak pusing kalau tidak ada uang kembalian,” kata Cak Sudar sambil tersenyum.

Saat ini, sekitar 35% hingga 50% omzet hariannya—atau sekitar Rp700.000 hingga Rp1 juta per hari—berasal dari transaksi QRIS. Cak Sudar kini tak hanya sekadar pedagang bakso; ia adalah UMKM yang telah terintegrasi penuh dalam ekosistem cashless Indonesia.

Mitra Sejati dalam Event dan Pertumbuhan

Hubungan Cak Sudar dengan BRI melampaui sekadar debitur dan kreditor. Ia mengakui mendapatkan banyak manfaat lain, seperti dilibatkan dalam program dan event UMKM BRI untuk wilayah Depok dan sekitarnya. Di acara-acara tersebut, transaksi digital melalui QRIS seringkali menjadi pilihan utama. 

Kisah Cak Sudar ini mencerminkan keberhasilan misi BRI dalam mendukung UMKM untuk "naik kelas" atau graduasi. Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, menegaskan bahwa kebijakan penyaluran KUR 2023 memang berfokus pada substansi graduasi ini. 

Tercatat, hingga September 2023, BRI telah berhasil menaikkelaskan sekitar 2,3 juta debitur, memindahkan mereka dari segmen KUR Super Mikro ke Mikro, dan dari KUR Kecil ke Kredit Komersial. Angka-angka ini membuktikan bahwa strategi digitalisasi dan akses modal yang mudah terbukti efektif. 

Bagi Cak Sudar, dukungan BRI membuatnya yakin. "Saya memang sudah lama jadi nasabah BRI. Selain mudah mendapat pinjaman, juga tanpa potongan biaya. Selain itu, aman dan terjamin," tutupnya, menandakan bahwa pilihan BRI untuk Indonesia adalah pilihan yang tepat baginya. 

Di tengah kesibukan melayani antrian, Cak Sudar kini memandang masa depan dengan optimisme. Ia telah berhasil membuktikan, dengan sedikit modal, kerja keras, dan kecerdasan digital, seorang perantau dari Malang bisa menjadi penggerak ekonomi mikro yang signifikan di Ibu Kota.

BRI juga mencatat transaksi dari layanan digital banking mendominasi dengan mencapai 99,1 persen. Sementara itu, sisanya atau kurang dari 1 persen masih bertransaksi di outlet konvensional.

Corporate Secretary BRI, Dhanny menyebut, dengan optimalisasi jaringan e-channel serta layanan digital banking menjadi dasar penting guna memperkuat peran BRI sebagai bank besar di Tanah Air.

"Seluruh kanal yang ada menjadi pilihan utama nasabah dalam bertransaksi dengan mudah, cepat, dan aman," ucapnya.

Akselerasi Digitalisasi BRI terlihat dari dominasi transaksi digital serta upaya optimalisasi seluruh jaringan dan channel digital banking, di antaranya ATM, CRM, BRILink, Internet Banking hingga BRImo. Seluruh channel itu saling melengkapi guna memudahkan akses bagi seluruh nasabah baik di perkotaan hingga desa.


Editor : Kastolani Marzuki

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network