Masjid Dusun Cigintung masih berdiri kokoh meski beberapa bagian dindingnya retak dan ambles. (Foto: Inin Nastain)

MAJALENGKA, iNews.id - Di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, kampung "mati" akibat bencana pergerakan tanah, ternyata tak hanya Blok Tarikolot, Desa Sidamukti, Kecamatan Majalengka. Kampung yang ditinggalkan warganya juga terdapat di Dusun Cigintung, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausma, Kabupaten Majalengka.

Dusun Cigintung, Desa Cimuncang juga kini menjadi kampung "mati". Kesan kampung mati sangat kental saat berkunjung ke Dusun Cigintung. Posisi bangunan yang sudah tidak tegak dan utuh lagi, dengan tumbuhan liar di sekelilingnya.

Belum lagi bangunan rumah permanen yang kini telah berlumut dan kusam. Bahkan sejumlah bangunan ambles ke dalam tanah. Namun, di beberapa sudut bangunan-bangunan itu, seperti tiang penyangga, terlihat masih cukup kokoh. 

Saat MNC Portal Indonesia (MPI) mencoba menelusuri dusun itu dari jalan raya, masih tampak sebuah masjid yang bagian lantainya telah ambles. Namun, di beberapa bagian masih tampak cukup kokoh. Saat ini kondisinya masjid itu cukup baik dan layak untuk digunakan salat, setelah warga membersihkan.

Ada juga balai dusun, yang masih tampak berdiri, meskipun sebagian telah ambles dan lapuk lantaran tidak terurus. Selain bangunan yang masih bisa dikenali, beberapa banguanan juga hanya menyisakan reruntuhan. Di sekelilingnya, tampak rerumputan liar menjadi 'pagar' puing-puingnya. 

Kendati bangunan-bangunan lapuk menjadi pemandangan di daerah itu, tetapi jalan raya di Dusun Cigintuang, cukup baik. Keterangan dari warga setempat, jalan itu kembali dibangun pada akhir 2020 lalu.  

"Ini, di jalan yang kita injak, sebelum terjadi bencana, ini deretan rumah-rumah. Adapun jalan raya sekitar 5 meter sebelah kanan, yang sekarang keliatan ada puing-puing bangunan itu," kata Opang, warga Dusun Cigintung kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Rabu (3/2/2021). 

Pemandangan Dusun Cigintung yang terlihat saat ini adalah dampak dari bencana alam pergerakan tanah pada 2013 silam. Masyarakat Dusun Cigintung memilih pindah ke tempat lain dan membiarkan rumahnya teronggok dimakan rumput dan tumbuhan liar. 

"Jadi setelah bencana itu, kami mengenali rumah kami, tapi tempatnya yang berubah, karena begeser. Ada juga yang ambles, seperti masjid itu," ujarnya.

Sebanyak 600 kepala keluarga (KK) warga Dusun Cigintung kini pindah ke Dusun Jotang masih berada di Desa Cimuncang, Kecamatan Malausma. "Relokasi ke sini (Jotang) sebanyak 600 KK. Sampai sekarang, masih banyak bangunan yang tetap berdiri di sana (Cigintung). Memang ada sebagian warga yang memanfaatkannya untuk dipindah ke sini, seperti genting dan lain-lain," kata Kadus Jotang Eding Supardi. 

Eding, yang pernah menjabat sebagai Kadus Cigintung itu mengemukakan, memang tidak semua warga di dusun tersebut pindah ke Jotang. Selain ada yang pindah keluar kota, beberapa warga juga masih bertahan di sana.

"Ada 80 KK masih bertahan di sana (Dusun Cigintung), yang daerahnya memang relatif aman. Selain itu, ada juga yang pindah ke luar kota, seperti Cirebon. Di sini (Jotang) saat ini ada 310 KK, karena ada yang pindah juga," tutur dia.

Kehidupan ratusan KK yang sebelumnya tercatat sebagai warga Dusun Cigintung, tutur Ending, memulai hidup baru di Jotang pada 2014 lalu. Proses kepindahan mereka ke daerah baru dalam perjalanannya tidak berjalan mulus.

"Pemerintah sempat akan merelokasi kami ke Cipicung, tapi kami keberatan. Alasannya, akses yang terpencil, budaya kami dengan warga di sana pun tentu berbeda. Kami dari awal menginginkan ke Jotang," tutur Ending.

Setelah melalui proses tidak mudah, akhirnya Eding dan ribuan warga lain bisa pindah sesuai yang diharapkan, Dusun Jotang. "Ini awalnya perkebunan yang dipenuhi pohon-pohon keras. Jadi, kami benar-benar buka dusun baru dari nol," ucapnya.

"Di sini, kami beli tanah sendiri. Namun, untuk kebutuhan membuat rumah ada bantuan dari pemerintah provinsi (Pemprov Jabar). Besaran bantuannya sesuai kebutuhan membuat rumah ukuran 5x6 meter. Semua rumah di sini, awalnya memiliki luas sama, 5x6 meter itu," kata Eding.

Setelah berjalan 8 tahun, sejumlah fasilitas umum (fasum) kini sudah tersedia. Satu masjid Jami (untuk Jumatan) dan masjid-masjid lainnya, kini telah berdiri di Dusun Jotang.  

"Saat awal, luas tanah yang dibeli itu dibatasi yakni 10 bata. Dari 10 bata itu, 1,5 bata diserahkan untuk fasum, misalnya jalan. Sekarang kami juga sudah punya masjid. Jadi fasum di sini, hasil gotong royong warga. Alhamdulillah, kami di sini kompak," ujarnya.

Sejak 2014 sampai 2021 ini, Eding memastikan tidak ada warga 'luar' yang tinggal di dusun itu. Kalaupun ada warga baru, itu karena mereka nikah dengan warga Dusun Jotang.  

"Jadi murni warga Jotang atau saudara dari warga di sini. Nggak ada pendatang yang benar-benar pendatang tanpa punya ikatan kekeluargaan," ujar Eding.


Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network