PURWAKARTA, iNews.id - Bocah F (10) yang sebelumnya diselamatkan Dedi Mulyadi untuk menjalani rehabilitasi karena memiliki kebiasaan menenggak minuman keras (miras) dan mengamuk dengan membawa golok, kabur dari Pesantren Cireok Purwakarta. Dia pulang ke rumahnya di Desa Cadassari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta atau sekitar 2,5 jam dari pesantren.
Anggota Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi yang mendapat kabar tersebut mendatangi rumah F. Namun rupanya F tidak ada di rumah sejak subuh. Keluarga pun kebingungan mencari.
Sehari kemudian F bersama kakeknya Ki Abad datang ke rumah Dedi dengan didampingi Kades Cadassari dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Purwakarta.
“Kunaon kabur? (kenapa kabur?),” tanya Kang Dedi dalam rilis yang diterima iNews.id, Rabu 9 Februari 2022.
“Teu betah (gak betah),” jawab F.
Menurut Dedi selama dua hari pesantren, terlihat ada perubahan dalam diri F. “Kamu ini sudah mulai ada perubahan, gak garang lagi, baru pesantren dua hari juga,” kata Kang Dedi.
Kang Dedi menyatakan, tradisi dimandikan pada malam hari di Pesantren Ciroek adalah hal biasa. Terlebih di badan F masih banyak energi negatif yang harus dibersihkan.
“Ini (dalam diri F) terlalu banyak energi negatif. Moro bagong (berburu babi hutan), minum (miras), obat-obatan. Kan harus dibersihkan pakai air mengandung energi yang mampu membugarkan tubuh dan memperbaiki syaraf-syaraf otak,” ujar Kang Dedi.
Selain tidak betah, F beralasan kabur karena takut dipukul karena tidak mau saat diminta memijat oleh sesama santri. Sehingga ia memilih kabur dengan cara menjebol plafon dan naik ke atap pesantren.
Untuk memastikan hal tersebut Dedi pun langsung melakukan panggilan telepon dengan pengurus pesantren. Dari penjelasan pengurus rupanya sejak hari pertama F sudah berusaha kabur dengan menjebol plafon.
“Hari pertama itu sudah terpisah tapi plafon sama genteng dirusak, dijebolin. Akhirnya dititip sementara ke bangunan yang lebih kokoh,” ucap seorang ustaz yang di telepon Dedi.
Kegigihan Kang Dedi untuk membawa F ke pesantren karena tak ingin bocah itu dikucilkan di rumah dan lingkungan. Sebab dikhawatirkan berujung sakit hati atau dendam. Jika itu terjadi, besar kemungkinan F kembali ke pergaulan lama, mabuk, mengonsumsi obat-obatan terlarang, dan mencuri.
Kepada F, Kang Dedi menawarkan, akan ikut bersamanya kembali ke pesantren atau menjalani rehabilitasi anak sosial di Bogor.
“Sok pilih mana? Ke pesantren atau ke Bogor? Kalau mau ke pesantren, saya kasih tabungan Rp2 juta per bulan. Jadi setahun lulus pesantren dapat Rp24 juta bisa buat kuliah,” ujar Kang Dedi.
Ki Abad selaku keluarga pun berharap F bisa Kembali ke pesantren. Sebab dia melihat meski hanya dua hari di pesantren namun F sudah mulai banyak perubahan.
“Baru sebentar saja sekarang sudah ada perubahan, gak beringas lagi. Sok ke pesantren, nanti Aki jengukin seminggu sekali ke pesantren,” ujar Ki Abad.
F tetap menolak dan ingin tinggal di rumah. “Gak mau, mau di rumah saja. Nanti kalau saya mencuri lagi atau minum sok bebas mau diapain juga,” kilah F.
Setelah berdiskusi dengan pihak keluarga, kades dan KPAI akhirnya F kembali dibawa ke pesantren. F pun dibopong oleh Ki Abad menuju mobil Dedi untuk kembali ke pesantren.
“Sok di sana aja (pesantren). Ini mah kayanya tiga kali mandi juga sudah bersih, sehat,” ujar Kang Dedi Mulyadi. AGUS WARSUDI
Editor : Agus Warsudi
kenakalan remaja dedi mulyadi pemabuk pemabuk berat obat terlarang obat terlarang daftar g Kabupaten Purwakarta purwakarta
Artikel Terkait