BANDUNG, iNews.id - Gunung di Jawa Barat selalu menarik untuk ditelisik karena keunikan serta legenda yang melekat. Banyaknya Gunung di Jawa Barat menjadikan wilayah ini terkenal subur sehingga apa pun jenis tanamannya akan bisa tumbuh.
Akan tetapi di balik kesuburannya itu ada risiko yang mengancam, yakni erupsi dan gempa vulkanik. Pasalnya, banyak gunung berapi dan masih aktif.
Berikut keunikan gunung di Jawa Barat yang dirangkum dari berbagai sumber:
1. Gunung Ceremai
Gunung Ceremai merupakan gunung berapi kerucut yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. Gunung ini merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.
Keunikan darai gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 meter terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 meter. Pada ketinggian sekitar 2.900 mdpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.
Gunung Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.
Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rasa masam), namun sering kali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat.
2. Gunung Galunggung
Gunung di Jawa Barat lainnya, yakni Gunung Galunggung. Gunung berapi ini memiliki ketinggian 2.168 mdpl, dengan puncak tertingginya yakni Puncak Beuti Canar yang memiliki ketinggian 2.240 Mdpl. Terletak sekitar 17 km dari pusat Kota Tasikmalaya. Untuk mencapai bibir kawah Gunung Galunggung, dibangun sebuah tangga yang memiliki 620 anak tangga. Gunung ini memiliki dua puncak yaitu Puncak Dinding Ari dan Puncak Beuticanar, kedua puncak tersebut dapat dijangkau dengan cara mendaki melalui jalur yang tersedia.
Di wilayah ini terdapat beberapa daya tarik wisata yang ditawarkan antara lain objek wisata dan daya tarik wanawisata dengan areal seluas kurang lebih 120 hektare di bawah pengelolaan Perum Perhutani. Objek yang lainnya seluas kurang lebih 3 hektare berupa pemandian air panas (Cipanas) lengkap dengan fasilitas kolam renang, kamar mandi dan bak rendam air panas.
Selain itu, Gunung Galunggung juga mempunyai Hutan Montane 1.200-1.500 meter dan Hutan Ericaceous > 1.500 meter.
Gunung ini tercatat pernah meletus pada tahun 1822 kemudian pada tahun 1894. Di tahun itu terjadi letusan yang menghasilkan awan panas. Lalu lahar yang mengalir pada alur sungai yang sama dengan lahar yang dihasilkan pada letusan. Letusan kali ini menghancurkan 50 desa, sebagian rumah ambruk karena tertimpa hujan abu.
Lalu pada tahun 1918, di awal bulan Juli, letusan berikutnya terjadi, diawali gempa bumi. Letusan tanggal 6 Juli ini menghasilkan hujan abu setebal 2–5 mm yang terbatas di dalam kawah dan lereng selatan. Dan pada tanggal 9 Juli, tercatat pemunculan kubah lava di dalam danau kawah setinggi 85 m dengan ukuran 560 x 440 m yang kemudian dinamakan Gunung Jadi.
Letusan terakhir terjadi pada tanggal 5 Mei 1982 disertai suara dentuman, pijaran api, dan kilatan halilintar. Kegiatan letusan berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983. Selama periode letusan ini, sekitar 18 orang meninggal, sebagian besar karena sebab tidak langsung (kecelakaan lalu lintas, usia tua, kedinginan dan kekurangan pangan). Perkiraan kerugian sekitar Rp 1 miliar dan 22 desa ditinggal tanpa penghuni.
3. Gunung Guntur
Gunung Guntur adalah gunung berapi kerucut aktif yang terdapat di Kelurahan Pananjung dan Desa Pasawahan, Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat, dan memiliki ketinggian 2.249 meter dpl.
Gunung Guntur pernah menjadi gunung berapi paling aktif di Pulau Jawa pada dekade 1800-an. Namun, sejak itu aktivitasnya kembali menurun. Erupsinya pada umumnya disertai dengan lelehan lava, lapili dan objek material lainnya. Erupsi Gunung Guntur yang tercatat adalah pada tahun 1847, 1843, 1841, 1840, 1836, 1834-35, 1833, 1832, 1832, 1829, 1828, 1827, 1825, 1818, 1816, 1815, 1809, 1807, 1803, 1800, 1780, 1777, 1690.
4. Gunung Tangkuban Parahu
Gunung di Jawa Barat ini selalu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan anak jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi/Rarasati. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat sebuah telaga dan sebuah perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.
Gunung Tangkuban Parahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan gunung ini. Di antara tanda aktivitas gunung berapi ini adalah munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunungnya, di antaranya adalah di kawasan Ciater, Subang. Gunung Tangkuban Parahu pernah mengalami letusan kecil pada tahun 2006, yang menyebabkan 3 orang luka ringan.
Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori keberadaan sebuah telaga besar yang kini merupakan kawasan Bandung. Diyakini oleh para ahli geologi bahwa kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 m di atas permukaan laut merupakan sisa dari danau besar yang terbentuk dari pembendungan Citarum oleh letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif.
Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan kawasan Ngorongoro di Tanzania, Afrika. Sehingga legenda Sangkuriang yang merupakan cerita masyarakat kawasan itu diyakini merupakan sebuah dokumentasi masyarakat kawasan Gunung Sunda Purba terhadap peristiwa pada saat itu.
5. Gunung Salak
Gunung Salak merupakan salah satu gunung di Jawa Barat yang berada di kompleks gunung berapi terletak di selatan Jakarta, di Pulau Jawa. Kawasan rangkaian gunung ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor.
Gunung Salak berusia relatif tua sehingga memiliki beberapa puncak. Geoposisi puncak tertinggi gunung ini ialah 6°43' LS dan 106°44' BT dan dinamakan Puncak Salak I dengan ketinggian puncak 2.211 mdpl.
Banyak yang mengira asal nama Salak adalah dari tanaman salak, akan tetapi sesungguhnya berasal dari kata bahasa Sanskerta, salaka yang berarti "perak".
Pegunungan ini termasuk kawasan yang harus dihindari oleh para penerbang, baik pesawat kecil maupun besar. Kondisi geologi dan topografi yang penuh lembah tertutup vegetasi, disertai dengan cuaca (terutama turunnya kabut) yang sangat cepat berubah, sangat membahayakan penerbangan.
Oleh kalangan penerbangan gunung ini tergolong gunung berbahaya karena catatan kecelakaan penerbangan yang panjang. Insiden terakhir dan terbesar adalah menabraknya pesawat penumpang sipil Sukhoi Superjet 100 pada tebing gunung pada tahun 2012 lalu.
6. Gunung Gede
Salah satu gunung di Jawa Barat yang disebut-sebut dalam Uga Siliwangi (wasiat Prabu Siliwangi Raja Pajajaran), yaitu Gunung Gede.
"...Daréngékeun! Zaman bakal ganti deui. Tapi engké, lamun Gunung Gedé anggeus bitu, disusul ku tujuh gunung. Génjlong deui sajajagat..." demikian salah satu pesan yang terdapat di dalam Uga Siliwangi yang diterjemahkan kurang lebih seperti ini, dengarkan! Zaman akan berganti lagi. Tapi nanti, jika Gunung Gede sudah meletus, disusul oleh tujuh gunung. Alam dunia bakal bergoncang.
Banyak menilai, meletusnya Gunung Gede bakal menjadi pertanda sebuah peristiwa besar. Di mana peristiwa besar itu digambarkan dengan tujuh gunung lainnya yang ikut meletus. Akan tetap hal itu menjadi pertanda awal akan sebuah kebangkitan.
Terlepas benar atau tidak, yang jelas erupsinya sebuah gunung pastinya bakal mengancam semua kehidupan yang ada di sekitarnya.
Gunung Gede merupakan sebuah gunung api bertipe stratovolcano yang berada di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung Gede berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980.
Gunung di Jawa Barat ini berada di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi, dengan ketinggian 1.000-2.958 mdpl. Suhu rata-rata di puncak Gunung Gede 18°C dan di malam hari suhu puncak berkisar 5°C, dengan curah hujan rata-rata 3.600 mm/tahun. Gerbang utama menuju gunung ini adalah dari Cibodas dan Cipanas.
Letusan Gunung Gede pertama kali terjadi pada tahun 1747. Letusan pertama ini sangat hebat dan menyebabkan dua aliran lava bergerak dan terlihat dari kawah lanang.
Terjadi kembali, Letusan kecil Gunung Gede pada tahun 1761, 1780, dan 1832. 100 Tahun lebih gunung ini tertidur akibat letusan pertama. Dikejutkan kembali letusan dahysat kedua pada tahun 1840 tepatnya pada tanggal 12 November jam 3 dini hari. Goncangan yang sangat hebat, membangunkan warga yang tertidur pulas.
Keresidenan Priangan yang aslinya beribu kota di Cianjur, kemudian dipindahkan ke Bandung oleh Residen van der Moor setelah letusan Gunung Gede memporakporandakan Cianjur pada 1864.
Setelah itu, kembali lagi letusan-letusan Kecil di Gunung Gede kurang lebih terjadi 24 kali. Cukup membahayakan untuk warga sekitar yang tinggal berdekatan dengan Gunung Gede.
Letusan Terakhir pada tahun 1957, masih berkategorikan Letusan Kecil dan hingga saat ini Gunung Gede masih tertidur. Namun tetap waspada, Karena sebuah gunung yang sudah lama tidak aktif. Jika aktif kembali akan sangat membahayakan.
7. Gunung Sunda
Gunung di Jawa Barat ini tidak lagi nampak sekarang, hanya menyisakan sisa-sisa kemegahannya di masa lalu. Itulah Gunung Sunda sebuah gunung yang pernah berdiri kokoh di Tatar Pasundan. Sesuai dengan namanya, gunung ini berada di wilayah Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Menurut sejarah, Gunung Sunda sudah ada sejak zaman purba dan pernah meletus dalam skala besar di akhir zaman prasejarah. Diperkirakan juga jika Gunung Sunda memiliki dasar dengan luas mencapai lebih dari 20 km dan tinggi gunung mencapai sekitar 4.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Saat itu Gunung Sunda masuk sebagai gunung berapi tertinggi di Jawa. Sisa dari Gunung Sunda yang bisa kita lihat saat ini berupa Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Bukit Tunggal, dan Gunung Burangrang.
Informasi mengenai asal usul Gunung Sundah cukup terbatas dan hanya berdasarkan pada catatan serta saksi orang tua yang berusia kurang lebih 85 tahun. Gunung Sunda Purba yang dahulu dikenal dengan nama Gunung Chuda (dalam bahasa Sansekerta memiliki arti putih), adalah gunung yang di bagian puncaknya selalu ditutupi oleh es atau salju.
Bahkan beberapa pengembara yang berasal dari India dapat melihat Gunung Chuda dari kejauhan (diperkirakan dilihat dari Sumatera). Tentunya hal tersebut membuat rasa ingin tahu para pengembara hingga sampailah mereka di Gunung Chuda. Namun, lambat laun penduduk lokal kesulitan dalam pengucapan kata Chuda hingga akhirnya berubah menjadi Sunda.
Itulah tujuh gunung di Jawa Barat dan masih banyak gunung lain yang belum dikupas. Tentu saja hunung lain yang ada di Jawa Barat tak kalah unik dan menariknya untuk terus digali sehingga memberikan pengetahuan mendalam akan kondisi pegunungan di Jawa Barat.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait