BANDUNG, iNews.id - Sebanyak 123 kasus penyakit difteri terjadi di Jawa Barat (Jabar) selama 2017. Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar terus menelusuri jejak penyebaran penyakit mematikan tersebut.
Kepala Seksi Surveilans dan Pencegahan Penyakit, Dinkes Provinsi Jabar Yus Ruseno, mengatakan seharusnya penyakit yang menyerang sistem pernapasan ini tidak boleh muncul lagi di Jawa Barat, karena telah diantisipasi melalui vaksinasi.
Menurut Yus Ruseno, dari 123 kasus yang terjadi hingga 6 Desember 2017, Kabupaten Purwakarta merupakan daerah tertinggi dengan 27 kasus. Kemudian, Kabupaten Karawang 14 kasus, Kota Depok 12 kasus, Kota Bekasi 12 kasus, Kabupaten Garut 11 kasus, Kota Bandung 7 kasus, sisanya tersebar di 14 kabupaten dan kota lainnya di Jawa Barat.
"Sejumlah pasien masih mendapatkan perawatan intensif di masing-masing daerah. Kasus difteri ini terjadi sepanjang tahun," kata Ruseno di Kota Bandung, Jumat (8/12/2017).
Ruseno menjelaskan, setiap menemukan satu kasus difteri tim gerak cepat dari dinkes kabupaten dan kota bersama Provinsi Jabar, akan menelusuri tempat-tempat yang dikunjungi penderita beberapa hari sebelum terinfeksi difteri. Mereka juga akan menemui siapa saja yang ditemui penderita dalam beberapa hari sebelumnya.
Dia mengatakan difteri sangat mudah menular melalui pernapasan, batuk, bersin, atau hanya dengan mengobrol. Difteri ditandai dengan pengingkatan suhu tubuh sampai 38 derajat celsius, pembengkakan pangkal tenggorokan. Kemudian munculnya selaput tipis berwarna keabu-abuan pada pangkal tenggorokan yang tak mudah lepas tapi mudah berdarah.
"Penyakit ini disebabkan bakteri difteri dan bisa menyebabkan kematian jika tidak mendapatkan penanganan sesegera mungkin. Kebanyakan penyakit tersebut dialami oleh anak yang belum mendapatkan vaksin difteri. Jumlah penderita yang meninggal ada 13 orang," ucapnya.
Editor : Muhammad Saiful Hadi
penyakit difteri
Artikel Terkait