Keraton Kasepuhan Cirebon, satu dari banyak peninggalan Kesultanan Cirebon. (FOTO: ISTIMEWA)

1. Keraton Kasepuhan

Keraton Kasepuhan Cirebon. (FOTO: ISTIMEWA)

Kesultanan Cirebon didirikan di Dalem Agung Pakungwati sebagai pusat pemerintahan negara Islam. Dalem Agung Pakungwati sekarang menjadi Keraton Kasepuhan.

Dalem Agung Pakungwati yang kemudian berganti nama menjadi Keraton Pakungwati dibangun oleh Pangeran Cakrabuana pada 1430. Saat ini, keraton tersebut berlokasi di Jalan Kasepuhan Nomor 43, Kelurahan Kesepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Keraton tersebut berganti nama menjadi Keraton Kasepuhan sejak dikembangkan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin pada 1529.

Keraton Kasepuhan merupakan bangunan bersejarah Kesultanan Cirebon yang masih terawat dengan baik sampai saat ini. Bangunan Keraton Kasepuhan Cirebon tersebut menghadap ke utara dan didekatnya ada Masjid Sang Cipta Rasa yang didirikan oleh Sunan Gunungjati dan para wali, termasuk Sunan Kalijaga.

Keraton Kasepuhan memiliki dua pintu gerbang, pintu utama di utara dan pintu belakang di selatan keraton. Pintu utara sering disebut Kreteg Pangrawit yang berarti jembatan kecil. Sedangkan pintu selatan dinamakan Lawang Sanga yang berarti Pintu Sembilan. Di bagian depan keraton terdapat dua bangunan yaitu Pancaratna dan Pancaniti.

Pancaratna adalah bangunan yang terdapat pada kiri depan kompleks. Bangunan ini berfungsi sebagai seba atau tempat menghadap para pembesar desa yang diterima oleh Demang atau Wedana. Sekelilingnya dipasangi pagar besi.

Sementara, Pancaniti adalah pendopo di sebelah timur yang merupakan tempat para perwira tinggi keraton melakukan pelatihan terhadap para prajurit dan pengadilan. Pendopo yang ditopang 16 tiang itu merupakan bangunan yang tidak mempunyai dinding atau terbuka. 

2. Keraton Kanoman

Keraton Kanoman Cirebon. (FOTO: ISTIMEWA)

Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Mohammad Badridin atau Pangeran Kertawijaya yang bergelar Sultan Anom I pada 1678. Keraton Kanoman ini masih taat memegang adat istiadat dan pepakem. Seperti, tradisi Grebeg Syawal, seminggu setelah Idul Fitri dan berziarah ke makam leluhur, Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon. 

Peninggalan-peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman erat kaitannya dengan syiar agama Islam yang giat dilakukan Sunan Gunungjati. Kompleks Keraton Kanoman dengan luas sekitar 6 hektare ini berlokasi di belakang Pasar Kanoman. Di keraton ini tinggal sultan ke-12 bernama Raja Muhammad Emiruddin berserta keluarga. Keraton Kanoman merupakan kompleks yang luas, terdiri atas sejumlah bangunan kuno. Salah satunya saung yang bernama Bangsal Witana yang merupakan cikal bakal Keraton Kanoman dengan luas hampir lima kali lapangan sepak bola.

Di keraton ini masih terdapat barang barang, seperti dua kereta bernama Paksi Naga Liman dan Jempana yang masih terawat baik dan tersimpan di museum. 

Tidak jauh dari kereta kencana, terdapat bangsal Jinem atau Pendopo untuk menerima tamu, penobatan sultan, dan pemberian restu sebuah acara seperti Maulid Nabi. Di bagian tengah Kraton terdapat kompleks bangunan bernama Siti Hinggil.

3. Keraton Kacirebonan

Keraton Kacirebonan Cirebon. (FOTO: ISTIMEWA)

Keraton Kecirebonan berada di Pulasaren, Jalan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Keraton yang berjarak sekitar 1 km sebelah barat daya  Keraton Kasepuhan dan kurang lebih 500 meter sebelah selatan Keraton Kanoman ini, dibangun pada sekitar 1800-an. Keraton yang merupakan bangunan tempat tinggal Sultan Kacirebonan dan keluarganya ini menyimpan benda-benda peninggalan sejarah seperti keris, wayang, perlengkapan perang, gamelan, dan lain-lain.

Keraton Kacirebonan posisinya memanjang dari utara ke selata dengan luas tanah sekitar 46.500 meter persegi. Dari segi arsitektur, bangunan Keraton Kacirebonan masuk campuran China, Belanda, dan tradisional. 

Setelah Sultan Kacirebonan I Sultan Cerbon Amirul Mukminin pada 1814, permaisuri Ratu Raja Resminingpuri, ibu dari Pangeran Raja Madenda Hidayat memutuskan untuk membangun sebuah keraton Kacirebonan di Pulasaren. 

4. Keraton Keprabonan

Keraton Keprabonan Cirebon. (FOTO: ISTIMEWA)

Sejarah berdirinya Keraton Keprabonan berawal saat Belanda menawarkan perjanjian persahabatan kepada Kesultanan Cirebon pada 1681. 

Waktu itu, Kesultanan Cirebon telah pecah menjadi dua, yaitu, Kasepuhan dan Kanoman. Perjanjian persahabatan pun ditandatangani pada 7 Januari 1681. Maksud di balik perjanjian persahabatan itu, Belanda berniat memonopoli perdagangan di wilayah Cirebon.

Sultan Kanoman I Muhammad Badrudin Kartawijaya memiliki dua orang putera dari permaisuri berbeda, yaitu Pangeran Adipati Kaprabon yang merupakan putera pertama dari permaisuri kedua Ratu Sultan Panengah dan Pangeran Raja Mandurareja Muhammad Qadirudin, putera kedua dari permaisuri ketiga Nyimas Ibu. 

Setelah ayahandanya wafat, kedua puteranya ini sepakat melakukan perlawanan diam-diam terhadap Belanda. Kemudian Pangeran Raja Muhammad Qadirudin diresmikan sebagai Sultan Anom II keraton Kanoman dikarenakan saudaranya yaitu Pangeran Adipati Kaprabon yang merupakan putera pertama Sultan Anom I dari permaisuri keduanya Ratu Sultan Panengah memutuskan untuk memperdalam gama Islam dan menyerahkan kepemimpinan keraton Kanoman kepada adiknya Pangeran Raja Mandurareja Muhammad Qadirudin.

Setelah menyerahkan kepemimpinan Keraton Kanoman kepada adiknya, Pangeran Adipati Kaprabon mendirikan Keraton Kaprabonan pada 1696 sebagai tempat pendidikan agama Islam. Saat itu gejolak politik pemerintahan Belanda semakin memanas dan perlawanan-perlawanan terhadap kolonial Belanda pun masih terus berjalan. Sehingga, Pangeran Raja Adipati Kaprabon ingin menjauhkan diri dari situasi tersebut dan selalu mengkhususkan diri dalam mengembangkan agama Islam kepada para murid-muridnya.

Pangeran Raja Adipati Kaprabonan diberi gelar Sultan Prabu. Setelah ibunya wafat, Pangeran Raja Adipati Kaprabon diangkat sebagai putera mahkota Kesultanan Kanoman pada 1690. Setelah menjadi putra mahkota, dia bergelar Sultan Pandita Agama Islam yang diserahi Busana Pakaian Perang Kerajaan Wali yang dinamakan busana Kaprabon.

5. Kereta Singa Barong Kasepuhan

Kereta Singa Barong Cirebon. (FOTO: istimewa)

Kereta Singa Barong Kasepuhan dibuat pada 1549. Kereta kencana ini merupakan karya Panembahan Losari,  cucu Sunan Gunung Jati. Depan kereta Singa Barong berbentuk belalai gajah yang melambangkan persahabatan Kesultanan Cirebon dengan India.

Sedangkan kepala naga melambangkan persahabatan dengan China. Sementara, badan Buroq melambangkan persahabatan dengan Mesir. Senjata Trisula pada belalai gajah mempunyai lambang mengenai ketajaman cipta, rasa, dan karsa manusia.

Kereta Singa Barong biasa digunakan saat kirab 1 Muharam dan pelantikan sultan. Pada 1945, Kereta Singa Barong masuk museum karena usia. Selanjutnya dibuat duplikatnya.

6. Masjid Sang Cipta Rasa

Masjid Agung Sang Cipta Rasa di kawasan Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. (FOTO: iNews/MIFTAHUDIN)

Masjid Agung Sang Cipta Rasa terletak di sebelah utara Karaton Kasepuhan. Masjid ini tertua di Cirebon, dibangun pada 1840. Konon masjid ini dibangun dengan melibatkan 500 orang dari Majapahit, Demak, dan Cirebon. Sunan Gunung Jati yang merencanakan pembangungan masjid ini menunjuk Sunan Kalijaga sebagai arsitek. 

7. Makam Sunan Gunung Jati

Komplek makam Sunan Gunung Jati di Cirebon. (Foto: iNews/Toiskandar)

Makam Sunan Gunung Jati terletak di Jl. Alun-Alun Ciledug Nomor 53, Desa Astana, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon. Makam ini berada di sebuah bukit kecil yang dikenal dengan nama Gunung Sembung. Kompleks permakaman ini terletak jalur yang menghubungkan Kabupaten  Cirebon-Indramayu. 

Makam ini merupakan objek wisata ziarah yang selalu ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan luar negeri. Mereka datang karena Sunan Gunung Jati atay Syarif Hidayatullah dikenal sebagai penyebar agama Islam di Jawa Barat.

8. Patung Macan Putih

Dua macan putih di Keraton Kasepuhan Cirebon. (Foto: iNews/Miftahudin)

Dua patung macan putih terletak di halaman depan Keraton Kasepuhan yang merupakan peninggalan Kesultanan Cirebon. Patung macan putih melambangkan Kesultanan Cirebon masih keluarga besar Kerajaan Pajajaran dan keturunan Maharaja Prabu Siliwangi.

9. Alun-Alun Sangkala Buana

Alun-alun Sangkala Buana jadi tempat rekreasi masyarakat. (FOTO: istimewa)

Alun-alun Sangkala Buana, peninggalan Kesultanan Cirebon yang saat ini berada di areal kompleks Keraton Kasepuhan.

Sultan Cirebon biasanya menyaksikan acara yang digelar di alun-alun ini dari tempat duduknya di Mande Malang Semirang kompleks Siti Hinggil. Di sebelah barat Alun-alun terdapat Masjid Agung Sang Cipta rasa.

Alun-alun ini juga disebut Saptonan karena kerap menjadi tempat latihan keprajuritan setiap Sabtu dan pelaksanaan hukuman terhadap rakyat yang melakukan kesalahan.

Alun-Alun Sangkala Buana telah direvitalisasi dan diresmikan oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil pada Jumat 4 Februari 2022.  

10. Kutagara Wadasan dan Kuncung

Kutagara dan Wadasan di Keraton Kasepuhan Cirebon. (FOTO: istimewa)

Kutagara Wadasan adalah bangunan di Keraton Kasepuhan berbentuk gapura bercat putih dengan gaya khas Cirebon. Gaya arsitektur Cirebon tampak pada bagian bawah kaki gapura yang berukiran Wadasan dan bagian atas dengan diukir dengan ukiran mega mendung.

Arti ukiran tersebut, seseorang harus mempunyai fondasi kuat jika sudah menjadi pimpinan atau sultan, bisa mengayomi bawahan dan rakyat. Kuncung merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat parkir kendaraan sultan dan dibangun oleh Sultan Sepuh I Syamsuddin Martawidjaja pada 1678.


Editor : Agus Warsudi

Sebelumnya
Halaman :
1 2 3

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network