Tekan Angka Kecelakaan, Tol Cipali Tambah 632 Rambu Akhir Tahun Ini
MAJALENGKA, iNews.id - Untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas, manajemen pengelola Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) bakal menambah 632 rambu baru pada akhir tahun ini. Rambu itu berbagai macam, dari peringatan hingga imbauan.
Departement Head Traffic Management ASTRA Tol Cipali Andre Yulianto mengatakan, pemasangan ratusan rambu-rambu itu berdasarkan rekomendasi dari dinas perhubungan yang diterima pihak ASTRA Cipali.
“Akhir tahun ini kami menambah 632 rambu Tol Cipali. Ada cevron, peringatan, dan imbauan. Rambu-rambu itu direkomendasikan dinas perhubungan. Setiap dua tahun sekali mereka survei, nanti ada rekomendasi apa,” kata Andre.
Di luar itu, jelas dia, di jalan Tol yang menghubungkan Purwakarta dan Cirebon sepanjang s116 kilometer tersebut telah terdapat berbagai macam rambu. Termasuk rambu kecepatan angin. “Kami pasang rambu semacam kaya parasut ya. Untuk menentukan arah angin juga,” ujar dia.
Andre menuturkan, di ruas jalan itu juga terdapat rumbledot atau titik kejut. Titik kejut itu terpasang di bahu atau tepi jalan. “Titik kejut itu di pinggir nggak boleh di tengah. Kalau di dalam (badan jalan), ada pengaruhnya terhadap keselamatan,” tutur Andre.
Sementara itu, dari kasus kecelakaan yang terjadi di Tol Cipali, jelas Andre, didominasi oleh faktor kesalahan manusia, di antaranya melaju dengan kecepatan tinggi di luar batas maksimal 100 kilometer per jam. Dari data yang ada, tidak sedikit pengendara yang melaju kendaraannya di atas 100 kilometer per jam.
Diberitakan sebelumnya, pakar transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ofyar Z Tamim menyebut ada tiga faktor yang jadi penyebab Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) rawan kecelakaan. Tiga faktor itu antara lain, kesalahan desain, kendaraan, dan kondisi pengemudi.
Diketahui, jalan Tol Cipali menjadi momok bagi pengendara. Sebab telah banyak korban dan nyawa melayang akibat rentetan kecelakaan yang terjadi di jalan tol sepanjang 116 kilometer itu.
Peristiwa terakhir, kecelakaan maut kembali terjadi di Tol Cipali kilometer 119, Cibogo, Subang, Kamis (17/12/2020) pagi. Kali ini sebuah minibus Grand Max B 1078 TYF yang berjalan dari arah Palimanan Cirebon menuju Jakarta menabrak bagian belakang truk yang berjalan di depannya.
Akibat kejadian ini, empat orang tewas dan tiga orang luka-luka sementara penyebab kecelakaan maut tersebut masih dalam penyelidikan pihak kepolisian.
Pakar transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Ofyar Z Tamim menilai, terdapat tiga faktor penyebab maraknya kecelakaan di jalan tol yang mulai dioperasikan 2015 lalu itu.
Penyebab pertama adalah kesalahan desain dalam pembangunan jalan tol tersebut. Namun begitu, kata Ofyar, kecil kemungkinan kesalahan desain menjadi penyebab utama maraknya kecelakaan di Tol Cipali.
"Itu menjadi salah satu penyebab, Tapi menurut saya kecil kemungkinannya karena desain melibatkan konsultan perencanaan. Bukan hanya konsultan dalam negeri, namun juga luar negeri. Saya tidak yakin kesalahan design jadi faktor penyebab utama," tegas Ofyar, Kamis (17/12/2020).
Faktor penyebab kedua, lanjut Ofyar, yakni kendaraan yang digunakan. Menurutnya, banyak kendaraan yang terlibat kecelakaan di Tol Cipali diketahui mengalami rem blong hingga kelebihan muatan.
"Banyak kejadian remnya jebol dan itu (berkaitan) dengan KIR (kelayakan kendaraan), termasuk usia kendaraan," sebut Ofyar.
Faktor penyebab terakhir, kata Ofyar, yakni kondisi pengemudi saat melajukan kendaraannya di tol yang terkenal panjang dan lurus itu.
"Kondisi pengemudi yang lelah, mengantuk, hingga pengemudi yang mengejar rit. Mereka memaksakan diri mengemudi dalam kondisi yang tidak fit," jelasnya.
Ofyar mengaku, tidak bisa memastikan bahwa salah satu dari tiga faktor penyebab tersebut menjadi penyebab utama kecelakaan di Tol Cipali.
"Namun, saat tiga faktor itu bertemu, hal itulah yang kerap menjadi penyebab kecelakaan," imbuhnya.
Menurut Ofyar, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan tingginya angka kecelakaan di Tol Cipali, yakni dengan memperbanyak rambu, marka, hingga penunjuk jalan, termasuk rambu-rambu peringatan.
"Tol Cipali ini sudah jadi dan beroperasi, sulit kalau harus mengubah design. Solusi yang dapat dilakukan, yakni memperbanyak rambu, marka, dan penunjuk jalan. Harus dipasang banyak juga papan peringatan sampai alat efek kejut, agar pengemudi tetap konsentrasi saat melintas di Tol Cipali yang lurus dan panjang itu," paparnya.
Sebelumnya, Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat, Kombes Pol Eddy Djunaedi mengatakan, kontur jalan Tol Cipali yang lurus, landai, dan cukup panjang, menyebabkan para pengendara terlena dan memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Polda Jabar pernah mengukur kecepatan rata-rata laju kendaraan di Tol Cipali antara 150 hingga 200 km per jam atau melebihi batas ketentuan 60-100 km per jam.
Hal itu diketahui setelah Polda Jabar menggunakan speed gun untuk mengetahui kecepatan kendaraan yang melintas di jalan tol tersebut.
"Saat memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi, para pengendara kerap tak menghiraukan rasa lelah dan kantuk. Dalam kondisi seperti ini, kecelakaan fatal pasti terjadi," katanya.
Editor: Agus Warsudi