Selama Pandemi, Angka Stunting di Indonesia Justru Turun Jadi 24 Persen
BANDUNG, iNews.id - Selama pandemi Covid-19, angka penduduk Indonesia masuk kategori stunting di Indonesia justru tercatat mengalami penurunan menjadi 24 persen dari sebelumnya 27,6 persen. Turunnya jumlah penduduk stunting ini diharapkan semakin ditekan hingga angka 14 persen pada 2024.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan, data terbaru yang di update Kementerian Kesehatan pada tahun 2021, angka stunting penduduk Indonesia turun tiga digit menjadi 24 persen. Penurunan itu dimulai cukup menggembirakan, mengingat penduduk stunting Indonesia yang masih cukup besar.
"Kami bersyukur, kendari diterpa pendemi, angka stunting di Indonesia bisa turun tiga digit," kata Hasto pada pengukuhan Duta Penurunan Stunting Jabar di Hotel Aston Pasteur, Jalan Ir Djunjunan, Kota Bandung, Senin (27/12/2021).
Menurut dia, Indonesia memiliki bonus demografi yang cukup tinggi. Namun, potensi ini akan menjadi bencana jika pengetahuan mereka atas stunting minim. Sehingga mereka cenderung melakukan pernikahan muda hingga putus sekolah.
"Padahal mereka yang menentukan masa depan kita. Kalau bonus demografi ini putus sekolah, hamil muda, maka angka stunting juga akan tinggi," ujarnya.
Hasto menurutkan, edukasi tentang stunting perlu terus dilakukan kepada masyarakat. Dengan edukasi, mereka bisa mengerti bagaimana mencegahnya. Menurut dia, stunting itu pendek, tapi pendek belum tentu stunting.
"Penyebab stunting itu di antaranya selalu sakit-sakitan, kurang makan, dan cara pengasuhan kurang bagus. Stunting belum tentu keturunan tapi bisa disebabkan oleh lingkungan," tutur Hasto Wardoyo.
Mereka yang masuk kategori stunting, kata Kepala BKKBN, akan memiliki beberapa kekurangan. Di antaranya, secara fisik memiliki tinggi tubuh lebih pendek, intelektual rendah, dan ketika usia 40 tahun akan mejadi central obesitas.
Sementara itu Sekda Jabar Setiawan Wangsaatmaja mengatakan, di Jabar ada beberapa daerah dengan anak stunting masih cukup tinggi. Di antaranya, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Cimahi, Bogor, dan Kabupaten Bandung Barat (KBB).
"Kami sudah melakukan pemetaan hingga level desa misalnya di Cimahi ada data detail setiap desa. Sehingga kita lebih mudah melakukan penanganan terhadap potensi stunting. Misalnya ibu hamil mendapatkan penanganan kehamilan," kata Setiawan Wangsaatmaja.
Editor: Agus Warsudi