Prihatin Kasus Pimpinan Ponpes di Katapang Bandung Cabuli Santriwati, Ini Kata Iwan Bule
SOREANG, iNews.id - Kasus pimpinan pondok pesantren (ponpes) di Katapang, Kabupaten Bandung, mengundang keprihatinan Mochamad Iriawan, sesepuh Jawa Barat sekaligun mantan penjabat sementara (pjs) Gubernur Jabar. Pria yang akrab disapa Iwan Bule ini menyatakan, harus ada langkah-langkah konkret agar kejadian serupa tidak kembali lagi.
Iwan Bule mengatakan, sosialisasikan sejak dini terkait bagian-bagian tubuh apa saja yang tidak boleh disentuh orang lain. Ada sebuah lagu berjudul Ku Jaga Diriku dan sudah disosialisasikan di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK), dan sekolah dasar (SD).
Namun, kata Iwan Bule, sosialisasi belum menyeluruh. Padahal dengan pendidikan yang dianggap sepele melalui lagu Ku Jaga Diriku itu, bisa membentuk kepribadian dan pendirian dalam menjaga diri bagi santri dan santriwati.
"Ku Jaga Diriku kalau tidak salah lagunya. Melalui lagu ini, anak-anak baik laki-laki dan perempuan sejak dini diajak paham bagaimana menjaga diri. Bagian apa yang boleh dan tidak boleh disentuh. Namun lagu ini baru ada di wilayah perkotaan," kata Iwan Bule, Selasa (16/8/2022).
Hal lain yang harus dilakukan, tutur Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ini, adalah ponpes harus memilah guru berdasarkan gender untuk mengajar. "Jadi sebisa mungkin santriwati belajar ke ustazah dan santri ke ustaz," tuturnya.
Namun jika tidak memungkinkan, kata Iwan Bule, harus ada jarak saat mengajar antara ustaz laki-laki dengan santriwati. "Misalnya diambil jarak sekitar 20-35 meter, cara mengakalinya pun mudah, tinggal gunakan mikrofon," ucap alumnus SMAN 5 Bandung tersebut.
Iwan Bule mengingatkan peran pemerintah untuk mencegah pelecehan seksual di ponpes sangat penting. Walaupun pembinaan pesantren di bawah Kemenag, namun dinas terkait harus ikut memantau cara belajar mengajar di ponpes tersebut.
"Semisal dari DP3AKB atau P2TP2A, termasuk unit PPA di tingkatan polres atau polda. Tergantung sebesar apa dan sebanyak apa jumlah santri dan santriwatinya," ujar Iwan Bule.
Sebagai seorang nahdliyin, Iwan Bule berpesan, kepada penduduk Jawa Barat agar memasukan pesantren dengan sanad jelas. "Jadi nyambung guru-gurunya hingga ke Nabi Muhammad SAW," tuturnya.
Selain itu, dalam kasus pencabulan yang telah terjadi, kata Iwan Bule, perlu dilakukan perlindungan terhadap para saksi. Sebab, tidak menutup kemungkinan, ada intervensi dari pelaku pencabulan karena seolah-olah memiliki kuasa di ponpes yang terlibat.
"Ini banyak terjadi. Keluarga santri dan santriwati yang jadi korban diiming-imingi sesuatu agar bungkam. Bahkan ada juga yang diancam oleh pihak ponpes karena berusaha menceritakan kejadian pencabulan tersebut," ucap Iwan Bule.
Karena itu, mantan Kapolda Jabar dan Kapolda Metro Jaya ini berharap, peristiwa serupa jangan sampai terjadi lagi. Jangan sampai karena banyak kejadian seperti ini, para orang tua enggan menyekolahkan anaknya ke pesantren.
"Berapa banyak para founding fathers kita yang merupakan lulusan pesantren. Semisal Gus Dur, Buya Hamka, KH Agus Salim, dan masih banyak lainnya. Negara ini bisa seperti sekarang adalah atas jasa-jasa mereka," ujarnya.
Editor: Agus Warsudi