Pedagang Ayam di Bandung Ancam Mogok Jualan hingga Senin Pekan Depan
BANDUNG, iNews.id - Pedagang ayam di Bandung, Jawa Barat yang tergabung dalam Persatuan Pasar dan Warung Tradisional (PESAT) mengancam akan melanjutkan aksi mogok berjualan hingga Senin (22/1/2018).
Ancaman itu dilakukan jika Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat tidak memenuhi janjinya menekan harga ayam potong. “Kalau sampai Senin (22/1) tidak ada realisasinya, kami akan lanjutkan aksi mogok jualan,” kata Ketua Koperasi PESAT Bakti Bangsa, Iim Ruhimat, Jumat (19/1/2018).
Iim menilai, tingginya harga ayam potong di wilayah Bandung Raya, bakal berimbas ke daerah lainnya seperti DKI Jakarta. “Kalau di Bandung Raya naik, di Jakarta pasti harganya lebih tinggi,” ucapnya.
Iim mengatakan, wacana aksi mogok tersebut dilakukan agar pemerintah daerah bisa menekan harga ayam siap potong di hulu. Pedagang, mogok karena protes terhadap tingginya harga ayam potong saat ini yang mencapai Rp40.000 per kilogram. Dari bandar ke pemotong, harganya sudah Rp23.000 per kilogram. "Dari pemotong ke pedagang Rp25.000. Sampai konsumen bisa Rp36.000-38.000 per kg. Jelas ini sangat memberatkan masyarakat,” katanya.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat menyayangkan aksi sejumlah pedagang daging ayam yang melakukan aksi mogok berjualan di Kota Bandung.
Menurut Kepala Disperindag Jabar, Hening Widiatmoko, kondisi di lapangan memang masih ada pedagang yang tidak berjualan. Namun, hal itu harus dilihat bukan sebagai bagian dari aksi mogok yang sebelumnya sudah direncanakan oleh penggeraknya yakni LSM PESAT.
"Seharusnya, dengan resmi dibatalkan rencana aksi tersebut, maka tidak ada lagi instruksi untuk melanjutkan aksi tersebut," ujar Hening saat dihubungi, Jumat (19/1/2018).
Hening mengatakan, Satgas Pangan Provinsi Jabar akan terus memantau kondisi di lapangan. Kalau ada pedagang ayam yang masih mogok, maka akan dilakukan investigasi.
"Kalau ditemukan ada yang memprovokasi dan mengintimidasi pedagang agar mogok, maka akan segera dilakukan penindakan oleh satuan Ditsersekrimsus Polda Jabar," katanya.
Dia menduga, tidak berjualannya pedagang ayam tersebut karena faktor pedagang sendiri yang memilih untuk istirahat atas inisiatif sendiri. Bisa juga, karena alasan ada kelesuan dalam penjualan, akibat harga ayam yang mereka beli untuk dijual masih relatif tinggi sementara pembeli berkurang. "Faktor eksternal bisa menjadi penyebab juga," katanya.
Widi menjelaskan, bisa saja bandar ayam di pasar mengurangi pembelian dari broker. Sehingga, berdampak pada berkurangnya pasokan ayam yang bisa dijual oleh pedagang.
Karena itu, kata dia, Satga Pangan Provinsi sudah mendekati broker pemasok ayam dan memiminta agar broker tetap mensupply ayam ke bandar. Serta, menjamin keamanan pendistribusiannya.
"Jadi kalau memang sampai 2 hari ke depan tidak menjual. Nantinya, yang akan mengalami kerugian adalah pedagang sendiri," tandas Widi.
Editor: Kastolani Marzuki