get app
inews
Aa Text
Read Next : Obat Batuk Berdahak Dilengkapi Herbal dan Madu

Nilai Ekonomi Tumbuh 14 Persen, Perguruan Tinggi Genjot Riset Obat Herbal

Kamis, 05 Oktober 2023 - 15:57:00 WIB
Nilai Ekonomi Tumbuh 14 Persen, Perguruan Tinggi Genjot Riset Obat Herbal
Bandung menjadi tuan rumah ASOMPS XVIII di Sabuga, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Kamis (5/10/2023). (Foto: iNews.i/Arif Budianto)

BANDUNG, iNews.id - Perguruan tinggi (PT) terus menggenjot pengembangan dan riset obat herbal salah satunya dari jamu menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. Hal itu seiring tingginya pemanfaatan obat herbal oleh masyarakat. 

Chairman Asian Symposium on Medicinal Plant, Spices, and Other Natural, Products (ASOMPS) XVIII Elfahmi mengatakan, perguruan tinggi terus mendorong riset obat tradisional menjadi produk obat bernilai ekonomi tinggi. Berbagai riset telah dilakukan oleh banyak perguruan tinggi dan menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pengobatan manusia. 

"Kalau dulu perguruan tinggi terbatas pada temuan riset saja, untuk saat ini riset yang kami hasilkan lebih aplikatif dengan menggandeng perusahaan. Sehingga temuan tersebut bisa dikembangkan menjadi produk jadi," kata dia pada usai pembukaan ASOMPS XVIII di Sabuga, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Kamis (5/10/2023). 

Menurut dia, banyak hasil riset perguruan tinggi yang telah dipakai kalangan industri dan bernilai jual. Misalnya obat anti alergi, propolis, obat hipertensi, dan lainnya. Walaupun, secara jumlah di Indonesia baru 26 produk herbal yang telah masuk kategori fitofarmaka. Sementara item dalam bentuk kami tradisional jumlahnya lebih dari 10.000 an. 

"Memang secara jumlah obat tradisional yang telah masuk fitofarmaka masih rendah. Salah satu kendalanya adalah adanya harapan harga obat herbal lebih murah. Sementara risetnya tidak mudah, karena ini ekstrak jadi perlu riset panjang," katanya. 

Walaupun, lanjut dia, pihaknya mencatat permintaan akan obat herbal terus meningkat. Hal itu tampak pada transaksi ekonomi herbal yang tumbuh 7-14 persen per tahun. Pertumbuhan ini tak lepas dari pergeseran gaya hidup masyarakat dari mengobati menjadi melakukan pencegahan. 

Indonesia memiliki 30.000 spesies tanaman. Dari jumlah itu, sekitar 7.000 di antaranya merupakan spesies tanaman berkhasiat, memiliki jutaan resep untuk kecantikan dan kesehatan. Sayangnya, meski kekayaan alam Indonesia sangat berpotensi untuk industri kecantikan, saat ini 85 persen bahan baku obat dan kosmetik masih mengimpor.

Acara ASOMPS di Bandung ini, kata dia, sebagai upaya membangun jejaring dan bertukar pandangan atas riset yang telah dilakukan pada obat herbal. Juga sarana bagi perguruan tinggi meningkatkan kapasitas SDM melalui pertukaran ilmu pengetahuan dan lainnya. 

"Konsorsium ini diikuti sekitar 160 peserta dari 12 negara. Bagi kami, konsorsium ini sangat penting karena membahas tentang tumbuhan obat herbal. Obat yang oleh kita sering digunakan namun diteliti dari sisi ilmu pengetahuan," kata dia. 

Editor: Asep Supiandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut