get app
inews
Aa Text
Read Next : Biografi Sayuti Melik, Pencatat Sejarah dan Pengetik Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Monumen Kebulatan Tekad di Rengasdengklok Karawang, Abadikan Sejarah Kemerdekaan Indonesia

Minggu, 19 November 2023 - 10:20:00 WIB
Monumen Kebulatan Tekad di Rengasdengklok Karawang, Abadikan Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Monumen Kebulatan Tekad atau Tugu Peureup di Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. (FOTO: istimewa)

BANDUNG, iNews.id - Kabupaten Karawang merupakan daerah yang berada 97,4 kilometer sebelah barat Kota Bandung. Kabupaten ini dikenal sebagai lumbung padi, namun kini berkembang pesat menjadi kawasan industri.

Secara geografis, Karawang berada di dataran rendah dengan ketinggian 0-5 meter di atas permukaan laut (MDPL). Hanya di kawasan Gunung Sanggabuana saja yang memiliki ketinggian 1.200 MDPL.

Karawang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi di Barat, Kabupaten Bogor di Barat Daya dan Selatan, Laut Jawa di Utara. Kemudian, berbatasan dengan Subang di Timur, dan Purwakarta di Tenggara serta Selatan. 

Karawang memiliki luas wilayah 1.911 km persegi dengan jumlah penduduk pada 2021 sebanyak 2.406.895 jiwa, dan tingkat kepadatan 1.457 jiwa per km persegi.

Daerah ini mendapat julukan Kota Pangkal Perjuangan. Julukan itu bukan tanpa alasan. Sebab, sejumlah peristiwa bersejarah bangsa Indonesia terjadi di Kabupaten Karawang.

Seperti, peristiwa penculikan Proklamator Soekarno dan Mohammad Hatta oleh sekelompok pemuda pejuang kemerdekaan ke Rengadengklok, Kabupaten Karawang pada 16 Agustus 1945.

Kemudian, pertempuran sengit antara para pejuang kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda dan Jepang di Karawang pada 19 September 1945 atau satu bulan pascaproklamasi kemerdekaan Indonesia. 

Tari Ketuk Tilu, seni tari khas Karawang yang jadi cikal bakal Tari Jaipong. (FOTO: ISTIMEWA)
Tari Ketuk Tilu, seni tari khas Karawang yang jadi cikal bakal Tari Jaipong. (FOTO: ISTIMEWA)

Pada 9 Desember 1947, terjadi peristiwa pembantaian 431 warga Kampung Rawagede, saat ini terletak di Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang. Ratusan penduduk Rawagede dibantai oleh tentara Belanda saat melancarkan agresi militer pertama. 

Monumen Kebulatan Tekad

Monumen Kebulatan Tekad berlokasi di Jalan Raya Tugu Proklamasi, Kampung Bojong Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Lokasi monumen ini berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Karawang. 

Monumen ini berdiri di lahan seluas 1.500 meter persegi bekas Markas Pembela Tanah Air (PETA), pasukan yang dibentuk penjajah Jepang.

Tugu Kebulatan Tekad satu kompleks dengan Tugu Proklamasi Rengasdengklok dan Rumah Djiauw Kie Siong, tempat singgah Soekarno-Hatta saat diamankan kaum muda di Rengsdengklok.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, pembangunan monumen ini mulai digagas oleh panitia Tugu Rengasdengklok pada Juni 1950.

Pembangunan Tugu Rengasdengklok atau Monumen Kebulatan Tekad mulai dikerjakan pada Juli 1950 dan selesai pada 17 Agustus 1950 dan diresmikan.

Pada 1984, Monumen Kebulatan Tekad dipugar oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Karawang. Pemugaran terakhir dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Megawati Sukarnoputri.

Tugu Peureup

Monumen Kebulatan Tekad dikenal oleh warga Karawang sebagai Tugu Peureup. (FOTO: istimewa)
Monumen Kebulatan Tekad dikenal oleh warga Karawang sebagai Tugu Peureup. (FOTO: istimewa)

Bentuk monumen cukup unik. Terdapat empat bulatan seperti telur di samping bulatan besar yang dipuncaknya terdapat tangan kiri mengepal. Sedangkan 4 bulatan mewakili empat penjuru mata angin. Empat sudut terdapat ornamen runcing simbol bambu runcing, senjata yang digunakan pejuang saat melawan penjajah. 

Sementara tangan kiri mengepal itu melambangkan tekad para pejuang untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia. Di bagian depan penyangga bulatan bertuliskan 17 Aug 1945 itu terdapat Naskah Proklamasi. Di sisi belakang monumen terdapat relief yang menggambarkan perjalanan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Karena puncak menara berupa tangan kiri mengepal, warga Karawang kerap menyebut Monumen Kebulatan Tekad dengan Tugu Peureup yang bahasa Sunda berarti kepalan tangan.

Di belakang tugu, terdapat relief yang menggambarkan peristiwa bersejarah yang terjadi di Rengasdengklok. Di ujung selatan relief menggambarkan Jepang menyerah kepada Sekutu.

Di bagian tengah relief, menceritakan tentang peristiwa persiapan menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sedangkan di ujung utara relief, menceritakan tentang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta pada Jumat 17 Agustus 1945.

Selain peristiwa penculikan dwi tunggal Soekarno-Hatta oleh kelompok pemuda pejuang yang akhirnya Soekarno-Hatta bersedia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada Jumat 17 Agustus 1945 tanpa bantuan Jepang, pendirian Monumen Kebulatan Tekad juga untuk mengenang peristiwa pertempuran 19 September 1945. 

Monumen ini dibangun untuk mengenang dan menghormati para pahlawan yang gugur dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 

Selain tugu tangan mengepal, terdapat pula monumen dengan puncak berbentuk dua tangan mencakar langit. Tugu ini melambangkan bangsa Indonesia akan terus berjuang sampai titik darah penghabisan untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan.

Saat ini, Monumen Kebulatan Tekad di Rengahdengklok, Karawang menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang banyak dikunjungi. Mereka menghayangi peristiwa Rengasdengklok dan sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia di tugu ini.

Selain itu, wisatawan juga dapat berkunjung ke rumah persinggahan Bung Karno dan Bung Hatta saat disembunyikan oleh pemuda pejuang pada 16 Agustus 1945.

Peristiwa Rengadengklok

Peristiwa penyembunyian Soekarno-Hatta oleh kelompok pemuda di Rengasdengklok diawali oleh menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945. Sebelum Jepang menyerah, pada hari itu pula telah terbentuk sekitar 70 batalyon PETA di Jawa dan 50 kompi di Sumatera.

Berita kekalahan Jepang terhadap Sekutu didengar oleh para pemuda pejuang yang bekerja di Sendendu (Kantor Propaganda Jepang) pada 14 Agustus 1945 melalui siaran radio San Franscisco. 

Berita menyerahnya Jepang secara resmi diketahui oleh Soeroto Koento dan Soebianto Djojohadikoesoemo melalui siaran radio Sekutu pada 15 Agustus 1945. Kemudian, mereka menyampaikan berita tersebut ke Markas Pusat PETA di Asrama Budi Kemuliaan Jakarta. 

Tokoh yang menerima kabar tersebut, Kemal Idris, Daan Mogot, Jopie Bolang, Daan Jahja, Oetarjo, dan Islam Salim. Para komandan peleton tersebut kemudian menghubungi Dan Yon PETA Abdoel Kadir.

Para perwira PETA tadi bertekad bulat mengambil langkah menyelamatkan kedudukan Bangsa Indonesia dengan memanfaatkan kondisi vakum karena Jepang sudah menyerah tetapi Sekutu belum datang. 

Para mahasiswa dari asrama Prapatan 10, Cikini Raya 71 dan para pelajar bersepakat agar Dan Ton Daan Jahja bersama Soebianto Djojohadikoesoemo segera mendatangi Bung Hatta agar bersama Bung Karno bersedia segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Pada saat sama kelompok pemuda dari asrama Menteng Raya 31 antara lain, Chaerul Saleh dan Soekarni telah mendatangi Bung Karno dengan maksud sama. 

Kedua kelompok pemuda tersebut gagal mendapatkan keinginan karena Soekarno-Hatta menolak memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Akhirnya dua kelompok pemuda itu pun bergabung.

Lantaran situasi Jakarta diperkirakan genting karena terjadi pemberontakan terhadap Jepang, pemuda Soekarni, Dan Ton Singgih, dan perwira kesehatan Dr Soetjipto dari Yon I PETA Jakarta mengantar Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. 

Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno. (FOTO: istimewa)
Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno. (FOTO: istimewa)

Di Rengasdengklok pada pagi hari, terjadi peristiwa pelucutan dan penawanan tentara Jepang oleh pasukan PETA di bawah komando Dan Ton Umar Bachsan, Dan Ton Affan, dan Dan Ton Soeharjana.

Camat Hadipranoto menurunkan bendera Jepang kemudian mengibarkan Sang Merah Putih. Peristiwa ini yang menandai pada 16 Agustus 1945, Rengasdengklok menjadi daerah pertama Negara Republik Indonesia yang telah merdeka.

Bung Karno dan Bung Hatta diselamatkan ke daerah kompi PETA Soebeno. Di sini kedua pemimpin melakukan dialog dengan pemuda dan PETA. Akhirnya mereka mencapai kebulatan tekad untuk memproklamasikan kemerdekaan pada Jumat 17 Agustus 1945.

Dan Yon II PETA Jakarta bersama Dan Ki Setiadi Kartohadikoesoemo tiba dari Purwakarta melaporkan kesiapan seluruh jajaran PETA mendukung proklamasi.

Bung Karno dan Bung Hatta kembali ke Jakarta didampingi Mr Soebardjo yang menjemput. Akhirnya pada 17 Agustus 1945 diproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut