Mensos Temui Belasan Korban Pencabulan di Cirebon, Ini yang Dikatakannya
CIREBON, iNews.id - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menemui belasan anak di bawah umur korban pelecehan seksual oleh oknum guru ngaji madrasah di Cirebon, Senin (20/3/3023). Kedatangan Mensos itu untuk melihat secara langsung kondisi korban.
"Saya datang ke sini karena beberapa media menginformasikan terjadinya kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum guru ngaji. Saya melihatnya sangat miris, ini yang membuat saya ingin melihat korban," kata Menteri Sosial Tri Rismaharini. Senin (20/03/2023).
Dia juga bertemu dengan para orang tua korban, untuk mendengar keluhan mereka. Risma memberikan motivasi kepada para korban yang saat ini masih trauma.
"Saya sudah bertemu anak-anak yang menjadi korban, saya lihat mereka masih sangat trauma. Bahkan ketika saya mendekat, mereka seperti ketakutan," ujarnya.
Selain itu, Mensos juga sudah berbicara kepada para guru sekolah di mana pelaku mengajar. Di hadapan para guru, dia tidak berbicara terkait sekolah, lingkungan dan agama. Melainkan berbicara tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum guru ngaji.
"Yang saya sampaikan di depan para guru tadi terkait pelakunya. Nanti keputusan dari para orang tua dan korban, semata-mata bukan karena benci terhadap sekolahnya. Akan tetapi ini demi kenyamanan anak-anak yang menjadi korban. Jadi kita utamakan anak-anak, agar traumatiknya hilang," ucapnya.
Sementara itu, anggota DPR Selly Andriany Gantina, menyayangkan adanya kasus oknum guru melakukan tindakan asusila terhadap anak didiknya. Terlebih lagi korban yang masih di bawah umur yang merupakan siswi sekolah madrasah.
"Kasus ini saya dengarnya sangat miris sekali, karena dilakukan oleh guru ngaji terhadap anak-anak didiknya. Sampai saya berpikir, saya tidak ingin memiliki anak atau cucu perempuan, karena yang ditakutkan akan menjadi korban yang sama dari para predator anak," ujar dia.
Dia juga menyayangkan sikap dari pelaku yang sebelumnya sempat melakukan restorasi justice terhadap para orang tua dan termasuk korban. Tindakan itu membuat semacam ketakutan dari korban dan keluarga korban terutama dari pihak sekolah, lingkungan yang tidak paham terhadap psikis korban.
"Ini yang kami sangat sayangkan oleh kita semua yang ada di dalam, terutama kepada ibu menteri, terlebih kami-kami yang memahami hukum. Kami juga mendorong agar tidak ada upaya restorasi justice, terhadap keluarga korban," katanya.
Selain itu, lanjut Selly, terkait kasus tersebut. Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Bupati Cirebon agar kebijakan mengenai sertifikasi kelulusan sekolah agama ada pengecualian. Karena, lanjut Selly kebijakan persyaratan ijazah sekolah agama untuk melanjut ke jenjang SMP dan SMA ini sangat membebani korban yang masih merasa trauma untuk masuk sekolah agama.
"Korban sampai saat ini masih mengalami trauma, untuk masuk sekolah agam saja masih merasa takut. Jadi saya berharap kepada pemerintah, khusus untuk anak-anak yang menjadi korban tidak dibebani dengan sertifikasi kelulusan sekolah agama untuk melanjutkan ke jenjang sekolah SMP dan SMA," kata dia.
Dia juga telah berkoordinasi dengan Ketua MUI dan pusat untuk melakukan sosialisasi di masjid-masjid dan majelis taklim bahwa kekerasan seksual tidak dibenarkan oleh agama manapun, khususnya Agama Islam.
"Tadi kami sudah berkoordinasi dengan ketua MUI Kabupaten Cirebon, dan direspons, baik MUI juga akan berupaya untuk menyosialisasikan terkait kejahatan pelecehan seksual yang tidak dibenarkan oleh agama," ucapnya.
Editor: Asep Supiandi