Luas Sawah di Jabar Menyusut akibat Alih Fungsi Lahan, Ketahanan Pangan Terancam
BANDUNG, iNews.id - Luas lahan sawah di Jawa Barat terus menyusut akibat alih fungsi lahan untuk perumahan dan bangunan usaha. Kondisi ini jika dibiarkan akan mengancam ketahanan pangan di Jabar.
Sebab di sisi lain, kebutuhan pangan penduduk Jabar terus meningkat. Karena itu dibutuhkan intervensi kebijakan oleh pemerintah daerah agar luas lahan sawah bisa dipertahankan.
Fakta terrsebut terungkap dari hasil kajian dosen dan mahasiswa program studi (prodi) Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor.
Mereka melakukan studi Analisis Daya Dukung Pangan dan Lingkungan Berbasis Lahan Sawah di Kabupaten Purwakarta. Tim kajian beranggotakan Dr Dolly Priatna MSi, Dr Rosadi SP MM, Prof Dr Isman Kadar, dan Budi Saputro.
Kajian yang dilaksanakan Januari-April 2022 ini mengungkap analisis spasial di Kabupaten Purwakarta pada periode 2013-2017 telah terjadi pengurangan lahan sawah menjadi area terbangun sebesar 195,55 hektare (ha).
Terjadi pengurangan luas lahan sawah terbesar menjadi industri, seluas 117,99 ha (60,34 persen). Sedangkan pada periode 2017-2021, pengurangan lahan sawah menjadi area terbangun sebesar 401,83 ha, dengan pengurangan lahan sawah menjadi permukiman cukup tinggi, yaitu, seluas 196,76 ha (48,97 persen).
Berdasarkan hasil analisis spasial lahan sawah pada 2021 dengan pola ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Purwakarta 2011-2031, terdapat perencanaan untuk mengubah peruntukan dari areal lahan sawah dikembangkan menjadi berbagai peruntukan.
Antara lain kawasan industri seluas 1.934,35 ha, pemukiman seluas 1.598,30 ha, dan perumahan, perdagangan serta jasa seluas 210,29 ha.
Di sisi lain, daya dukung lingkungan Kabupaten Purwakarta dengan pendekatan jasa ekosistem berupa penyediaan jasa pangan pada 2021 mencapai 142.506,51 ton, dengan penerima jasa pangan sebanyak 997.869 jiwa penduduk. Penerima jasa pangan ini akan terus meningkat hingga 2045 yang akan mencapai 1.095.934 jiwa penduduk.
Dr Dolly Priatna MSi, anggota tim kajian, mengatakan, salah satu faktor penting dalam daya dukung pangan dan lingkungan adalah lahan sawah.
Semakin luas lahan sawah yang terlindungi dan produktif akan semakin tinggi pula daya dukung pangan dan lingkungannya.
“Untuk meningkatkan daya dukung pangan Kabupaten Purwakarta, salah satunya dapat dicapai dengan intervensi kebijakan melalui skenario kebijakan optimasi sumber daya lahan sawah, peningkatan produktivitas, dan kombinasi atas keduanya,” kata Dr Dolly Priatna MSi.
Subkoordinator Konservasi Lahan dan Analis Prasarana Sarana Pertanian Ahli Muda Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) Pinta Uli Vera A Simanjuntak mengatakan, pangan merupakan hak asasi manusia yang fundamental.
Negara bersama masyarakat harus menjamin ketersediaan pangan tersebut. Sejalan dengan itu, negara serius dalam upaya untuk mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan nasional serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Permasalahan utama dalam mewujudkan kesediaan pangan tersebut adalah permintaan pangan lebih cepat dibandingkan dengan penyediaan pangan. Hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, pertumbuhan ekonomi, daya beli, dan pola konsumsi masyarakat Indonesia.
Di samping itu, sawah merupakan salah satu faktor penting dalam penyediaan pangan. Namun, luasan sawah mengalami penyusutan dari tahun ke tahun akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi peruntukkan lain.
Perlu dilakukan upaya penyadaran kepada semua pihak tentang pentingnya pangan dan prioritas kebijakan untuk kemaslahatan yang lebih besar. Salah satu upaya penyadaran yaitu dengan cara memberikan data dan informasi yang benar, dengan melakukan riset tentang daya dukung pangan bagi suatu daerah.
"Riset ini dapat memberikan gambaran di lapangan tentang daya dukung pangan suatu daerah, sampai tahun berapa daerah tersebut masuk kepada kemandirian pangan dan bagaimana upaya meningkatkannya," kata Pinta Uli Vera A Simanjuntak.
Kementan, ujar Pinta Uli Vera A Simanjuntak, mendukung penuh upaya semua pihak, seperti yang dilakukan oleh Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan bersama-sama mencari solusi untuk berinovasi menciptakan keberlanjutan pangan dan kelestarian lingkungan ekosistem di negara ini.
"Kita sama-sama menginginkan mewariskan keberlanjutan pangan dan pertanian maju, mandiri, dan modern untuk anak cucu generasi mendatang," ujar Pinta Uli Vera A Simanjuntak.
"Kajian-kajian yang telah dilakukan di daerah lain, selain Kabupaten Purwakarta, dapat memberikan rekomendasi arah kebijakan bagi keberlanjutan dan ketahanan pangan di Indonesia. Semoga sektor pertanian dapat berkontribusi untuk keberlangsungan dan keberlanjutan pangan bagi kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Mekar Harapan, Desa Citeko, Kecamatan Pleret, Kabupaten Purwakarta Ahmad Gunyani mengatakan, lahan sawah di Desa Citeko, Kabupaten Purwakarta mulai berkurang akibat alih fungsi lahan menjadi perumahan dan peruntukan lainnya.
Hal ini dapat mengakibatkan jumlah produksi padi menurun sehingga menyebabkan ketahanan pangan di Kabupaten Purwakarta terganggu.
“Kami sangat membutuhkan dukungan pemangku kepentingan setempat khususnya pemerintah daerah agar bersama-sama mempertahankan lahan sawah dari alih fungsi lahan demi mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat,” kata Ahmad Gunyani.
Editor: Agus Warsudi