get app
inews
Aa Text
Read Next : Sampah di Bantargebang Setara Gedung 16 Lantai, AHY Dorong Investasi Swasta untuk Kelola

Kisah Inspiratif Ema Suranta, Ubah Sampah jadi Berkah hingga Mendulang Rupiah

Selasa, 03 Juni 2025 - 17:20:00 WIB
Kisah Inspiratif Ema Suranta, Ubah Sampah jadi Berkah hingga Mendulang Rupiah
Ema Suranta, perempuan asal Padalarang, Bandung Barat sukses mengubah sampah menjadi berkah hingga mendulang rupiah. (Foto: ist)

JAKARTA, iNews.id – Sosok Ema Suranta, perempuan asal Desa Kertamulya, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat tak menyangka hidupnya berubah dari tumpukan sampah.

Berbekal kepeduliannya terhadap lingkungan, Ema kini bisa mendulang rupiah dari sampah yang dikelolanya. Ema bahkan menyabet penghargaan Local Ace in Organic Waste Transformation. 

Ema menuturkan, ketertarikannya terhadap sampah berawal dari dari tragedi memilukan pada tahun 2005. Saat itu, Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Leuwigajah meledak akibat penumpukan gas metana dan curah hujan tinggi. 

Sampah setinggi 60 meter longsor, menimbun ratusan rumah, dan merenggut 157 nyawa. Lokasi kejadian hanya sekitar 20 km dari rumah Ema.

Peristiwa TPA Leuwigajah tercatat sebagai tragedi lingkungan memilukan nomor dua di dunia setelah musbah longsor sampah di TPA Payatas, Quezon City, Filipina pada 10 Juli 2000 dengan korban meninggal lebih dari 200 orang. Pemerintah pun menetapkan tanggal 21 Februari sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).

Lalu, pemerintah membangun TPA Sarimukti di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, untuk menggantikan peran eks TPA Leuwigajah yang ditutup. Tempat pengolahan limbah seluas 21,5 hektare itu mulai beroperasi pada 2006.

Namun, musibah datang lagi. Pada Agustus 2023, TPA Sarimukti mengalami kebakaran sehingga harus ditutup sementara. Penduduk kesulitan membuang limbah rumah tangga. Sampah menggunung di mana-mana. Bandung Lautan Sampah begitu orang-orang bilang saat itu. 

“Sekarang ini, di tahun 2025, wajah TPA Sarimukti tidak jauh berbeda dengan kondisi TPA Leuwigajah ketika masih beroperasi. Sampah menggunung karena daya tampung tidak sebanding dengan limbah yang harus diterima. Overload kalau menggunakan istilah gampang,” tutur dia dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/6/2025).

Ema Suranta menunjukkan budi daya maggot dari sampah organik. (Foto: ist)
Ema Suranta menunjukkan budi daya maggot dari sampah organik. (Foto: ist)

Peristiwa tersebut begitu membekas dan mengubah cara pandang Ema terhadap sampah. Sejak itu, dia bertekad melakukan sesuatu agar kejadian seperti itu tak terulang lagi. Butuh waktu, dukungan warga, dan keberanian, tapi langkah kecil Ema di 2019 membentuk bank sampah akhirnya menjadi gerakan besar yang berdampak nyata.

Bentuk Bank Sampah

Hari ini, bank sampah Bukit Berlian yang dia dirikan pada 14 Februari 2019 telah memiliki 120 keluarga sebagai anggota. Komunitas itu terdiri atas emak-emak yang tinggal di wilayah Rukun Warga (RW) tempat Ema tinggal. Dari sinilah, awal mula sampah di lingkungan mereka dipilah-pilah.

“Sekarang bank sampah Bukit Berlian bisa mengolah 15 ton sampah organik setiap bulan,” ujarnya. 

Dari situ, mereka menghasilkan 2 ton maggot atau Black Soldier Fly (BSF) yang setiap 24 hari bisa mereka panen. Larva itu kemudian digunakan untuk pakan ikan, unggas, bahkan dijadikan tepung dan pelet untuk ikan hias.

Sebelum ada maggot dan budi daya lele, kegiatan Bank Sampah Bukit Berlian dimulai dari hal sederhana yakni mengumpulkan sampah anorganik berupa plastik dan botol. Untuk memotivasi warga bergabung, Ema menukar limbah itu dengan produk rumah tangga. Ternyata cara itu efektif. Dalam waktu singkat, 83 perempuan ikut bergabung.

Perjuangan Ema dan komunitas emak-emak di Desa Kertamulya mendapat apresiasi saat Ema berkenalan dengan program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM), badan usaha milik negara (BUMN) pembiayaan ultramikro.

Tak hanya modal, PNM juga membuka akses pengetahuan. Ema sempat belajar langsung ke perusahaan pengolah maggot profesional, Biomagg, yang sudah mengekspor produknya ke luar negeri. Kini Ema punya mimpi serupa: ekspor maggot hasil karya lokalnya.

Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi, mengapresiasi perjuangan dan prestasi Ema bersama emak-emak di bank sampah Bukit Berlian. Sosok Ema, menurut dia, menjadi bukti bahwa perempuan prasejahtera bisa mandiri dan memberi dampak positif bagi lingkungan.

“Kami juga bangga karena PNM Mekaar tidak hanya memberikan pembiayaan tetapi juga membina nasabah untuk menjadi pelaku perubahan di masyarakat,” kata Arief Mulyadi.

Peran Ema bersama perempuan yang tergabung di bank sampah Bukit Berlian dalam mengolah sampah ini selaras dengan apa yang menjadi keinginan dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Editor: Kastolani Marzuki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut