Kisah Bandar Narkoba Internasional Taubat dan Nyantri di Ponpes Raudlatul Hasanah Subang

SUBANG, iNews.id - Hidayah dari Sang Pencipta bisa diraih oleh siapa pun termasuk pelaku kejahatan sekali pun. Seperti kisah Joyo Hartono, bandar narkoba internasional.
Joyo bertaubat setelah mendapatkan hidayah dan meninggalkan dunia kelam. Kini, Joyo nyantri, mendalami ilmu agama di Pondok Pesantren Raudlatul Hasanah Subang, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan, Kabupaten Subang.
Pria berusia 37 tahun ini bermimpi bisa mendirikan pesantren khusus untuk pelaku kejahatan yang ingin bertaubat. Kesadaran diri untuk mendekatkan diri kepada Ilahi, Tuhan Yang Maha Pencipta, membawa Joyo ke fase saat ini.
Dia semakin haus akan ilmu agama dan kasih sayang Allah SWT. Setiap helaan napas Joyo mengharapkan rida Tuhan Yang Maha Kuasa.
Bang Joy, sapaan akrab Joyo Hartono, kini memilih jalan Tuhan. Di bawah asuhan Kiai Muhammad Abdul Mukmin atau Abah Maung. Dia belajar banyak tentang tujuan hidup makhluk Tuhan.
Hal serupa juga dijalani Muhammad Rifai, mantan anggota geng motor. Sebelum bertobat, Muhammad Rifai pernah membunuh rorang.
Ahmad kini juga menimba dan mendalami ilmu agama di Ponpes Raudlatul Hasanah Subang. Dia berserah diri kepada Allah SWT. Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, hidup Ahmad menjadi lebih tenang.
Bang Joy dan Ahmad berharap mendapat ampunan atas segala dosa yang diperbuat dan mendapat berkah di sisa hidupnya.
Pimpinan Ponpes Raudlatul Hasanah Kiai Muhammad Abdul Mukmin atau akrab disapa Abah Maung mengatakan, selain mendapatkan ilmu agama, santri di Ponpes Raudlatul Hasanah Subang juga diajari beternak domba dan ayam sebagai bekal untuk mencukupi kebutuhan hidup.
"Ponpes Raudlatul Hasanah Subang sering menerima santri dari mantan pelaku kriminal. Mereka nyantri di sini tidak dipungut biaya, terutama bagi mereka yang tidak mampu. Yang penting ada kemauan untuk bertobat," kata Abah Maung.
Abah Maung berharap, setelah selesai menimba ilmu di Ponpes Raudlatul Hasanah, mereka punya masa depan dan jadi orang-orang yang dicintai Allah SWT.
Mereka yang dicap sebagai preman, penjahat, ternyata punya sisi baik yang luar biasa. Di sini banyak anak-anak dari latar belakang berbeda. Anak yatim piatu, orang tua bercerai, dan mereka yang pernah salah pergaulan.
"Diharapkan juga, kelak mereka bermanfaat untuk masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Yang tidak kalah penting, mereka memiliki rasa cinta kepada orang tua," ujar Abah Maung.
Sementara itu, Joyo Hartono mengatakan, dulu hidup sangat kelam. Mungkin karena terlalu sayang kepada keluarga sehingga menghalalkan segala cara untuk menghidupi keluarga.
"Akhirnya saya terjerumus ke lembah hitam, seperti perjudian, narkoba, dan minuman keras. Waktu itu saya ingin menghidupi keluarga seperti yang lain. Karena saya tidak bekerja, saya menghalalkan segala cara," kata Bang Joy.
Ketika itu, ujar Bang Joy, terjerumus ke lembah hitam narkoba, tidak melihat haramnya. Yang ada dalam pikiran Bang Joy, hanya yang penting bisa menghidupi keluarga dengan layak.
"Perjalanan saya menjual narkoba sangat jauh. Saya kenal dengan bandar-bandar narkoba, saya tergiur keuntungannya, sangat besar. Saya menjual narkoba di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand," ujar Bang Joy.
Apa titik balik Bang Joy sampai sekarang kembali ke jalan Allah SWT? "Terjadi setelah semua yang saya peroleh dari jalan itu hancur, hilang. Sampai keluarga juga hilang semua. Saya sadar apa yang saya kerjakan tidak benar," tutur dia.
Editor: Agus Warsudi