get app
inews
Aa Text
Read Next : 50 Contoh Ucapan Selamat Ulang Tahun Bahasa Sunda

Keuntungan Menikah dengan Orang Sunda, Ramah dan Pengertian

Minggu, 10 September 2023 - 17:25:00 WIB
Keuntungan Menikah dengan Orang Sunda, Ramah dan Pengertian
Pengantin Sunda. (FOTO: istimewa/Ilustrasi)

BANDUNG, iNews.id -  Keuntungan menikah dengan orang Sunda, sama seperti menikah dengan etnis bahkan ras lain, kuncinya didasarkan kepada saling menyayangi, mencintai, dan menerima apa adanya kekurangan masing-masing. Fakta tidak ada manusia sempurna harus jadi kesadaran mendasar untuk membina rumah tangga harmonis.

Sebelum membahas lebih jauh keuntungan menikah dengan orang Sunda, tidak ada salahnya mengenal suku Sunda terlebih dulu. Etnis Sunda mayoritas mendiami wilayah Jawa bagian barat.

Suku Sunda memiliki peradaban yang telah berusia ribuan tahun. Jika dilacak dari zaman kerajaan, di Tatar Sunda, berdiri kerajaan tertua kedua di Nusantara, yaitu, Salakanagara atau Kerajaan Perak. Salakanagara berkuasa selama tiga abad, dari abad 1 hingga 3 Masehi.

Kekuasaan Salakanagara dilanjutkan oleh Tarumanagara atau Kerajaan Tarum yang berkuasa selama lebih dari 4 abad. Di bawah kekuasaan Tarumanagara, Sunda mencatat kemajuan dari segi infrastruktur pertanian dan pengairan. Wilayah kekuasaan Tarumanagara luas meliputi seluruh Jawa bagian barat hingga beberapa kawasan di Jawa Tengah.

Setelah pamor Tarumanagara pudar, berdiri Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Raja Tarusbawa. Wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda. Di samping itu, eksis pula Kerajaan Galuh yang merupakan taklukan Tarumanagara.

Walaupun kerajaan yang berdiri di Jawa bagian barat bercorak Hindu, tetapi, kepercayaan atau agama masyarakat Sunda tidak banyak dipengaruhi oleh Hindu. Masyarakat Sunda telah memiliki sistem kepercayaan sendiri, Sunda Wiwitan namanya.

Sunda Wiwitan mengajarkan ada eksistensi Tuhan Maha Esa yang Maha Kuasa atau Sang Hyang Jati Tunggal. Karena dasar sistem kepercayaan monoteisme itulah, saat ini, mayoritas orang Sunda memeluk agama Islam. 

Suku Sunda berbeda dengan Jawa. Sunda memiliki bahasa sendiri, Bahasa Sunda namanya. Walaupun terdapat beberapa kosa kata yang mirip dengan Jawa, tetapi secara dialek atau pengucapakan, intonasi, hingga kosa kata mayoritas, serta tata bahasa, sangat berbeda dengan Jawa. 

Keberadaan kosa kata dalam bahasa Sunda yang mirip dengan Jawa terjadi lantaran Tatar Pasundan sempat menjadi daerah taklukan Kerajaan Mataram Islam. 

Berdasarkan catatan, Mataram menguasai Priangan selama lebih dari 170 tahun. Selama itu pula, pengaruh budaya Jawa, terutama dalam tata krama atau undak usuk bahasa pun cukup kuat.

Maka jangan heran, orang Sunda menggunakan bahasa halus jika lawan bicara merupakan orang lebih tua atau dihormati dan baru dikenal. Sedangkan kepada yang sepantaran atau teman sebaya, bahasa Sunda yang digunakan cenderung kasar.

Memuliakan tamu atau pendatang, merupakan salah satu ajaran yang masih dipegang teguh orang Sunda. Someah hade ka semah yang artinya ramah dan baik kepada tamu merupakan kalimat yang mengajarkan orang Sunda bersikap baik kepada sesama dan inklusif. Tak heran saat ini, Tatar Sunda menjadi salah destinasi favorit bagi perantau.

Berbagai etnis Nusantara, dari Sabang sampai Marauke merantau dan menetap di Tatar Sunda, terutama Bandung Raya. Faktanya, heterogenitas penduduk Kota dan Kabupaten Bandung tidak serta merta mencerabut akar bahasa daerah yaitu Sunda.

Bahasa Sunda tetap menjadi bahasa pergaulan mayoritas penduduk Bandung Raya. Bahkan para pendatang dari etnis lain yang memilih menetap di Bandung Raya, mau tidak mau harus paham atau lebih baik bisa dan fasih berbahasa Sunda.

Karena itu lah, saat ini, orang Sunda yang inklusif telah berkawin campur dengan etnis lain, baik Jawa, Sumatera, dan lain-lain. 

Dihimpun dari berbagai sumber, berikut keuntungan menikah dengan orang Sunda. Setidaknya, artikel ini menjadi bahan pertimbangan saat mencari jodoh atau sekadar menambah wawasan. Sebab rezeki, jodoh, dan mati adalah kekuasaan Allah SWT:

Cantik dan Tampan

Cantik dan tampan memang relatif. Tetapi, harus diakui gadis dan pemuda Sunda memenuhi kriteria cantik dan tampan menurut ukuran umum orang Indonesia. Kebanyakan mojang Sunda memiliki wajah oval, kulit bersih kuning langsat, hidung mancung tapi tidak besar, rambut lurus, mata tidak sipit tidak besar, bibir pun sedang tidak tipis tidak tebal dan tampak tersenyum walaupun tidak sedang tersenyum. 

Mojang Sunda yang mendapat predikat geulis, umumnya memiliki tinggi badan 160-165 sentimeter dengan berat badan proporsional dan perawakan tidak kurus tidak gemuk. 

Kecantikan gadis Sunda telah terkenal sejak dulu. Bahkan diabadikan oleh legenda Sangkuriang. Betapa kecantikan perempuan Sunda bertahan hingga tua. Sampai-sampai sang anak Sangkuriang jatuh cinta kepada Dayang Sumbi, perempuan yang merupakan ibu kandungnya sendiri.

Atau cerita tentang Perang Bubat yang diawali oleh rencana Hayam Wuruk, Raja Majapahit berencana menikah dengan Dyah Pitaloka Citraresmi dari Kerajaan Sunda. Sang putri yang cantik jelita termasyur hingga Majapahit. Hayamwuruk pun mengutus juru gambar bernama Sungging Prabangkara untuk melukis Dyah Pitaloka Citraresmi.

Setelah lukisan selesai, Sungging Prabangkara kembali ke Majapahit dan menunjukkannya ke Hayamwuruk. Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Hayamwuruk berniat menikahi Dyah Pitaloka. Tetapi, Mahapatih Gajahmada menentang rencana itu hingga terjadilah Perang Bubat. Raja Sunda, prajurit, dan putri Dyah Pitaloka Citraresmi pun tumpas di Bubat.

Kecantikan mojang Sunda pun terkenal di masa penjajahan Belanda. Dalam satu iklan masa kolonial menulis kalimat unik yang berbunyi, "Jangan ke Bandung jika tidak bersama istri". Iklan ini menyiratkan, para yang telah beristri dikhawatirkan akan tergoda oleh kecantikan dan kemolekan mojang Sunda saat berkunjung ke Bandung tanpa ditemani istri.

Sebutan Bandung Kota Kembang, merupakan ungkapan orang-orang Belanda betapa banyak gadis cantik di kota ini. Saat itu, para tuan tanah, pengusaha perkebunan menggelar konferensi. Mereka tidak banyak kesulitan dalam menyediakan gadis-gadis cantik untuk menemani para pengusaha perkebunan dari berbagai daerah di Hindia Belanda yang kumpul di Bandung kala itu.

Karena berkonotasi negatif, orang Bandung akan menghindari menggunakan istilah kota kembang ini. Mereka lebih senang menggunakan sebutan Parijs van Java bagi Kota Bandung

Tutur Kata Halus

Orang Sunda terkenal dengan tutur kata yang halus dan lembut. Apalagi jika mereka menggunakan bahasa Sunda lemes. Intonasi dan cara menuturkannya sangat lembut, sangat enak didengar dan diterima telinga. Mereka menggunakan bahasa halus kepada orang yang baru dikenal sebagai bentuk penghormatan.

Berbeda dengan cara bicara orang Sumatera dan Sulawesi yang menghentak-hentak dengan intonasi tinggi dalam situasi apapun karena memang karakternya seperti itu. 

Tetapi bukan berarti orang Sunda tidak bisa menggunakan bahasa kasar dengan intonasi tinggi. Cara bicara seperti ini akan keluar dari mulut orang Sunda yang sedang marah karena harga dirinya direndahkan dan diinjak. Tentu, semua orang, dari etnis dan ras apa pun akan berlaku sama jika ditindas.

Sapaan Romantis

Orang Sunda memiliki sapaan romantis dan enak didengar. Gadis Sunda akan menyapa dengan kata Aa atau A kepada pria yang sepantaran atau lebih tua beberapa tahun darinya. Sapaan A atau Aa yang diucapkan dengan suara merdua dan intonasi lembut tentu membuat perasaan romantis.

Begitu juga pria Sunda, menyapa orang yang disayanginya dengan neng atau eneng. Walaupun neng atau enang lebih banyak digunakan orang tua kepada anak perempuannya. Namun jika itu digunakan oleh pria Sunda kepada kekasih atau istri, tentu muncul kesan romantis dalam sapaan itu.

Suka Bercanda

Ungkapan orang Sunda suka bercanda atau hereuy, bukan isapan jempol. Orang tidak Sunda tidak mudah tersinggung jika masih dalam tataran bercanda. Lawakan khas Sunda banyak mengandung sindiran terhadap sesuatu, baik perilaku maupun keadaan yang kurang baik. 

Orang Sunda juga piawai dalam berdiskusi. Salah satu tokoh yang pandai dalam diskusi dan diplomasi, membakar semangat perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan melawan penjajah adalah Pahlawan Nasional Otto Iskandardinata.

Pahlawan dari Sunda, kelahiran Banjaran, Kabupaten Bandung ini mendapatkan julukan si Jalak Harupat. Sebutan ini disematkan kepada Otto Iskandardinata karena lantang menyuarakan semangat perlawanan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan melawan penjajah Belanda.

Kuliner Lezat

Orang Sunda terkenal piawai dalam mengolah kuliner atau masakan. Kuliner Sunda digemari masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia. Tidak heran, banyak wisatawan Nusantara sengaja datang ke Tatar Sunda sekadar ingin menikmati kuliner Sunda yang terkenal lezat dan halal.

Jika jodoh Anda orang Sunda, jangan lewatkan masakan tumis, ikan bakar, ayam bakar, sambal terasi, dan lalapan di meja makan. Tetapi bukan berarti orang Sunda tidak bisa menikmati kuliner dari etnis atau daerah lain. Lidah orang Sunda sama seperti umumnya orang Indonesia.

Mereka juga suka masakan khas Padang atau Minangkabau, dan lain-lain. Yang terpenting halal atau tidak mengandung hal-hal yang diharamkan dalam agama Islam.

Terlepas dari karakteristik, keuntungan menikah dengan orang Sunda pasti sama dengan etnis di Indonesia. Kunci kebahagiaan dan keharmonisan semua hubungan pernikahan atau rumah tangga, adalah saling menghargai, menyayangi, dan mencintai serta bisa menerima apa adanya kekurangan dan kelebihan masing-masing, serta rajin bekerja. Tanpa itu, dengan etnis manapun Anda menikah, dipastikan tidak berhasil. Walau menikah dengan etnis sama sekalipun.

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut