Kesenian Tradisional Angklung Sered Khas Mangunreja Tasikmalaya Menolak Punah
TASIKMALAYA, iNews.id - Kesenian angklung sered khas Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya menolak punah. Kesenian ini dilestarikan oleh kaum perempuan di Kampung Balandongan, Desa Sukaluyu, Kecamatan Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya.
Mereka semangat membawakan kesenian angklung sered yang biasanya dimainkan oleh laki-laki. Namun karena kaum laki-laki kurang berminat, akhirnya kaum emak-emak mengambil alih untuk melestarikan kesenian yang telah ada sejak 1945 itu.
Mereka menolak kesenian angklung sered punah dan tergerus oleh kemajuan zaman. Berkat inisiatif para ibu-ibu itu seni tradisional khas Mangunreja, Tasikmalaya ini masih eksis sampai saat ini.
"Generasi penerus seni tradisional ini berharap kepada Pemkab Tasikmalaya agar ikut membantu dan berperan dalam melestarikan angklung sered," kata Ketua Paguyuban Angklung Sered Balandongan Udung, Rabu (18/10/2023).
Udung menyatakan, seni angklung sered biasanya dimainkan oleh para lelaki. Sebab dalam permainannya, terjadi kontak fisik antardua kelompok pemain angklung.

"Dua kelompok pemain angklung beradu pundak, lengan, dan betis hingga ada salah satu kelompok yang kalah," ujar Udung.
Namun seni angklung sered yang sudah ada sejak zaman penjajahan belanda itu mengalami pergeseran. Kini dimainkan oleh kaum perempuan.
"Sekarang dimainkan ibu-ibu dan gadis remaja membentuk beberapa kelompok seni angklung sered. Dalam momen-momen tertentu akan dipertunjukkan," ujar Udung.
Satu kelompok membentuk formasi berderet ke belakang saling memegang angklung. Orang paling depan berperan sebagai pemimpin kelompok.
Sambil bertarung, para pemain terus memainkan angklung diiringi musik dari dogdog, kendang, dan gong. satu kelompok dianggap kalah jika pegangan lepas dan bercerai-berai.
"Pertunjukan seni buhun (warisan leluhur) ini Semakin menarik setelah kaum perempuan tak mau ketinggalan memainkannya apalagi saat momen saling beradu fisik," tutur dia.
Menurut Udung, keterlibatan kaum perempuan dalam seni angklung sered ini sudah cukup lama. sekitar 4 tahun lalu. Mereka memiliki kelompok angklung sered.
"Seni angklung sered sudah ada sejak zaman penjajahan. Dinamai sered (dorong) karena ada aksi saling dorong antardua kelompok pemain angklung saat memainkannya," ucap Udung.
Sementara itu, Ai Lestari (19), pemain seni angklung sered mengatakan, bersama perempuan lain Desa Sukaluyu, termotivasi melestarikan seni turun-temurun tersebut agar tidak punah. "Juga aga generasi muda mengenal dan tergerak untuk ikut melestarikannya," kata Ai Lestari.
Ai Lestari mengaku bangga bisa memainkan seni angklung sered yang memang lahir di kampung halamannya. "Saya berharap generasi Desa Sukaluyu ikut meneruskan kesenian tradisional ini," ujar Ai Lestari.
Editor: Agus Warsudi