Kenapa Sering Terjadi Gempa Bumi di Jawa Barat? Ini Jawabannya
BANDUNG, iNews.id - Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan di pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu, lempeng Benua Asia, Benua Australia, Samudera Hindia dan Samudra Pasifik. Kondisi ini sangat berpotensi sekaligus rawan bencana alam.
Dari semua provinsi di Indonesia, bahwa Pulau Jawa, Provinsi Jawa Barat lah yang paling sering diguncang gempa. Dalam dua bulan terakhir saja, terjadi ratusan kali gempa bumi mengguncang Jawa Barat. Gempa bumi paling merusak terjadi di Kabupaten Cianjur pada Senin 21 November 2022.
Kekuatan atau magnitudo gempa bumi itu hanya 5,6, tetapi karena berpusat di darat, bencana alam tersebut menimbulkan kerusakan sangat parah dan menelan ratusan korban jiwa.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) jumlah korban meninggal sebanyak 334 orang dan beberapa lainnya masih hilang.
Satuan tugas gabungan mengidentifikasi titik pengungsian dengan akumulasi sebanyak 325 lokasi yang tersebar di 15 kecamatan. Total pengungsi 73.874 orang dengan perincian pengungsi laki-laki 33.713 orang dan perempuan 40.161 orang.
Sedangkan infrastruktur rusak berat 27.434 rumah, sedang 13.070, dan ringan 22.124. Total rumah rusak sebanyak 62.628 rumah.
Semula, gempa bumi M5,6 itu diduga disebabkan oleh pergerakan Sesar Cimandiri. Namun dugaan itu pun jadi perdebatan karena wilayah terdampak gempa cukup jauh dari lokasi sesar Cimandiri yang membentang di antara Cianjur dan Sukabumi.
Akhirnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisikas (BMKG) menyebut, gempa bumi yang mengguncang Cianjur akibat pergerakan sesar aktif Cugendang.
Berdasarkan fakta itu, BMKG menyarankan Pemkab Cianjur mengubah Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW). Pemkab Cianjur juga diimbau merelokasi penduduk yang bermukim di jalur Sesar Cugenang.
Berdasarkan pendataan, terdapat sembilan desa yang berada di atas Sesar Cugenang. Pemerintah berencana mengosongkan kawasan itu dan mengubahnya menjadi kawasan terbuka hijau.
Sebelum gempa bumi Cianjur terjadi, rangkaian gempa mengguncang beberapa daerah di Jawa Barat. Seperti, Garut, Tasikmalaya, Purwakarta, Kabupaten Bandung, Sukabumi. Bahkan ratusan gempa susulan mengguncang Cianjur dengan kekuatan bervariasi, antara Magnitudo 1 hingga 4,3.
Pertanyaaannya, kenapa sering terjadi gempa di Jawa Barat? Berdasarkan data dan fakta yang dihimpun dari berbagai sumber berikut jawaban dari pertanyaan itu:
Jabar Dikepung Sumber Gempa di Laut dan Darat
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menyebut Jawa Barat merupakan wilayah dengan intensitas gempa paling aktif dibanding daerah di Pulau Jawa lainnnya.
Penyebabnya, Jawa Barat memiliki banyak sumber gempa di laut dan darat. Sumber gempa di laut, yakni, subduksi atau penujaman ke bawah, sesar dasar laut, zona megathrust, dan zona intraslab.
Sedangkan sumber gempa di darat, yakni, terdapat lima sesar aktif atau rekahan kulit Bumi di Jawa Barat. Antara lain, Sesar Cimandiri, Garut Selatan (Garsela), Lembang, Padalarang, Baribis dan terakhir Sesar Cugenang.
BMKG menyebut masih banyak sesar lain yang belum terpetakan. Selain sesar dan lempeng tektonik, di Jawa Barat juga terdapat sejumlah gunung berapi aktif.
Berdasarkan peta sebaran gunung api yang dirilis Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), terdapat tujuh gunung api aktif di Jawa Barat.
Ketujuh gunung api aktif itu antara lain, Gunung Tangkuban Parahu di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Subang. Kemudian, Gunung Guntur dan Papandayan di Kabupaten Garut.
Gunung Galunggung di Kabupaten Tasikmalaya. Lalu, Gunung Ciremai di perbatasan Kabupaten Kuningan dan Majalengka. Gunung Gede Pangrango di Kabupaten Sukabumi, Bogor, dan Cianjur. Terakhir, Gunung Salak di tiga daerah, Kota/Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Garut.
Dengan jumlah sumber gempa di atas, wajar jika Jawa Barat menjadi salah satu wilayah paling sering diguncang gempa bumi.
Ancaman Sunda Megathrust
Ahli kebencanaan menjelaskan kengerian dari bencana Sunda megathrust jika terjadi di laut selatan Jawa Barat. Diperkirakan bencana tersebut akan menimbulkan tsunami mematikan dengan ketinggian lebih dari 34 meter.
Kejadian gempa bumi yang merupakan pelepasan energi megathrust adalah gempa bumi di Garut. Gempa terjadi dua kali, dengan Magnitudo 4,9 pada Sabtu, 12 November 2022 pukul 19.29.33 WIB.
Gempa berlokasi di laut pada jarak 119 km barat daya Kabupaten Garut, pada kedalaman 16 km. Kemudian pukul 20.18.45 WIB di wilayah selatan Garut, Jawa Barat diguncang gempa tektonik dengan magnitudo M5,1.
Episenter atau pusat gempa bumi terletak di laut pada jarak 60 kilometer (km) arah Selatan Caringin, Garut, pada kedalaman 53 km.
"Yang terjadi beberapa hari ini dan kalau yang di barat daya Garut di laut, itu jelas merupakan sebagian release atau pelepasan energi megathrust. Tapi mudah-mudahan bukan precursor," ujar Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga Kepala Bidang Kebencanaan IA ITB Heri Andreas, Senin (14/11/2022).
Heri Andreas menyatakan, gempa tersebut bisa jadi precursor atau gempa yang terjadi saat ini dan kemungkinan akan memicu gempa bumi lebih besar. Dia mengibaratkan, jika orang sedang kesal, kemudian tersenggol sedikit langsung marah besar (gempa besar).
Gempa bumi besar ini, dikhawatirkan memicu bencana megathrust. Diketahui, potensi bencana megathrust terus disampaikan sejumlah peneliti. Bencana ini disebabkan oleh gempa bumi pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan subduksi di bawah lempeng Sunda.
Tumbukan ini diprediksi menimbulkan tsunami dengan ketinggian lebih dari 34 meter. Potensi bencana ini disebut lebih mematikan dari tsunami Aceh.
Namun, selain precursor, gempa yang terjadi bisa jadi pelepasan energi yang nantinya justru mengurangi guncangan gempa megathrust. Gempa tersebut adalah gempa cicilan, untuk mengurangi tumbukan megathrust.
"Ya mudah mudahan apa yang terjadi bukan precursor tetapi cicilan cicilan gempa. Kalau dicicil kan energinya enggak besar. Ibarat orang sudah mau marah tapi dikit dikit-dikit istighfar, kan lama lama enggak jadi marah besar," ucap dia.
Gempa Bumi Magnitudo 8,7 Penyebab Megathrust
BMKG Stasiun Geofisika Bandung menyebut terdapat potensi gempa bumi Magnituod 8,7 (M8,7) atau megathrust yang memicu tsunami di laut selatan Jawa Barat.
Bencana alam mahadahsyat ini terjadi jika tiga blok Lempeng Indo-Australia dan Eurasia bergerak bersamaan. Potensi tersebut diungkap setelah ada hasil riset atau penelitian yang dilakukan oleh tim ahli dari BMKG stasiun Geofisika Bandung.
Koordinator Data dan Informasi BMKG Bandung Rasmid mengatakan, megathrust di laut selatan Jawa terjadi akibat dorongan dari Lempeng Indo-Australia ke Lempeng Eurasia ke arah utara. Tipe pergerakan lempeng naik.
"Aktivitas Lempeng Indo-Australia ini menyebabkan kawasan Lempeng Eurasia yang merupakan daratan menjadi sering mengalami retakan hingga menimbulkan gempa di darat," kata Rasmid, Senin (17/1/2022).
"Megathrust itu terdiri dari dua kata. Mega itu besar. Thrust itu tipe pergeseran lempeng naik. Memang di subduksi selatan Jawa itu terdapat potensi tabrakan Lempeng Eurasia dengan Indo-Australia. Itulah megathrust atau yang kami sebut subduksi selatan Jawa," ujarnya.
Jika terjadi megathrust di laut selatan Jawa, tutur Rasmid, akan memicu bencana tsunami besar yang menimbulkan kerusakan parah di selatan Pulau Jawa.
"Aktivitas sesar atau patahan di darat itu akibat sodokan dua lempeng ini. Dulunya mungkin (patahan) tidak besar ya, karena terus didorong oleh Lempeng Indo-Australia, menyebebakan Lempang Eurasia ini tidak kuat, lama kelamaan akan membentuk patahan atau sesar semakin besar," tutur Rasmid.
Lempang Eurasia, kata dia, relatif diam. Sedangkan Lempeng Indo-Australia bersifat aktif, mendorong terus Lempeng Eurasia ke utara. Lempeng Indo-Australia masuk ke bawah Eurasia. "Lempeng Eurasia hanya merespons apa yang terjadi akibat aktivitas Indo-Australia," ucapnya.
Daerah mana saja yang akan terdampak megathrust? Dampak megathrust paling besar terjadi di daerah sepanjang pantai selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Bahkan bisa sampai ke bagian barat, Selat Sunda, Banten, dan DKI.
"Khusus di Jawa Barat, yang paling terdampak pantai selatan Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Garut, Pangandaran. Lima daerah itu telah kami identifikasi dengan baik dan telah disimulasikan daerah mana saja yang akan terdampak seperti itu," ujar Rasmid.
BMKG, tutur Rasmid, telah memasang rambu-rambu di titik rawan bencana gempa di kawasan selatan Pulau Jawa. Masyarakat juga diimbau waspada dengan potensi megathrust dan mengikuti arahan petugas jika terjadi gempa di kawasan selatan laut Jawa.
"Kami telah mengidentifikasi tinggi gelombang dan jarak waktu gelombang sampai ke darat di lima daerah itu. Untuk itu, kami bersama stakeholder, memasang rambu-rambu jalur evakuasi. Titik evakuasi sementara, hingga titik evakuasi terakhir," tuturnya.
Editor: Agus Warsudi