Kebutuhan Tinggi, Dinkes Bandung Minta Penyintas untuk Donor Plasma Konvalesen
BANDUNG, iNews.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mengajak para penyintas untuk mendonorkan plasma konvalesen, seiring meningkatnya kebutuhan bagi pasien Covid-19 di Kota Bandung. Selama ini, plasma konvalesen bisa menjadi salah satu pengobatan bagi pasien Covid-19 yang bergejala.
Apalagi, permintaan plasma konvalesen melalui PMI Kota Bandung terus meningkat. Namun jumlah pendonor masih sedikit dikarenakan ketidaktahuan masyarakat atau kemauan untuk menjadi pendonor.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Bandung, dr Yorisa Sativa mengaku, akan terus menggencarkan promosi melalui fasilitas Kesehatan. Sehingga para penyintas Covid-19 bisa mendonorkan plasma konvalesen.
Di Kota Bandung, ada 80 Puskesmas, 36 Rumah Sakit, 114 klinik utama, dan 225 klinik Pratama. Belum ratusan dokter praktek swasta, bidan praktik swasta. Mereka bisa membantu menyosialisasikan kepada masyarakat.
"Jadi yang ratusan tadi bisa memberikan kontribusinya. Upaya Dinas Kesehatan adalah memberikan surat edaran kepada para faskes tadi supaya mereka menginformasikan kepada seluruh pasiennya, masyarakat di sekitarnya agar mengerti bahwa kebutuhan Kota Bandung untuk pendonor itu masih kurang," katanya.
Menurut Yorisa, Dinkes Kota Bandung akan terus memperbaiki sistem komunikasi dan informasi terkait donor plasma konvalesen. Sehingga masyarakat tahu pentingnya plasma konvalesen bagi para pasien Covid-19.
"Sampai sekarang penelitian plasma konvalesen terus berjalan dan berkembang. Bahwa plasma darah yang disumbangkan atau didonorkan dari penyintas mengandung antibodi yang dapat menetraslisasi pasien dari virus Covid-19," ucapnya.
Yorisa mengungkapkan, terapi plasma konvalesen yang dinilai memberikan efektivitas terhadap pasien Covid-19 ini, perlu diantisipasi seiring meningkatnya permintaan.
"Ini perlu diantisipasi tapi hal yang baiknya adalah nanti ada syarat siapa saja yang bisa menjadi donor plasma. Karena Jumlah penyintas di Kota Bandung cukup banyak," katanya.
Editor: Asep Supiandi