Ekonomi Jabar Triwulan III/2021 Diprediksi Kembali Melambat, Ini Penyebabnya

BANDUNG, iNews.id - Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat triwulan III/2021 (Juli-September) diprediksi kembali melambat. Ini terjadi karena ada perlambatan aktivitas ekonomi seiring lonjakan kasus Covid-19 gelombang kedua secara nasional termasuk di Jawa Barat terutama pada Juli–Agustus 2021.
Kepala Bank Indonesia Jawa Barat (BI Jabar) Herawanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada periode itu diprediksi tak akan sebaik triwulan sebelumnya yang mencapai 6,13 persen. "Kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan tetap tumbuh positif, meskipun melambat," kata Kepala BI Jabar, Jumat (1/10/2021).
Menurut Herawanto, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, telah berdampak kepada menurunnya mobilitas masyarakat dan aktivitas usaha. Kondisi itu juga membuat beberapa sektor industri tertekan.
Namun begitu, berkaca pada penanganan pandemi Covid di tahap pertama, sangat penting untuk terus menjaga bergeraknya aktivitas ekonomi dan terkendalinya risiko kesehatan melalui berbagai kebijakan yang bersifat dynamic balancing.
Sikap optimisme juga perlu dibangun agar dapat mendorong keyakinan masyarakat untuk melakukan konsumsi. "Juga mendorong pelaku usaha merealisasikan investasi, meningkatkan permintaan kredit sekaligus mengurangi tingkat undisbursed loan pada perbankan," ujar Herawanto.
Sementara itu, Kevin, pelaku usaha di Kota Bandung mengatakan, saat ini usaha sudah kembali membaik, walaupun belum sepenuhnya pulih. Namun kondisi jauh lebih baik ketimbang saat pemberlakukan PPKM Darurat beberapa bulan lalu. "Tapi sekarang penjualan sudah mulai membaik, walaupun belum 100 persen," kata Kevin selaku General Manager Gudang Jam ini.
Dia menyatakan, pandemi cukup memukul bisnis jam tangan di Bandung. Jika pada kondisi normal satu outlet bisa menjual hingga 20 unit per hari, saat PPKM menjual 1 unit sudah cukup bagus.
Namun, sebagai langkah percepatan penjualan, pihaknya berencana memperluas pangsa pasar dengan menggunakan platform online. Strategi penjualan online ditargetkan dapat meningkatkan volume penjualan hingga 20 persen.
Selama ini, dia mengandalkan penjualan offline. Namun, kondisi pandemi membuat perusahaannya kesulitan melakukan pemasaran, karena adanya pembatasan aktivitas masyarakat.
"Tahun ini kami akan mulai serius memperluas penjualan dengan manfaatkan platform online. Selama ini sudah mulai, tapi masih terbatas misalnya lewat WhatsApp," ujar Kevin pada event 8th Anniversary di Gudang Jam, Jalan Ir H Djuanda (Dago), Kota Bandung.
Dengan menggunakan platform online, dia berharap bisa membidik pangsa pasar lebih luas seperti Surabaya, Papua, Makasar, Kalimantan, dan lainnya. Selama ini, untuk penjualan offline, konsumen terbatas dari wilayah Bandung Raya dan Jakarta.
"Untuk tahap awal, penjualan lewat platform online bisa naik sampai 20 persen saja sudah cukup bagus. Tapi yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mengedukasi konsumen agar memberi barang orisinil," tutur dia.
Editor: Agus Warsudi