Delman Tersingkir di KBB, dari Jumlah Ratusan Kini Tinggal Belasan
BANDUNG BARAT, iNews.id - Keberadaan delman di Kabupaten Bandung Barat (KBB) kini semakin tersingkir akibat semakin berkembangnya transportasi publik yang semakin cepat, praktis, murah, dan nyaman. Dulu tansportasi tenaga kuda itu berjumlah ratusan, tapi kini tinggal belasan unit.
Delman atau warga kerap menyebutnya keretek sudah sulit ditemui di Lembang dan Padalarang KBB. Padahal dulu, keretek menjadi alat transportasi andalan warga Lembang.
"Sekarang delman sudah jarang. Dulu masih ada ratusan. Kemudian berkurang jadi 30'an yang beroperasi. Sekarang paling tinggal 10," kata Opik (36), kusir delmanan di Lembang, KBB.
Warga Kampung Sukamaju, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang ini mengakui jika transportasi yang semakin modern dan banyak pilihan membuat mata pencahariannya kian menurun. Bahkan untuk hanya sekadar bisa membawa pulang uang Rp50 ribu sehari sudah sangat sulit.
Pria yang sudah sejak SD menjadi kusir delman itu pun hanya mencoba bertahan dari gerusan roda zaman yang terus berputar. Sebab harus disadari jika masa keemasan angkutan andong sudah terlewati dan hanya sebagian kecil masyarakat saja yang masih setia.
"Paling sekarang penumpangnya ibu-ibu yang mau ke pasar, kalau anak-anak muda udah pakai motor semua atau ojeg kalau pergi ke pasar," ujarnya.
Opik mengaku tidak memasang tarif untuk sekali jalan, namun biasanya penumpang memberikan uang antara Rp5.000 sampai Rp10.000.
Sementara agar bisa bertahan akibat penurunan minat penumpang, sebagian kusir andong ada yang mencari pendapatan lebih di tempat wisata dengan menyewakan kuda tunggang.
Di wilayah Lembang, keberadaan delman memang masih bisa dijumpai mangkal di sekitar Pasar Panorama dengan trayek Lembang Atas, Cikidang dan Sespim.
Selain karena perkembangan zaman yang semakin modern, profesi ini semakin meredup lantaran tidak ada lagi generasi penerusnya.
Sama halnya dengan nasib pemgemudi andong yang kerap mangkal di wilayah Padalarang. Mereka pun mengeluhkan dengan semakin sempitnya ruang mangkal untuk mencari penumpang.
Bahkan setiap momen lebaran mereka dipaksa tidak mengaspal di jalan protokol di kawasan Padalarang karena dituding jadi penyebab kemacetan.
"Dulu pengemudi andong di Padalarang mencapai 100 unit, sekarang yang eksis tinggal sekitar 15-20 unit karena banyak yang alih profesi karena penumpang turun drastis," kata Omin (53) yang biasa mangkal di dekat Pasar Tagog Padalarang ini.
Editor: Agus Warsudi