BOGOR, iNews.id - Usaha yang dimulai karena hobi memang cukup menyenangkan. Hal itu pun dialami Ade Supriadi Rukmana Putra yang kini sedang menggeluti usaha budi daya ikan nila di Pamijahan, Kabupaten Bogor. Dia pun tidak menyangka hobinya itu malah menghasilkan pundi-pundi cuan.
Sejak belasan tahun lalu, Ade memang sudah terjun dalam budi daya ikan. Namun, saat ini dilakukan hanya sebagai pengisi waktu luang untuk menghilangkan kebosanan setelah berdagang elektronik di Pasar Parabakti, Desa Ciasmara, Kabupaten Pamijahan, Kabupaten Bogor.
Cerita Ibu Siti, Lepas dari Jerat Rentenir hingga Raih Mimpi bersama KUR BRI
Ade bersama sang istri Dewi Astuti berprofesi sebagai pedagang elektronik sejak puluhan tahun di sana. Mereka berdua merupakan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) binaan BRI.
"Saya baru tujuh tahun terakhir menekuni budi daya ikan. Ternyata, cukup menjanjikan," kata Ade saat ditemui iNews Media Group (IMG), belum lama ini.
Penjual Sandal di Kaki Gunung Salak Bogor Ini Bangun dari Keterpurukan Berkat KUR BRI
Pria yang juga menjabat ketua rukun warga (RT) itu mengatakan, budi daya ikan pun tidak selamanya untung karena pasti ada saatnya rugi. Namun, dia nilai jika itu sudah menjadi hobi, saat ada kerugian bukan menjadi persoalan besar. "Kalau tidak hobi, saat ada kerugian pasti pusing. Jika, hobi akan lebih tenang dan tidak ada tekanan," katanya.
Ade punya dua pola dalam usahanya sampinganya itu, yakni pembibitan dan pembesaran. Akan tetapi, prioritas utamanya adalah pembibitan karena risikonya kerugiannya kecil ketimbang dengan pembesaran ikan.
Untuk pola pembibitan, Ade dapat panen setiap dua minggu sekali. Dia dari sekali panen akan mendapatkan keuntungan Rp1,5 juta lewat bibit yang dijual ke pasar atau tengkulak.
"Sekali panen saya akan menghasilkan ribuan ikan. Saya menjualnya per satu dengan harga Rp15.000. Biasanya bisa menjual sampai 100 gelar berisikan bibit ikan," katanya.
Saat peminat bibit ikan sepi, dia akan memainkan pola pembesaran. Tentunya agar bisnisnya itu juga mendapatkan keuntungan meskipun prosesnya lebih melelahkan dan risikonya cukup besar, yakni kematiam ikan.
Dalam setiap minggu, dia mampu menjual 100-200 kilogram ikan yang sudah besar. Untuk harga jualnya berkisar Rp30.000-Rp40.000 mengikuti harga pasar yang terus berubah.
Jadi, dalam sekali panen dia akan mendapatkan keuntungan berkisar Rp3 sampai Rp6 juta. Kalau dikalkulasikan dalam satu bulan keuntungan itu akan menjadi Rp12 sampai dengan Rp24 juta.
"Saya tidak punya langganan tetap dalam penjualan ikan. Jadi, siapapun tengkulak yang menawar harga lebih besar akan saya prioritaskan," ujarnya.
Terbantu Modal KUR BRI
Ade pun tidak menampik usahanya makin berkembang dengan memanfaatkan bantuan permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Pinjaman permodalan itu dia maksimalkan untuk tambahan biaya operasional dan membeli tanah untuk dijadikan kolam budi daya.
"Sampai sekarang sudah tiga kali ambil (kredit) dari BRI. Alhamdulilah lancar terus," ujarnya.
Dia menjelaskan, saat ini pun terus berlanjut memanfaatkan permodalan KUR BRI. Pasalnya, dia sudah begitu menikmati bantuan permodalan itu karena bunganya cukup ringan
"Sekarang ini pinjaman ke empat. Saya ajukan Rp500 juta, tapi dikasihnya Rp350 juta, untuk beli kios lagi," katanya.
Dilansir dari laman BRI, KUR cukup ringan buat pelaku UMKM. Dengan suku bunga pinjaman hanya 6 persen efektif per tahun, KUR tentunya sangat meringankan para pelaku UMKM. KUR pun dibagi dari beberapa pilihan, yakni KUR Mikro BRI, KUR Kecil BRI, dan KUR TKI BRI.
Untuk syarat dan ketentuan masing-masing KUR itu berbeda-beda. KUR Mikro BRI syaratnya, maksimum pinjaman sebesar Rp 50 juta per debitur. Itu dengan jenis pinjaman kredit modal kerja (KMK) dengan maksimum masa pinjaman 3 tahun dan kredit investasi (KI) dengan maksimum masa pinjaman 5 tahun yang bebas biaya administrasi dan provisi.
KUR Kecil Bank BRI syaratnya pinjaman Rp50 juta sampai Rp500 juta. Itu dengan jenis pinjaman KMK maksimum masa pinjaman 4 tahun dan KI dengan maksimum masa pinjaman 5 tahun yang mana agunan sesuai peraturan bank.
Editor: Kastolani Marzuki