get app
inews
Aa Text
Read Next : 3 Jalur Alternatif ke Sentul Bogor, Rute Paling Masuk Akal dari Berbagai Arah dan Anti-Macet

Asal Usul Bandung Dijuluki Paris Van Java, Pusat Gaya Busana di Pulau Jawa

Rabu, 24 Agustus 2022 - 13:37:00 WIB
Asal Usul Bandung Dijuluki Paris Van Java, Pusat Gaya Busana di Pulau Jawa
Asal usul Bandung dijuluki Paris Van Java yang merupakani bu kota provinsi Jawa Barat. (Foto: Antara).

BANDUNG, iNews.id - Asal usul Bandung dijuluki Paris Van Java menarik untuk disimak. Bandung merupakan ibu kota provinsi Jawa Barat dan menjadi kota terbesar ketiga di Pulau Jawa setelah Jakarta dan Surabaya. 

Kota Bandung masuk ke dalam klasifikasi kota metropolitan dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 jiwa. Jumlah penduduk Kota Bandung berjumlah 2.452.179 jiwa. 

Kota Bandung terletak 140 kilometer sebelah tenggara Jakarta dan merupakan kota terbesar di wilayah Pulau Jawa bagian selatan. Sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia, Kota Bandung menjadi salah satu tujuan wisatawan domestik maupun mancanegara. 

Selain memiliki udara sejuk, Kota Bandung juga menawarkan berbagai destinasi yang tak kalah menarik, seperti wisata alam, sejarah, fesyen dan kuliner.

Sejarah Kota Bandung 

Dihimpun dari laman resmi Diskominfo Kota Bandung, nama kota tersebut berasal dari kata bendung atau bendungan. Bendung merupakan peristiwa terbendungnya Sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Parahu.

Akibatnya, daerah yang berada di antara Padalarang hingga Cicalengka (kurang lebih 30 kilometer) dan daerah yang berada di antara Gunung Tangkuban Parahu hingga Soreang (kurang lebih 50 kilometer) terendam air hingga menjadi telaga besar. 

Telaga tersebut dikenal dengan sebutan “Danau Bandung” atau “Danau Bandung Purba”. Kemudian Danau Bandung tersebut lama-kelamaan surut. 

Bekas daerah danau kemudian berdiri pemerintahan Kabupaten Bandung. Secara historis asal-usul nama Bandung berasal dari Danau Bandung.

Ada juga yang menceritakan, kata Bandung diambil dari dua perahu yang diikatkan berdampingan. Kedua perahu itu disebut dengan perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II untuk menyusuri Sungai Citarum. 

Saat itu R.A. Wiranatakusumah II sedang mencari tempat yang akan digunakan sebagai pusat ibu kota Kabupaten Bandung yang baru untuk menggantikan ibu kota lama, yakni Krapyak (yang sekarang disebut Dayeuhkolot). 

Alasan pemindahan pusat pemerintahan dari Krapyak karena daerah tersebut dianggap kurang strategis. Letaknya di sisi selatan daerah Bandung yang sering dilanda banjir bila musim hujan.

Tempat yang terpilih menjadi ibukota baru saat itu merupakan lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun. Kini, lokasi tersebut menjadi pusat kota Bandung.

Pemindahan ibu kota tersebut awalnya merupakan perintah dari Pemerintah Hindia Belanda yang saat itu dipimpin oleh gubernur jenderal pertama Herman Willem Daendels pada 1808.  

Sementara, daerah Krapyak atau ibu kota Kabupaten Bandung yang lama akan digunakan untuk pembangunan Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer di ujung barat Jawa Barat ke Panarukan di ujung timur Jawa Timur sepanjang 1.000 kilometer. 

Sehingga diperlukan lahan strategis yang akan dibangun menjadi pusat kota dengan akses yang lebih baik ke Jalan Raya Pos buatan Daendels.

Setelah pembangunan ibu kota baru selesai, terbit besluit pemerintahan Hindia Belanda pada 25 September 1810. Kemudian Kota Bandung dinyatakan sebagai ibu kota Kabupaten Bandung, sehingga setiap 25 September ditetapkan sebagai hari jadi Kota Bandung yang selalu diperingati hingga saat ini.

Asal-usul sebutan Paris Van Java

Dalam buku berjudul “Vereeniging Toeristen Verkeer Batavia (1908-1942): Awal Turisme Modern di Hindia Belanda” karya Achmad Sunjayadi yang diterbitkan pada 2007, menjelaskan, julukan Paris van Java memiliki kaitan yang erat dengan perkembangan pariwisata di Hindia Belanda. 

Melalui kegiatan wisata, Pemerintah Hindia Belanda ingin menunjukkan kemajuan yang diberikan kepada negeri jajahan di mata dunia sekaligus menambah pemasukan baru.

Mereka menjuluki kota-kota di Indonesia dengan nama tempat yang populer di Eropa. Pemerintah Hindia Belanda juga mengikuti pameran pariwisata di sejumlah negara yang semakin membumikan julukan tersebut, seperti di London (1851, 1862), Paris, (1855, 1867, 1878, 1889, 1900), Wina (1873) dan utamanya di Exposition Universelle di Paris (1889) yang menampilkan Le Village Javanais (Kampung Jawa) dengan pertunjukan kesenian Sunda.

Bandung sebagai Paris-nya Pulau Jawa muncul karena menjadi pusat gaya busana. Saat itu, gaya fesyen Bandung sangat Paris. Pada era 1900, terdapat toko bernama Aud di Jalan Braga. Toko tersebut merupakan tempat bagi warga Bandung yang ingin tampil kekinian. Tahun 1913, Aug berganti nama menjadi Au Bon Marche Mode Magazijn yang berasal dari bahasa Perancis. Model busana terbaru dari Paris akan selalu dipajang di toko ini.

Selain itu, arsitektur di Bandung juga menerapkan art deco sebagai acuan pembangunan gedung yang sangat mirip dengan bangunan yang ada Paris. Salah satu contoh yang bisa dilihat, yakni Gedung Hotel Preanger serta hotel Savoy Homann. 

Kemudian, terdapat restoran makanan khas Paris Maison Bogerijen yang menjadi tempat makan para pejabat serta pengusaha Hindia Belanda atau Eropa. 

Dimulai dari orang-orang Belanda pada masa kolonial, sebutan Kota Bandung sebagai Paris van Java terus diwariskan turun-temurun hingga sekarang menjelma menjadi pusat wisata di Jawa.

Bandung menjadi kota wisata

Setelah masa kemerdekaan, pariwisata yang ada di Bandung meningkat pesat sejak dibukanya Jalan Tol Cipularang. Bandung menjadi salah satu destinasi tujuan liburan akhir pekan warga ibu kota Jakarta dan sekitarnya. 

Selain menjadi kota wisata belanja, Bandung juga terkenal memiliki bangunan tua berarsitektur Belanda serta panorama alam pegunungan yang sangat indah.

Bandung juga memiliki banyak ruang publik seni seperti museum, galeri, dan gedung pertunjukan. Salah satu yang paling populer di Bandung yaitu Gedung Merdeka yang dahulu menjadi lokasi Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika tahun 1955, Museum Sri Baduga yang menggunakan bangunan lama Kawedanan Tegallega, serta Gedung Indonesia Menggugat tempat Soekarno menyampaikan pleidoinya.

Editor: Kurnia Illahi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut