get app
inews
Aa Text
Read Next : Sidang Kasus Penipuan Studi ke China Digelar di Ruang Mediasi PN Bandung, Korban Kecewa

60.000 Telur Nyamuk Wolbachia Dikembangbiakkan di Ujungberung Bandung untuk Tekan Kasus DBD

Jumat, 24 November 2023 - 10:56:00 WIB
60.000 Telur Nyamuk Wolbachia Dikembangbiakkan di Ujungberung Bandung untuk Tekan Kasus DBD
Kasus DBD di Kota Bandung tinggi. Untuk menekan kasus DBD, Kemenkes mengembangbiakkan nyamuk Wolbachia di Ujungberung, Bandung. (Foto: Ilustrasi/Ist)

BANDUNG, iNews.id - Sebanyak 60.000 telur nyamuk Wolbachia dikembangbiakkan di Ujungberung, Kota Bandung. Nyamuk ini dapat melawan jentik nyamuk Aedes Aigepty penyebar virus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memilih Kelurahan Pasanggarahan, Kecamatan Ujungberung, sebagai tepat pengembangbiakan karena kasus DBD cukup tinggi di kawasan ini.

"Sebanyak 308 ember pengembangbiakan telur nyamuk Wolbachia ditempatkan di kelurahan ini. Satu ember itu berisi 200 sampai 250 telur nyamuk Wolbachia," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung dr Ira Dewi Jani, Rabu (22/11/2023).

Ira Dewi Jani menyatakan, belum dapat diketahui berapa banyak telur nyamuk Wolbachia yang dapat menetas. Namun diharapkan semua telur nyamuk Wolbachia bisa menetas.

"Sekarang masih diasistensi sama petugas lab vektor dari Salatiga. Harapannya menetas semua, tapi tergantung tempat penyimpanan, cuaca. Jadi gak selalu pasti yang menetas dari tiap ember itu jumlahnya berapa," ujar Ira Dewi Jani.

Kadinkes menuturkan, alasan Kota Bandung ditunjuk untuk menjadi daerah pengembangbiakan nyamuk Wolbachia karena dalam tiga tahun berturut-turut, kasus DBD menempati peringkat pertama di Jabar. 

"Jadi kalau kita lihat data kasus yang demam berdarah yang ada di Kemenkes, itu memang dari 2021, 2022, hingga 2023, Kota Bandung menempati urutan pertama," tutur Kadinkes.

Menurut Ira Dewi Jani, jangka waktu telur nyamuk Wolbachia menetas dan dapat menghambat penyebaran DBD, cukup panjang. 

Rentang waktu untuk pengembangbiakan hingga penghambatan penyebaran DBD, membutuhkan waktu antara satu sampai dua tahun. 

"Kalau implementasi pilot project enggak bisa kayak makan cengek, begitu ditempatkan langsung berhasil. Gak bisa instan. Ini (pengembangbiakan nyamuk Wolbachia) kan sebagai pelengkap, dari program-program yang sudah ada selama ini. Jadi PSN (pemberantasan sarang nyamuk) harus tetap dilakukan. Begitu juga gerakan 3 M, dan program lainnya," ucap Ira Dewi Jani. 

"Mudah-mudahan ini bisa jadi salah satu pelengkap untuk menurunkan jumlah kasus DBD di Bandung," ujar dia. 

Ira Dewi Jani menuturkan, keberadaan nyambuk Wolbachia baru berdampak menurunkan kasus DBD diperkirakan butuh waktu satu atau dua tahun. Berdasar teori akan melepaskan ember berisi telur nyamuk Wolbachia setiap enam bulan. 

Setiap bulan diharapkan sudah menetas. Terus diganti telur baru. Kalau sudah enam bulan dilepasliarkan, diharapkan proporsi nyamuk Aedes Aegypti Wolbachia di Kota Bandung bisa mencapai 60 persen, di alam, di lingkungan. Sisanya secara alamiah dengan perkawinan antarnyamuk di alam. 

Ira mengatakan, pengembangbiakan puluhan ribu nyamuk Wolbachia ini, dilakukan oleh warga. Mereka yang dititipkan, sudah dibekali ilmu pengembangbiakan nyamuk Wolbachia dengan dibantu oleh perangkat lainnya seperti puskesmas setempat. 

"Program ini tidak mungkin berhasil kalau tidak ada keterlibatan dari masyarakat. Setelah kita cek data dan dukungan warganya, nah di Ujungberung menjadi salah satu kecamatan yang besar paling banyak kasus DBD nya.

Kepala puskesmas sudah dilatih ke Yogyakarta untuk pilot project ini. Penerimaan masyarakat baik, karena sudah sejak awal disosialisasikan," tutur Kadinkes Kota Bandung.

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut