get app
inews
Aa Text
Read Next : Terdampak Letusan Gunung Semeru, Puluhan Siswa SDN 02 Supiturang Menumpang di Sekolah Lain

3 Alasan MAARIF Institute Minta Pembinaan Siswa di Barak Militer Dihentikan

Jumat, 09 Mei 2025 - 18:16:00 WIB
3 Alasan MAARIF Institute Minta Pembinaan Siswa di Barak Militer Dihentikan
Pembinaan siswa di barak militer yang diterapkan Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi dinilai keliru dan berbahaya berpotensi merusak sistem pendidikan . (Foto: Instagram Dedi Mulyadi).

JAKARTA, iNews.id - Pendekatan pembinaan siswa di barak militer yang diterapkan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dinilai tidak hanya keliru secara fundamental, tetapi juga berbahaya dan berpotensi merusak sistem pendidikan secara struktural. Kebijakan semacam ini dinilai mencerminkan kegagalan pemerintah dalam menyediakan ruang pendidikan yang aman, adil, dan inklusif bagi seluruh anak bangsa.

Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Andar Nubowo menjelaskan ada tiga alasan program gubernur yang biasa disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) itu keliru dan merusak sistem pendidikan.

Pertama, kata dia pengiriman siswa ke barak militer merupakan bentuk kekerasan simbolik dan struktural dalam dunia pendidikan. Menurut dia, program itu mengubah pendidikan menjadi instrumen penyeragaman yang membungkam ekspresi anak.

"Dari perspektif psikologi pendidikan, gaya pendisiplinan semacam ini bukan hanya gagal membangun kesadaran moral, tetapi juga berdampak negatif terhadap pembentukan identitas remaja," ujar Andar dalam keterangannya, Jumat (9/5/2025).

Kedua, lanjut dia kebijakan itu bertentangan dengan reformasi pendidikan nasional yang menempatkan peserta didik sebagai subjek utama proses pembelajaran. Model militeristik dalam dunia pendidikan memperkuat logika kekuasaan yang menekankan kepatuhan dan intimidasi.

"Pendekatan semacam ini tidak hanya menghambat pertumbuhan psikososial anak, tetapi juga secara langsung bertentangan dengan semangat pendidikan yang inklusif, bermutu, dan berkeadilan sebagaimana dicita-citakan dalam kerangka kebijakan nasional," katanya.

Ketiga, program Dedi Mulyadi dinilai menunjukkan kecenderungan pemerintah daerah menjadikan siswa sebagai kambing hitam dalam merespons persoalan sosial seperti tawuran, merokok, konsumsi alkohol, hingga ekspresi identitas seksual.

"Pendekatan ini tidak hanya menyederhanakan persoalan, tetapi juga mengabaikan akar-akar struktural yang melatarbelakangi perilaku remaja," ucapnya.

Editor: Kurnia Illahi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut