1.219 Hektare Area Genangan Banjir di Kabupaten Bandung Susut sejak 2019
BANDUNG, iNews.id - Seluas 1.219 hektare area genangan banjir yang biasa terjadi akibat luapan Sungai Citarum, seiring datangnya musim hujan, menyusut. Penyusutan luasan area genangan banjir di Kabupaten Bandung itu terjadi sejak 2019 silam.
Hal itu terjadi seiring selesainya pembangunan Kolam Retensi Cienteung, Terowongan Nanjung, Floodway Cisangkuy, kantung-kantung air lain, dan normalisasi Sungai Citarum di hulu yang terus berlangsung.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Anang Muchlis mengatakan, pada 2010, areal genangan banjir di Kabupaten Bandung seluas 6.997 hektare. Kawasan seluas itu biasanya digenangi banjir musiman setiap tahun.
Saat itu, belum ada pembangunan apapun terkait penanggulangan banjir akibat meluapnya Sungai Citarum. "Luas area genangan banjir itu menyusut 1.219 hektare. Pada 2019 tersisa sekitar 5.778 hektare area yang masih digenangi banjir," kata Anang.
Anang mengemukakan, penyusutan area banjir itu sangat signifikan setelah ada pembangunnan infrastruktur untuk menanggulangi banjir tahunan yang kerap melanda kawasan Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, Bojongsoang, Banjaran, Majalaya, dan sekitarnya.
"Dampak positif pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir dirasakan oleh warga Baleendah dan Dayeuhkolot. Sebab, dua kawasan ini rendah dan paling terdampak saat banjir melanda," ujar dia.
Meski begitu, tutur Anang, potensi banjir masih ada dan bisa saja meluas jika marak alih fungsi lahan hutan di kawasan hulu Sungai Citarum menjadi permukiman. Sebab, Sungai Citarum bakal memiliki beban tambahan untuk menampung air.
Karena itu, BBWS Citarum akan membahas masalah itu dengan pihak terkait. Sehingga nanti pemerintah daerah memberi syarat ketat kepada pengembang perumahan untuk membuat kantung air di kawasan masing-masing.
"Harus membangun folder (kantung) sendiri agar tidak membebani Citarum. Namun persyaratan seperti itu (pengembang wajib membangun kantung-kantung air di kawasan permukiman) sampai saat ini belum ada," tutur Anang.
Editor: Agus Warsudi