Weekend Story: Tulisan di Dinding, Kisah Pilu Ibu dan Anak Ditemukan Tinggal Kerangka. (Foto: Dok. iNews).

JAKARTA, iNews.id- Kisah pilu mengguncang Perumahan Tanimulya Indah. Rumah di kawasan Bandung Barat itu menjadi saksi bisu atas kematian tragis seorang ibu dan anak yang ditemukan tinggal kerangka. 

Peristiwa ini menyisakan misteri mendalam penyebab kematian kedua korban. Iguh Indah Hayati (55) dan anaknya Elia Imanuel Putra (24) diduga meninggal dunia sejak beberapa tahun lalu. 

Kerangka keduanya ditemukan terbaring di tempat tidur terpisah dalam kondisi memprihatinkan. Tetangga sekitar mengaku terakhir kali melihat keduanya sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Tulisan Memilukan di Dinding

Dalam olah tempat kejadian perkara (TKP) polisi menemukan keluh kesah kedua korban sebelum meninggal yang ditulis menggunakan spidol hitam di dinding kamar. Sebagian besar tulisan tersebut ditujukan kepada suami atau ayah dari anak korban yang telah lama meninggalkannya.

"Jikalau kau menikah lagi aku harapkan jangan menyakiti istri ketigamu nanti. Aku lihat kau sudah meminang istri baru lagi kan? yang dari Ciamis yang photo bersama mu itu dipajang di FB Hendra Setiawan ku nanya di foto profil di kolom komentar tertulis di hatimu?" dalam tulisan itu.

"Di foto mudjoyo mengingat karena kau pernah gagal menjalani hubungan pada istri ke 1 mu yang bernama Leony Maria Theressia,".

Kemudian, ada juga tulisan, "Surat untuk Mudjoyo. Kalau buat janji jangan buat janji kalau ga bisa nepatin janji. Aku mau sekolah katanya mau biayai aku sekolah tapi semua itu dusta. Catatan, akan aku bawa sampai mati semua janji manismu!!!,".

Tulisan lainnya yang diduga dari anak korban, yaitu "Aku hanya minta uang sekolah tapi kau seperti itu katanya raihlah cita cita mu setinggi langit tapi kau tidak dukung aku dengan biaya sekolah maaf kan aku tidak bisa jadi anak yang sempurna karena manusia tidak ada yang sempurna termasuk istrimu aja kau tinggalkan karena kau menuntut dia menjadi sangat sempurna tapi ketahuilah hanya Tuhan yang sempurna,".

Diduga, tulisan tersebut merupakan pesan terakhir dari korban. Isi pesan sangat pilu dan mengungkap keputusasaan yang dirasakan oleh korban sebelum meninggal.

Misteri Penyebab Kematian Korban

Polres Cimahi bersama tim forensik Rumah Sakit (RS) Sartika Asih mendalami kasus penemuan dua kerangka ibu dan anak. Polisi masih menunggu hasil autopsi tim forensik untuk memastikan penyebab kematian korban. Namun, sejumlah dugaan mulai bermunculan, mulai dari sakit parah hingga masalah ekonomi.

Untuk mengatahui lebih jauh kejadian ini, selain mengumpulkan bukti-bukti polisi juga memintai keterangan sejumlah saksi, warga skitar termasuk suami yang juga ayah korban, Mudjoyo Tjandra.

Kesaksian Warga

Kedua korban, Indah Hayati (55) dan Elia Imanuel Putra (25) dikenal pribadi tertutup dan jarang berkomunikasi dengan warga. Tetangga korban, Ai Suryati mengaku terakhir melihat ibu dan anak tersebut pada 2019. 

Selama ini, kata dia, warga mengira jika keduanya telah pindah karena kondisi rumah yang tidak terawat dan di depan rumahnya juga hampir tertutupi semak belukar.

“Terakhir ketemu sebelum (virus) Corona 2019. Oranya nggak pernah ngobrol. Jadi kalau lewat rumah ya lewat saja. Selama ini, anggapan warga rumah itu kosong karena pindah rumah,” katanya, Selasa (30/7/2024).

Kronologi Kejadian

Kronologi penemuan kedua kerangka itu berawal saat Mudjoyo Jandra, suami korban datang ke rumah tersebut untuk mengambil barang, Senin (29/7/2024). Mudjoyo telah lama pergi dari rumah itu atau tepatnya sejak 2015.

Merasa ada yang janggal karena rumah dalam keadaan terkunci dari dalam dan terlihat tidak terawat, Mudjoyo kemudian meminta bantuan warga untuk membuka paksa pintu rumah. 

Betapa terkejutnya mereka saat menemukan dua kerangka manusia di dalam kamar. Temuan ini kemudian dilaporkan ke polisi.

Pesan Tersirat Tulisan di Dinding

Psikolog keluarga, Novita Tandry yang juga mengikuti kasus tersebut mencoba mendalami lewat curahan hati (curhat) yang ditulis di dinding kamar korban.

Dia menilai curhat Indah Hayati, tersirat kekecewaan seorang istri dengan melihat status pernikahannya. Tulisan di dinding itu memberi kesan, Indah seperti baru menerima kenyataan bahwa dia merupakan istri kedua.

"Mungkin dia pikir dia istri pertama. Kemudian kekecewaan lebih mendalam karena ternyata sang suami ini meninggalkan rumah diasumsikan dari tulisan ini menikah untuk istri yang ketiga," ujar Novita dalam perbincangan dengan iNews.id, Sabtu (3/8/2024).

Selain itu, melihat curhat yang diungkapkan anak korban dalam coretan di dinding kamar yang sama memperlihatkan bagaimana sang anak seperti menagih apa yang menjadi keinginan ayah kandungnya, utamanya berkaitan dengan pendidikan.

"Anak merasa tidak diinginkan di dalam hidup ini. Sedangkan yang paling krusial di dalam hidup adalah eksistensi kita sebagai manusia untuk diinginkan keberadaannya dalam hidup," ucapnya.

Belum lagi, lanjut dia jika sang anak juga mendapat cerita dari ibunya terkait yang terjadi dalam hubungan kedua orang tuanya. Sehingga, anak korban mengira perasaan kekecewaan terhadap suami juga sang ayah membuat keduanya hilang harapan.

"Kalau saya lihat, dua orang ini tidak punya harapan lagi. Jadi selain dikhianati, kepercayaan dihancurkan, secara finansial tidak dinafkahi. Jadi merasa semuanya itu, sia-sia, desperate. Saya yakin mereka ini secara psikologis, depresi yang paling besar, yang paling tinggi," katanya.

Polisi mengamankan sepeda motor Honda Beat yang telah diselimuti debu dari dalam rumah ibu dan anak yang ditemukan tinggal kerangka di Perumahan Tanimulya Indah, Kabupaten Bandung Barat, Senin (29/7/2024). (Foto: Yuwono Wahyu).

Peran Penting Pengawasan Lingkungan

Sementara itu, kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Dr Wiendy Hapsari mengatakan, pada kasus kematian yang korbannya  ditemukan menyisakan kerangka, ironinya para tetangga ternyata tidak menyadari hal ini selama bertahun-tahun. 

Beberapa tetangganya mengakui tidak curiga karena tidak ada indikasi yang aneh di rumah korban, seperti tanda perusakan rumah atau bau tidak sedap. Ada juga tetangga yang mengira korban sudah pindah karena sempat berpamitan di 2019.

Dia menuturkan, di luar indikasi ketiadaan bau atau perusakan, dengan menghilangnya salah satu warga secara tiba-tiba ada baiknya tetap menjadi alert bagi warga lainnya untuk melakukan cross checking. 

Meski korban sebelumnya sempat berpamitan, melakukan konfirmasi kebenaran menurutnya tetap perlu dilakukan. Terlebih, dengan banyaknya kasus serupa yang terjadi sebelumnya. Sifat kepo dengan tujuan saling menjaga layak diimplementasikan.

"Terkait dengan upaya pencegahan agar peristiwa yang sama tidak terulang, dalam tinjauan kriminologi dikenal sebuah konsep crime prevention through enviromental design," ucapnya. 

Desain ini, kata dia berisi  tinjauan yang mengedepankan rancangan desain lingkungan yang tepat untuk mengurangi tindakan kriminal. Meski prinsipnya digunakan dalam konteks pencegahan kejahatan, namun dalam konteks temuan mayat yang tidak diketahui ini, tetap pas untuk digunakan desain ini menawarkan salah satu elemen, yaitu pengawasan (surveilance).

Dalam konteks ini, dinilai pengawasan bisa dilakukan terhadap aktivitas warga pada suatu lingkungan. Pengawasan tersebut bisa dilakukan  secara mekanis berupa  pemasangan CCTV maupun terorganisir, yakni melalui patroli. 

Menurutnya, jika suatu lingkungan menerapkan konsep ini secara konsisten akan ditemukan pola kebiasaan warga, sehingga jka terjadi anomali dalam pola tersebut akan mudah teridentifikasi dan selanjutnya perlu dilakukan pengecekan. 

"Semisal, jika setiap sore warga melihat A pulang ke rumah  jam lima sore,  jika suatu waktu dan dalam waktu yang lama kebiasaan itu tidak ditemukan maka segeralah mencari tahu untuk memastikan kondisi warga tersebut baik-baik saja. Peran ketua RT di sini menjadi sangat penting," ucapnya.

Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Ida Ruwaida menjelaskan, terlepas korban tidak bergaul dan masyarakat sekitar menjadi tidak peduli, semestinya ada peran RT/RW dalam pendataan dan kontrol yang menjadi tugas utamanya.  

"Kalaupun dikira pindah tentu perlu dicek dan didata. Tentu ini tergantung status kependudukan korban dan juga status tinggal di rumah tersebut, pemilik atau kontrak?" ucapnya.

Menurutnya, secara sosiologis, pada masyarakat perkotaan pola relasi yang terbangun lebih bersifat impersonal, sehingga kepedulian dan solidaritas antarwarga menjadi lebih lemah, namun hal ini bisa dibangun melalui aktivisme warga.

"Keberadaan dan peran infrastruktur sosial di komunitas, misalnya kelompok keagamaan, PKK (dasawisma), arisan, karang taruna/kelompok muda, dan lain-lain bisa menjadi pilar aktivisme warga," katanya.

Pada kasus temuan kerangka ibu dan anak ini, lanjut dia tampaknya bunuh diri karena tidak mampu lagi menahan kekecewaan bertahun-tahun, termasuk beban ekonomi.

"Sementara tidak ada dukungan psikososial ekonomi karena relasi dengan tetangga minus dan relasi dengan keluarga (besar) mungkin sudah terputus karena isu-isu tertentu, termasuk ibu Indah yang berstatus istri kedua," ucapnya.


Editor : Kurnia Illahi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network