Gempa bumi. (Foto: Ilustrasi)

BANDUNG, iNews.id - Ancaman bencana di Indonesia tak hanya datang dari bencana hidrometrologi, tetapi juga bencana geologi, seperti gempa bumi. Hal ini tak lepas dari keberadaan sumber gempa bumi yang terbentuk akibat interaksi empat lempeng tektonik.

Empat lempeng tersebut, Eurasia, Indo-Australia, Samudera Pasifik, dan Laut Filipina, terdapat di Indonesia. Mereka bergerak dengan kecepatann masing-masing dan kapanpun bisa menimbulkan gempa bumi dan tsunami.

Menurut Minster dan Jordan, pada 1978 dalam Yeats tahun 1997, mulai dari Lempeng Benua Eurasia bergerak lambat ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 sentimeter (cm) per tahun.

Kemudian Lempeng Samudera Indo–Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun. Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak ke arah barat dengan kecepatan sekitar 11 cm per tahun. Terakhir Lempeng Laut Filiphina yang bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan sekitar 8 cm per tahun.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono mengatakan, pertemuan antarlempeng tersebut mengakibatkan terbentuknya cekungan muka, cekungan belakang, jalur magmatik, pola struktur geologi dan sumber gempa bumi, yaitu, zona subduksi, zona kolisi, dan sesar aktif.

"Kejadian gempa bumi merusak pada 2021 sebagian besar bersumber dari sesar aktif, dan beberapa yang bersumber dari zona penunjaman," kata Eko Budi Lelono dalam keterangan resmi, Senin (3/1/2022).

Namun begitu, ada hal menarik dari kejadian gempa bumi merusak selama 2021, yaitu, terdapat beberapa kejadian gempa bumi yang sumbernya belum terdidentifikasi sebelumnya. 

Antara lain, gempa bumi Tehoru Maluku Tengah pada 16 Juni 2021, gempa bumi Mamasa 22 Juli 2021, gempa bumi Tojo-Una-Una 26 Juli 2021 dan 28 Agustus 2021, dan gempa bumi Brebes 28 September 2021.

Kemudian gempa bumi Bangli-Karangasem 16 Oktober 2021, gempa bumi Ambarawa 23 Oktober hingga awal November 2021, gempa bumi Seram Utara 4 November 2021, dan gempa bumi Kepulauan Selayar 14 Desember 2021. 

"Kegiatan penyelidikan gempa bumi harus terus dilakukan guna mengetahui karakteristik sumber-sumber gempa bumi yang belum teridentifikasi. Karakteristik sumber-sumber gempa bumi tersebut harus diidentifikasi sebagai masukan (input) untuk melakukan pemutakhiran (updating) peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi," ujarnya.

Peta KRB Gempa Bumi berguna untuk mendukung kegiatan mitigasi gempa bumi dan masukan pada revisi penataan ruang. Hanya dengan upaya mitigasi, risiko dari kejadian gempa bumi yang mungkin akan berulang di kemudian hari akan dapat diminimalisir.


Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network