PLTA Waduk Saguling di KBB mengalami percepatan waktu usia pakai dikarenakan pencemaran dan sedimentasi yang terjadi di daerah aliran sungai (DAS) Citarum. (Foto: Dok.MPI)

BANDUNG BARAT, iNews.id - Umur pakai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Waduk Saguling di Kabupaten Bandung Barat (KBB) terus mengalami percepatan dibandingkan rencana awal pemakaian. Kondisi itu ditengarai karena faktor pencemaran dan sedimentasi yang cukup parah di daerah aliran sungai (DAS) Citarum. 

Persoalan tersebut lambat laun telah berpengaruh kepada PLTA Waduk Saguling. 

"Usia pakai PLTA Waduk Saguling terus menyusut, sekarang kemungkinan sekitar 18 tahun lagi dari usia seharusnya yakni 20 tahun lagi, sejak dioperasionalkan pada tahun 1985," kata General Manager PT Indonesia Power Saguling POMU, Rudiansyah di Padalarang, Jumat (17/12/2021).

Dijelaskannya, berdasarkan hasil studi batimetri atau pengukuran kedalam air di Waduk Saguling oleh PT Indonesia Power, terjadi percepatan sedimentasi dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi itu didominasi oleh sedimentasi berupa endapan lumpur dan tanah yang dikarenakan beberapa faktor.

Seperti adanya sistem pertanian dengan metode terasering vertikal di bantaran lahan Waduk Saguling oleh warga lokal, masih maraknya kolom jaring apung (KJA). Serta keberadaan terowongan air Curug Jompong di Nanjung, sebagai upaya mengurangi banjir musiman di Kabupaten Bandung. 

Dari ketiga faktor tersebut, KJA menjadi penyumbang sedimentasi paling rendah dengan presentasi tidak lebih dari 1 persen. Sumbangan paling besar justru berasal dari terasering vertikal yang berdampak besar tergerusnya lapisan tanah saat hujan deras datang. Begitu pun dengan keberadaan terowongan air Curug Jompong, cukup mempercepat sedimentasi. 

"Kelokan Sungai Citarum dipangkas melalui terowongan Curug Jompong. Memang air cepat surut, tapi endapan yang dibawa arus air ikut terseret ke hilir dan menumpuk di waduk," tuturnya. 

Untuk itu pihaknya terus melakukan upaya pencegahan agar umur pakai PLTA Waduk Saguling bisa lebih lama. Termasuk menghindari percepatan sedimentasi dengan melarang masyarakat menanam sayuran dengan pola terasering vertikal, serta melakukan upaya penanaman pohon keras di bantaran waduk.

"Kami berupaya menanam pohon keras di bantaran waduk agar ketika hujan tidak membuat tanah tergerus ke sungai. Serta secara kontinyu melakukan pembersihan sampah dan mengurangi KJA secara bertahap sesuai dengan program Citarum Harum," ucapnya. 


Editor : Asep Supiandi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network