INDRAMAYU, iNews.id - Calon Gubernur (Cagub) Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil atau Kang Emil optimistis dapat menerapkan program pembangunan daerah dengan program Satu Desa Satu Perusahaan andai memenangkan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2018. Salah satu daerah yang berhasil menerapkan hal tersebut adalah Desa Sukawera, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu.
Kang Emil menilai program Satu Desa Satu Perusahaan yang digagasnya sangat rasional, mendesak, dan efektif dalam mengatasi persoalan kemiskinan di Jabar. Wali Kota Bandung non-aktif itu mencontohkan kehidupan warga Sukawera yang jauh lebih baik saat ini usai berhasil mengembangkan budidaya lele dan jamur merang. Menurutnya, penghasilan warga melebihi upah minimum regional (UMR) Jabar.
"Dari lele saja, lima kolam bisa Rp5 juta. Satu rumah rata-rata punya 10 kolam berarti bisa menghasilkan Rp10 juta. Ini melebihi UMR untuk satu kepala keluarga. Bahkan pasar permintaan ikan lele sangat besar sehingga langsung habis tiap kali panen," kata Emil usai berkunjung ke Desa Sukawera, Rabu (25/4/2018).
Lantas, kata dia, program yang telah berjalan baik tersebut dapat dikembangkan lebih moderen dan menambahkan unsur marketing yang profesional. Jika hal tersebut berhasil dilakukan dalam lima tahun ke depan di sejumlah daerah lain, maka diyakini persoalan kemiskinan dapat diatasi. Di sisi lain, penghasilan warga akan mengalami peningkatan yang merata di sejumlah daerah.
"Saya yakin masalah kesejahteraan masyarakat di Jabar bisa diatasi dalam waktu lima tahun ke depan. Gubernurnya akan turun dengan membawa konsep Satu Desa Satu Perusahaan apapun produknya dan diterapkan di desa yang tingkat kesejahteraannya masih rendah," ungkapnya.
Dia menyebutkan, untuk menambah nilai jual barang pemerintah wajib membantu agar produk yang dihasilkan mampu menembus pasar nasional bahkan internasional. Menurutnya, persoalan warga saat ini terletak pada strategi pemasaran dan masih menggunakan kemasan seadanya. Dampaknya, produk yang dihasilkan warga hanya masuk pasar regional tertentu saja.
"Nanti, pemerintah akan bangun pusat kemasan (packaging) agar produk yang dihasilkan lebih menarik sehingga bisa diekspor. Kemasan ini yang membuat produk lebih menarik. Misalnya jamur merang ini. Kalau dikemas dengan baik bisa diekspor karena jamur menjadi hidangan yang mahal di sejumlah restoran di Eropa," ujarnya.
Sementara, Ketua Asosiasi Petani Lele Pantura Hamani mengatakan, saat ini di desanya ada 63 petani lele mulai dari budidaya pembenihan hingga pembesaran. Mereka cukup menggunakan halaman depan atau belakang rumah untuk menernak lele dengan sistem bioflok (kolam ikan dengan diameter 2 meter).
Menurutnya, para petani budidaya ikan lele saat ini mampu meraih keuntungan Rp1 juta dari satu bioflok dalam waktu 3 bulan. "Saya memiliki 11 bioflok dan keuntungannya lumayan," kata Hamani usai mendampingi Ridwan Kamil melihat budidaya lele di samping rumahnya.
Hamani mengungkapkan, hasil panen sejauh ini dipasarkan ke wilayah Indramayu, Bekasi dan Jakarta. Hanya saja, kata dia, persoalannya adalah terbentur pada modal untuk pengembangan budidaya. "Permintaan banyak, sementara produksinya masih sedikit," ujarnya.
Editor : Achmad Syukron Fadillah
Artikel Terkait