PURWAKARTA, iNews.id – Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP) Purwakarta menjamin stok kedelai di Purwakarta, masih aman. Produsen tahu tempe di Purwakarta yang mogok dinilai karena tak berani berspekulasi menaikkan harga jual.
Kabid Perdagangan Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP) Purwakarta, Wita Gusrianita, mengatakan, stok bahan baku kedelai sebenarnya tersedia di dua distributor besar di Purwakarta. Akan tetapi karena ada kenaikan harga, produsen tidak mau membeli untuk kemudian memprodusi tahu tempe seperti biasa. Mereka lebih memilih untuk tidak beroperasi.
“Begitu ada aksi mogok produksi, kami langsung turun ke lapangan guna mengecek ketersediaan stok kedelai. Ternyata stoknya masih tersedia di distributor. Masalahnya produsen mogok beroperasi karena tidak mau menaikkan harga jual,” kata Wita, Senin (4/1/2021).
Menurutnya, tidak masalah harga jual tahu tempe dinaikkan dan tidak perlu khawatir ditinggal pembeli. Apalagi tahu tempe bagi masyarakat sudah menjadi kebutuhan utama. “Kalaupun harga jualnya dinaikkan tidaklah terlalu mahal dan masih terjangkau pembeli,” ujar dia.
Dia menjelaskan, ketergantungan produsen tahu tempe terhadap kedelai impor sangatlah tinggi. Padahal produksi kedelai lokal di Purwakarta berlimpah. Bahkan, di tahun lalu produksi kedelai lokal mengalami surplus. Berlimpahnya produksi kedelai lokal sama sekali tidak dilirik produsen tahu tempe dengan berbagai alasan.
“Ini merupakan fenomena di awal tahun. Tentu saja kondisi seperti ini akan dievaluasi agar tata niaga tahu tempe kembali normal,” ucapnya.
Pada waktu itu, kata dia, petani kedelai di Purwakarta kesulitan memasarkan kedelainya. Sehingga mereka banyak menjual kedelai yang belum dikupas secara eceran. Artinya, untuk bahan baku tahu tempe sebenarnya masih aman, stok berlimpah.
Diketahui, Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kabupaten Purwakarta sempat mengembangkan komoditas kedelai beberapa tahun lalu. Terdapat lahan potensial seluas 100 hektare (ha) yang ditanami kedelai dengan asumsi produksi per 1 ha dapat menghasilkan sekitar 2,5 ton kedelai.
Begitu pula di 2018 produksi kedelai terus digenjot melalui program Upaya Khusus pada Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale). Program ini cukup menjanjikan guna menciptakan ketahanan pangan di Purwakarta.
Sementara itu, sebelumya produsen tahu tempe di Purwakarta berhenti beroperasi lantaran harga kedelai impor naik signifikan. Mereka enggan menaikkan harga karena khawatir ditinggal pembeli. Kekhawatiran tahu tempe tidak laku di pasaran bisa berdampak pada gulung tikarnya usaha produksi tahu tempe.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait