Rumah sejarah di Rengasdengklok, Kabupaten Karawang menjadi saksi bisu penculikan proklamator Soekarno-Hatta oleh pemuda pejuang. (Foto: iNewsTv/ Mohammad Fachruddin)

KARAWANG, iNews.id - Di rumah inilah Soekarno dan Mohammad Hatta dibawa setelah diculik sejumlah pemuda dari Perkumpulan Menteng 31. Di rumah di Regasdengklok, Kabupaten Karawang ini pula dirumuskan kemerdekaan Indonesia sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945. 

Tentunya para pemuda tersebut bukan tanpa alasan menculik dua tokoh pendiri bangsa ini. Mereka menilai perlu gerak cepat untuk menentukan nasib bangsa ini ke depan.  

Para pemuda mempertimbangkan, agar kemerdekaan Indonesia harus dinyatakan oleh rakyat, jangan sampai menunggu hadiah setelah terjadi kekosongan penjajahan akibat pengeboman kota Hirosima dan Nagasaki Jepang oleh sekutu.

Namun dalam perjalannya, penculikan tidaklah berjalan mulus. Kendaraan yang di tumpangi Bung Karno dan Bung Hatta serta keluarganya sempat ditembaki tentara Jepang. Akan tetapi, berkat kesigapan para pemuda serta bantuan pemuda Rengasdengklok, Karawang yang di pimpin oleh Umar Bachan, kedua pendiri bangsa itu bisa tiba dengan selamat.

Saat tiba di Rengasdengklok, Bung Karno menempati markas Peta yang lokasinya berdekatan dengan Sungai Citarum. Namun karena alasan keamanan akhirnya Sukarni yang ikut dalam rombongan mencari rumah yang lebih nyaman. Dipilihlah rumah yang ditempati keluarga Djiaw Kie Siong warga keturunan Tionghoa. 


Rumah ini terletak enam kilometer dari pusat Kota Karawang. Rumah yang memiliki luas 150 m2 dikelilingi oleh rumah penduduk. Rumah ini sebelumnya berada di tepi Sungai Citarum, namun karena sering terkena abrasi dan terancam longsor, sekitar awal tahun 1957 di pindahkan ke Kampung Tugu, Jalan Sejarah Rengasdenglok.

Ciri khas bangunan rumah ini masih tetap dipertahankan seperti aslinya. Dinding luar berwarna putih dan ruangan bercat hijau serta tiang bercat hijau muda terbuat dari bahan kayu. Bagian depan rumah merupakan serambi terbuka, pintu masuk berada di tengah diapit oleh dua jendela yang bercat hijau muda. Sementara ruang dalam terbagi tiga bagian yaitu bagian tengah, kamar samping kanan dan kiri.

Sayangnya, beberapa perabotan kini sudah tidak asli lagi. Beberapa di antaranya berada di Museum Mandala Wangi Provinsi Jawa Barat.

"Yang tersisa hanya kursi, tempat tidur yang dijadikan tempat perisitirahatan Bung Karno dan Bung Hatta saat itu. Didnding, atap juga masih asli," kata Yanto Jauhari, cucu Djiau Kie Siong.  

Selain itu, tak jauh dari rumah sejarah, terdapat tugu atau monumen kebulatan tekad. Tugu ini dibangun pada tahun 1950 sebagai simbol atau bukti kemerdekaan tanah air dan bangsa.


Monumen ini dibangun di atas tanah seluas 1.500 m2, yang merupakan bekas lokasi Markas Peta di Kampung Bojong Tugu, Desa Rengasdengklok Utara. Kecamatan Rengasdengklok. Lahan monumen berbentuk segi tiga, sisi belakang monumen berbatasan langsung dengan tanggul Citarum.
 
Lingkungan sekitar monumen merupakan dataran rendah, monumen dibangun pada tahun 1950 dan dilakukan pemuggaran oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karawang pada tahun 1984. Pemugaran terakhir pada masa pemerintahan Presiden Megawati Sokarno Putri. 
 
Kondisi monumen berupa taman dengan bangunan tugu, setelah memasuki pintu gerbang terdapat jalan setapak menuju bagian inti monumen. Di tengah-tengah batur ini berdiri tugu kebulatan tekad yang bentuknya terdiri tiga bagian. Bagian bawah merupakan semacam alas berukuran 3x3 m disusun secara berundak-undak terdiri lima undakan. Di atasnya merupakan bagian badan berbentuk kotak, pada panil yang berada di depan terdapat teks Proklamasi.


Editor : Asep Supiandi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network