BANDUNG, iNews.id – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Jawa Barat (Jabar) telah memutuskan pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) melanggar peraturan dan tata tertib KPU saat memamerkan kaos bertuliskan #2019GantiPresiden. Namun keputusan Bawaslu itu dinilai telah membatas kreativitas dalam berdemokrasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio. Dia menyayangkan keputusan Bawaslu Jabar yang menjatuhkan sanksi kepada pasangan Asyik.
"Walau aneh tapi saya sebenarnya gak kaget sih karena memang posisi Asyik saat itu menempatkan diri ada di seberang istana. Jadi kalau memang mau cari aman, ya tetap di lingkungan Presiden Jokowi" kata Hendri saat dihubungi iNews.id, Jumat (18/5/2018).
Meski begitu, Hendri menilai keputusan Bawaslu telah memotong kreativitas demokrasi. Dia pun memuji langkah pasangan Asyik yang menampilkan hal berbeda saat debat publik putaran kedua Pilgub Jabar, Senin (14/5/2018).
"Dalam sebuah kampanye, element of surprise itu dibutuhkan. Kalau kemarin tidak tampil beda akan sulit buat Asyik. Walaupun (sanksi itu) aneh, saya tidak kaget. Tapi saya menyayangkan karena kreativitas demokrasi dipotong. Ini memang risiko pasangan Asyik berada di seberang istana, berbeda dengan posisi tiga paslon lain yang mengharapkan dukungan Jokowi," ujarnya.
Hendri menyarankan pasangan Asyik fokus pada kejadian-kejadian saat debat publik putaran kedua. Misalnya soal ungkapan-ungkapan tak pantas yang keluar begitu pasangan Asyik memamerkan kaos bertuliskan #2019GantiPresiden.
"Misalnya ada yang teriak nama binatang, ya itu dilaporkan saja. Terus kalau gak salah soal teriakan hidup Jokowi, kan itu juga sebetulnya di luar materi," tuturnya.
Setali tiga uang dengan pengamat politik dan hukum dari Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung, Asep Warlan. Dia memandang aksi pasangan Asyik sebagai dinamika yang wajar terjadi dalam pertarungan politik.
Terlepas dari keputusan Bawaslu, Asep mencoba menganalisis pesan politik yang ingin disampaikan Asyik di panggung debat public. Sebab menurut dia, aksi membentangkan kaos dengan pesan '2018 Asyik Menang, 2019 Ganti Presiden', juga harus dipandang dari sudut berbeda yang menjadi menarik untuk dibahas.
Pertama, sepertinya pasangan Asyik ingin menyampaikan kepada publik ada hubungan antara pilkada dengan pilpres mendatang. Pesan politik mereka (Asyik) ingin mengajak kepada masyarakat, terutama para pendukungnya untuk menciptakan pemerintahan yang linier antara pusat dan daerah.
“Karena selama ini yang kita amati, pemerintah pusat dan daerah asimetris (berbeda). Misal di pusat parpol yang berkuasanya parpol A sementara di daerah pemimpinnya berasal dari parpol B, maka biasanya terjadi perlakuan yang agak beda dari pusat ke daerah sehingga kemudian mereka menyampaikan pesan tersebut,” kata Asep.
Kedua, aksi itu membuat Pilgub Jabar 2018 menjadi tidak membosankan karena mengombinasikan visi dan misi mereka dengan isu ketokohan partai pengusung jelang Pilpres 2019. Yakni antara Prabowo Subianto sebagai tokoh yang selama ini dianggap banyak pihak sebagai kompetitor Joko Widodo dalam pertarungan Pilpres 2019.
“Debat itu mesti ada yang membedakan, selama ini setiap paslon selalu menyampaikan visi dan misinya yang kalau disimak sebenarnya begitu-begitu saja. Mereka (Asyik) mencoba mengangkat hal berbeda dengan membawa isu yang sifatnya kombinasi antara program yang mereka tawarkan dengan ketokohan ke panggung debat,” ujarnya.
Ketiga, sisi perhatian masyarakat. Pasangan Asyik berani mengambil risiko. Dalam proses berpolitik itu, apa pun akan selalu mengundang pro dan kontra.
“Saya kira mereka sudah memperhitungkan semuanya dengan matang plus dan minusnya. Tinggal bagaimana paslon lain dan masyarakat menyikapinya,” tutur Asep.
Diketahui, Bawaslu Jabar mengeluarkan rekomendasi agar KPU segera memberi sanksi terkait aksi pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang memamerkan kaos bertuliskan #2019GantiPresiden pada debat publik putaran kedua. Aksi pasangan yang akrab disebut 'Asyik' itu memicu kericuhan di bangku penonton.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait