Warung Kopi Mang Didin di Pasar Cibodas, Kecamatan Cikajang, menggunakan langseng legendaris bekas bahan kapal laut untuk menyeduh kopi dan mengukus roti. (Foto: iNews.id/Fani Ferdiasnyah)

GARUT, iNews.id - Warung Kopi Mang Didin adalah salah satu tempat ngopi klasik yang berada di Kabupaten Garut. Berlokasi di sebuah kios Pasar Cibodas, Kecamatan Cikajang, setiap pengunjung yang datang akan merasa bernostalgia. 

Dengan bangku-bangku panjang serta meja kayu yang ditata dalam kedai, menambah kesan tempat ngopi ini sebagai warung sederhana tempo dulu. Pemilik Warung Kopi Mang Didin, Uloh Saefulloh mengatakan, usaha ini awalnya dikelola sang ayah yaitu Didin Tajudin sejak tahun 1992 silam. 

"Bapak sudah berjualan sekitar tahun 1978 di emperan kawasan pasar lama. Jualannya bukan kopi, tapi baju. Usai pasar lama direnovasi, bapak pindah ke pasar Cibodas sekitar tahun 1992 dan membuka warung kopi," ujar Ulih Saefulloh kepada iNews.id, Minggu (6/8/2023). 

Pada tahun 1996, Uloh yang kini berusia 51 tahun menuturkan sudah ikut ayahnya berjualan. Dia belajar meracik kopi dan melayani pembeli.

Akan tetapi, di tahun 2013 sang ayah berpulang. Hingga kemudian usaha warung kopi tersebut dia lanjutkan bersama ibunya, Imas Karmanah. 

"Lama mengelola warung, ibu mengundurkan diri untuk tidak berjualan lagi karena faktor usia dan kesehatan. Akhirnya saya dan adik yang memegang warung kopi ini hingga sekarang," tuturnya. 

Uloh Saefulloh mengungkapkan semua properti jualan seperti langseng, kursi dan meja kayu tidak pernah diganti sejak sang ayah membuka usaha. Hanya beberapa saja ada sedikit tambahan. 

"Termasuk langseng yang usianya hampir 40 tahun ini tidak pernah kami ganti. Alhamdulillah tidak pernah bocor," tuturnya. 

Dibuat dari bekas material kapal laut, langseng atau dandang tersebut memiliki bentuk yang unik dan merupakan ide modifikasi ciptaan sang ayah. Ada tambahan corong di atasnya serta kran air berwarna emas tembaga yang dipasang pada bagian bawah. 

Rupanya model langseng yang diperuntukan untuk mengukus roti sekaligus meracik kopi tersebut menjadi faktor utama yang membuat menu-menu racikan warkop ini memiliki cita rasa khas. 

"Fungsi corong itu untuk memasukkan air kedalam langseng apabila air di dalamnya habis. Air yang kami isikan adalah air yang mendidih. Jadi ketika ada pelanggan yang ingin membeli roti atau kopi sekaligus akan cepat tersaji dan selalu panas," katanya. 

Namun ketika pertama membuka warung kopi, lanjut Uloh Saefulloh, bukan menu roti kukus yang mereka jajakan, melainkan kue balok. 

"Tapi karena bapak sudah tua dan selalu merasa capek, warung kopi kami tidak lagi menjual kue balok. Apalagi kue balok buatan kami dibuat secara manual, jadi setiap hari bapak selalu kerepotan. Lagipula pelanggan yang jajan bukan orang-orang elit, sebagian besar adalah orang-orang yang bekerja dan belanja di pasar," katanya. 

Menu roti di Warung Kopi Mang Didin memiliki beragam isian. Di antaranya isi mentega, kelapa parut, kombinasi cokelat stroberi mentega, keju juga ada bolu gulung.


Hanya dibutuhkan waktu sekitar 2-3 menit untuk mengukus agar tekstur roti berubah empuk dan legit. 

"Karena air yang digunakan untuk mengukus sudah mendidih, tinggal besarkan api kompor maka uap langsung keluar. Sekitar 2-3 menit roti sudah matang," ujar anak pertama dari tujuh bersaudara itu. 

Hingga saat ini, Uloh Saefulloh mengatakan, roti-roti yang dia tawarkan didapat dari sebuah pabrik roti yang ada di kota Garut. Sebelum membeli dari pabrik langsung, roti-roti itu ia dapat dari seseorang yang berjualan di pinggir lapaknya ketika masih berdagang emperan pada tahun 1980.

"Penjual roti itu kemudian memberikan alamat pabriknya supaya kami bisa belanja sendiri. Sampai sekarang kami selalu rutin membeli roti ke pabrik setiap seminggu dua kali," katanya. 


Menghabiskan sekitar Rp600.000 sekali belanja, roti kukus di Warung Kopi Mang Didin dibanderol Rp9.000 per porsi. 

"Untuk kopi, kami hanya menggunakan kopi sachet karena harganya yang murah dan bisa dijangkau oleh semua kalangan," ucap Uloh Saefulloh. 

Kendati saat ini sudah banyak warung kopi modern menjamur di Garut, Uloh Saefulloh akan tetap mempertahankan citra dan rasa warung kopi peninggalan sang ayah. 

"Warung ini akan kami pertahankan semampu kami. Terlebih ini adalah usaha peninggalan orang tua yang sudah ada dari saya kecil," ucapnya. 


Editor : Asep Supiandi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network