Warga bersama pengurus UMKM JRK memanen eceng gondok menggunakan Perahu Pertamina di Waduk Saguling, Dusun Cibodas, Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar, KBB, Minggu (15/10/2023). (Foto: Arif Budianto)

BANDUNG, iNews.id - Tumbuhan eceng gondok yang teronggok, menjadi penemuan berharga. Batang hijau yang semula dianggap tak berguna, ternyata dapat menghidupi puluhan warga.

Pagi itu, langit begitu cerah merekah. Layaknya pembawa berkah dari seorang ayah yang penuh kiprah. Sebutlah kisah Ence Rosidin, ayah paruh baya sang pencari nafkah.

Dia berdiri kokoh sambil berbenah, di atas dermaga bambu, tak mewah. Tangannya tak lelah memegang bilah, di pinggiran Waduk Saguling yang cerah.

Dermaga tampak reyot dan tua. Seakan merangkum jejak waktu dalam setiap seratnya. Memberi kesan tak pasti di bawah teriknya matahari, pemberi arah.

Namun, papan putih menggantung tegak. Menyiratkan optimisme pembawa asa kepada naskah UMKM JRK-Inovasi Tanpa Batas di Dusun Cibodas, Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Minggu (15/10/2023).

Jernih Rukun Kondusif (JRK), Usaha Mikro kecil dan Menengah (UMKM) yang dibentuk pada Oktober 2020. JRK terbentuk didasari atas rasa sosial terhadap sesama manusia dan kepedulian lingkungan khususnya di Sungai Citarum. 

UMKM JRK memanfaatkan sumber daya alam (SDA) tanaman eceng gondok di sekitar Dusun 3, Desa Pangauban untuk dijadikan kriya bernilai ekonomi.

Warga bersama pengurus UMKM JRK memanen eceng gondok menggunakan Perahu Pertamina di Waduk Saguling, Dusun Cibodas, Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar, KBB, Minggu (15/10/2023). (Foto: Arif Budianto)

Beralaskan perahu fiber berwarna jingga-putih bertuliskan 'Pertamina Patra Niaga', Ence bersama warga lain mengarungi permukaan waduk yang luas. Berpetualang memanen eceng gondok di perairan seluas 5.600 hektare. 

Bersyukur atas berkat perahu pemberian Pertamina melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL). Tatapannya tajam ke depan, berharap bahwa dalam setiap lembaran batang hijau berkilau yang dipanen, nasib akan berubah. 

Menyulam kisah tentang harta karun yang terkuak di waduk berusia lebih dari 38 tahun itu. Bak kejatuhan durian runtuh, Ence bersama puluhan warga sekitar mendapat cuan tak dikira. 

Eceng gondok yang awalnya dianggap tak bernilai, menjadi keajaiban maha karya berupa topi koboi, tempat tisu, tas, ikat kepala, hiasan dinding, sandal, dan lainnya.

"Alhamdulillah, sekarang kami punya penghasilan tambahan dari eceng gondok yang awalnya dinilai sebelah mata. Lumayan untuk tambahan membeli lauk-pauk dan makan sehari-hari," cerita Ence.

Eceng gondok bernama latin Eichornia Crassipes. Tumbuhan air mengapung berwarna hijau itu tumbuh sangat cepat di perairan seperti waduk, danau, dan sungai. Daunnya yang lebat, sering dianggap merusak lingkungan perairan. Selama puluhan tahun, warga sekitar sedikit terganggu atas keberadaannya.

Ence berkisah, selama ini dia hanya mengandalkan gaji bulanan dari profesinya sebagai buruh pabrik. Berangkat pagi, pulang sore. Begitu kisahnya selama puluhan tahun. Kini Ence menemukan keajaiban, mengubah nasib keluarganya menjadi lebih cerah.

Sepulang kerja, Ence menyempatkan diri menyulam satu atau dua produk hingga kantuk tiba. Setidaknya, menyelesaikan satu tempat tisu seharga Rp45.000. Jika pesanan sedang ramai, Ence bisa mengantongi upah hingga Rp100.000 per hari.

Cerita Ence hanya satu dari kisah puluhan keluarga yang mendapatkan manfaat dari kemandirian ekonomi di desa tersebut. Banyak contoh keluarga lainnya yang juga menggantungkan penghasilan tambahan dari mengolah eceng gondok. 

Ada korban pemutusan hubungan kerja (PHK), ibu rumah tangga, pekerja serabutan, hingga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

"Warga yang terlibat di JRK berasal dari tiga RT (rukun tetangga). Perajinnya memang belum banyak, karena untuk menganyam perlu keahlian khusus. Tapi ini yang terus kami dorong  dengan melatih masyarakat secara bertahap," kata Kepala Dusun 3 Cibodas Devi M Jufri.

Upaya menggerakkan masyarakat tak hanya dilakukan kepada ibu rumah tangga atau mereka yang ingin memiliki tambahan penghasilan, tetapi juga kepada para ODGJ yang jumlahnya terbilang banyak. Tercatat ada lebih dari lima ODGJ di desanya.

Syukurnya, beberapa ODGJ rutin mengikuti pelatihan dan terlibat di workshop JRK yang letaknya ada di pertengahan permukiman warga.

"Memang tidak mudah melatih para ODGJ. Kami latih dengan sabar agar mau beraktivitas. Karena kalau diarahkan ke kegiatan positif, para ODGJ ini ternyata juga mampu. Mereka bisa bikin kerajinan yang mudah dan simpel, seperti anyaman tali dari eceng gondok," jelas dia.

Diakuinya, salah satu kendala JRK adalah kemampuan warga menjadi perajin. Devi yang juga menjadi tim marketing JRK mengaku, jumlah perajin ahli tak lebih dari delapan orang. Sisanya kategori menengah hingga baru tahap belajar.

Banyak pesanan mengalir dari daerah wisata seperti Bali, namun karena keterbatasan SDM, JRK belum berani menyepakati kontrak pengadaan partai besar. "Kendala kami adalah jumlah perajin yang masih terbatas. Sehingga produk yang dihasilkan pun masih terbatas," ungkap dia.

Penolong di Kala Pandemi

Medio 2019, tak ada yang mengira dunia sempat berhenti dari aktivitasnya. Virus SARS-Cov-2 atau Corona Virus-19 (Covid-19) menyerang bumi ini. Nyaris semua aktivitas manusia dibatasi. Penghasilan pun merosot drastis.

Hidup seakan berhenti sejenak. Rencana, cita-cita, dan harapan digantikan oleh kekhawatiran dan ketidakpastian. Warga Dusun Cibodas pun demikian adanya. Tak leluasa bekerja, sementara ada ratusan warga menggantungkan hidupnya sebagai pekerja pabrik. Tapi mereka harus berjuang untuk bertahan dalam badai ketidakpastian yang melanda.

"Saat pandemi, keluarga tetap harus makan, sementara penghasilan sangat minim. Kami pun berpikir bagaimana eceng gondok yang teronggok tak berguna ini bisa dimanfaatkan. Karena kami yakin, Allah menciptakan tumbuhan di muka bumi ini, pasti ada manfaatnya," kata pegiat JRK lainnya Adang Miftahudin.

Dengan tekad kuat dan dukungan warga, mereka pun berusaha mencari tahu bagaimana memanfaatkan eceng gondok. Beberapa warga berusaha belajar dan mencari literatur di internet. Hingga ditemukan bahwa eceng gondok bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk membuat berbagai kerajinan.

Proses belajar, menggerakkan warga, hingga meyakinkan masyarakat tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Namun dengan tekad dan kemauan keras, warga membuktikannya dengan kerja nyata pada 2020 lalu. Mereka mulai memanen eceng gondok, menjemur, menganyam menjadi kerajinan, hingga mengecatnya agar tampak cantik dan menarik.

Selama pandemi, hasil kerajinan eceng gondok sangat membantu ekonomi warga. Mereka mendapatkan penghasilan tambahan di tengah sulitnya ekonomi dikala itu. Kini, pandemi telah berlalu, JRK berkomitmen terus mempertahankan kegiatan ini menjadi UMKM yang memberi dampak ekonomi lebih besar bagi masyarakat.

"Kami menganggap, eceng gondok adalah golden brown. Selain warnanya yang memang cokelat keemasan, juga karena nilai ekonomi yang kami rasakan manfaatnya. Eceng gondok ini seolah harta karun yang tersimpan," jelas Adang yang juga Ketua RW 20.

Dipasarkan Ritel Modern

Galeri UMKM JRK di Dusun Cibodas, Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar, KBB. (FOTO: ARIF BUDIANTO)

Hidup siapa yang kira, rezeki datang tak terduga. Peribahasa tersebut menggambarkan keberhasilan JRK menembus pasar ritel modern. Eceng gondok yang awalnya terkesan tak berguna dan kotor, kini menjadi produk kerajinan bernilai tinggi.

Beberapa produk kerajinan JRK menjadi produk UMKM yang dipajang di IKEA. IKEA adalah ritel modern asal Swedia yang menjual berbagai peralatan rumah tangga kelas premium. Di Indonesia terdapat tujuh gerai utama, salah satunya di Kota Baru Parahyangan, KBB.

IKEA menjadi andalan JRK memasarkan produk kerajinan eceng gondok ini. Terlebih, penjualannya terbilang cukup bagus. Beberapa produk yang banyak diminati di antaranya tempat tisu, keranjang, hiasan dinding, hingga tas.

"Kami bersyukur, kriya eceng gondok buatan kami bisa masuk IKEA yang notabene produk yang dijual di sana kelasnya premium. Bahkan, produk kami bisa disebut paling laris untuk kategori produk UMKM lokal," kata Devi.

Selain di IKEA, JRK pun memiliki galeri yang letaknya cukup strategis, di jalan utama Dusun Cibodas. Galeri tersebut menjadi displai bagi wisatawan atau konsumen yang ingin melihat contoh produk eceng gondok. Peluang ini JRK manfaatkan karena banyak wisatawan yang berkunjung atau rekreasi ke Waduk Saguling.

Penjualan produk kerajinan JRK pun terbantu dengan dukungan beberapa pihak, baik swasta maupun pemerintah. JRK telah beberapa kali diikutkan pada acara pameran tingkat Jawa Barat dan nasional. Terakhir, JRK pernah diikutkan pada pameran Inacraft di Jakarta Conventions Center (JCC) pada Maret 2023 lalu.

Bantu Atasi Masalah Lingkungan

Eceng gondok yang menutupi permukaan air dianggap penganggu. Karena itu, keberadaan JRK yang mengubah eceng gondok menjadi barang bernilai ekonomi, membantu mengatasi masalah lingkungan. (FOTO: ARIF BUDIANTO)

Pemanfaatan eceng gondok menjadi produk kriya, tak hanya memberi manfaat ekonomi semata. Penggunaan eceng gondok juga membantu mengatasi masalah lingkungan di sekitar Waduk Saguling. Dalam beberapa kasus, eceng gondok di Waduk Saguling telah menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitar.

Eceng gondok harus dikendalikan populasinya karena membahayakan pembangkit listrik di PLTA Waduk Saguling. Tanaman tersebut dapat merusak turbin air. PLTA Waduk Saguling termasuk pembangkit setrategis, karena menyuplai listrik primer berkapasitas hingga 700 MW untuk jaringan Jawa Bali.

Kerapatan eceng gondok bisa menghalangi sinar matahari yang masuk ke dalam air sehingga dapat mengurangi kadar oksigen terlarut dalam air di Waduk Saguling.

Menurut Kepala Bidang Tata Kelola Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung Barat Zamilia Floreta, tingkat pertumbuhan eceng gondok yang sangat cepat seringkali menjadikannya tumbuhan invasif yang justru menyebabkan dampak negatif bagi perairan. 

Seperti berkurangnya suplai oksigen ke badan air yang menurunkan populasi ikan, sedimentasi, dan mengurangi keanekaragaman hayati.

"Eceng gondok ini berkembang pesat di Citarum. Jika populasinya terus meningkat, dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, karena sedimen atau lumpur meningkat sehingga Waduk Saguling bisa bertambah dangkal," jelas dia.

Data yang diperoleh DLH, laju pertumbuhan eceng gondok rata rata sebesar 2 persen per hari. Namun dapat lebih cepat jika terdapat banyak nutrisi atau kadar nitrogen dalam air yang berasal dari limbah domestik. 

Berdasarkan jurnal ilmiah Rosyidy M Khairul dkk, pada 2019 luas area Waduk Saguling yang ditumbuhi eceng gondok mencapai 154 hektare. Data tersebut diambil dari citra satelit.

Oleh karenanya, ujar Zamilia, pemberdayaan masyarakat yang dilakukan para pihak diharapkan  dapat membantu mengatasi masalah eceng gondok di kawasan Waduk Saguling.

Dia pun mengapresiasi langkah Pertamina membantu JRK, menggerakkan masyarakat mengolah eceng gondok menjadi kriya bernilai ekonomi.

"Untuk mengatasi masalah ini, memang perlu kolaborasi multipihak, seperti NGO, pemerintah, perusahaan, akademisi, dan masyarakat. Para pihak ini sesuai kompetensi masing-masing dapat bekerjasama untuk pemanfaatan eceng gondok agar bermanfaat bagi lingkungan sekitar," tutur dia.

Pemberdayaan Masyarakat dan UMKM

Pengurus UMKM JRK yang menyulap eceng gondok menjadi barang bernilai ekonomi. (FOTO: ARIF BUDIANTO)

JRK kini menjadi tempat masyarakat mengembangkan diri dan menarik manfaat ekonomi dari aktivitasnya di Dusun Cibodas. Namun keberadaannya yang baru seumur jagung masih perlu dibantu. 

Setidaknya, hasil kriya berbasis kemandirian warga ini bisa semakin maju dan memberi multiplayer effect lebih besar bagi masyarakat sekitar.

"Awalnya kami hanya memiliki galeri seadanya saja, tapi kini sudah semakin enak dilihat. Kami bersyukur dibantu Pertamina melalui program CSR (corporate social responsibility). Ada lemari displai dan papan nama galeri, sehingga galeri kami mudah dikenali konsumen," kata Devi.

Tak hanya itu, JRK pun dimudahkan dalam melakukan proses produksi. Baru-baru ini, Pertamina kembali memberikan CSR berupa perahu fiber, lengkap dengan peralatan dayung, mesin, helm, dan life jacket. Perahu tersebut membantu warga dalam proses memanen, terutama saat debit air Waduk Saguling tinggi.

"Kalau debit air lagi tinggi, eceng gondok akan berpindah ke tengah waduk, sementara kami saat itu hanya menggunakan rakit bambu. Saat itu betapa sulit dan lama untuk mencapai tengah waduk. Tapi sekarang sudah ada bantuan perahu dari Pertamina. Ini sangat membantu kami," jelas Devi.

Pertamina melabuhkan JRK menjadi UMKM binaan melalui program TJSL atau CSR. CSR Pertamina sendiri dialokasikan dari sebagian keuntungan yang didapat perusahaan. 

Unit Manager Communication Relations & CSR Pertamina MOR III Eko Kristiawan mengatakan, dukungan terhadap warga Cibodas tak lepas dari masih banyaknya sumber daya alam (SDA) yang belum termanfaatkan secara optimal.

Padahal SDA tersebut berpotensi membantu masyarakat yang belum memiliki pekerjaan atau korban PHK. Pertamina mendorong agar warga yang terkena masalah finansial akibat pandemi Covid-19 dapat terbantu sebagai solusi agar mereka kembali memiliki pendapatan.

 "Selama ini hasil kerajinan dari eceng gondok juga belum maksimal, untuk itu FT (Fuel Terminal) Bandung Grup Pertamina Patra Niaga Regional Jawa bagian Barat membantu sarana dan prasarana guna mendukung kreasi warga Cibodas," kata Unit Manager Communication Relations & CSR Pertamina MOR III Eko Kristiawan.

Eko Kristiawan menyatakan, bantuan yang diberikan berupa lemari displai dan papan nama di galeri. Bantuan tersebut diharapkan memudahkan konsumen mencari dan melihat hasil kriya berbahan eceng gondok. 

Pertamina juga memberikan bantuan perahu fiber untuk membantu kelompok pemanen. Perahu tersebut dibutuhkan untuk mengambil eceng gondok yang berada di tengah waduk.

Peralatan tersebut diharapkan bisa digunakan secara maksimal dan mendorong operasional komunitas JRK, sehingga masyarakat merasakan manfaat ekonomi.

"Dalam kegiatan CSR, Pertamina berusaha lebih banyak melakukan empowerment (pemberdayaan masyarakat) daripada kegiatan-kegiatan yang bersifat charity agar lebih optimal dalam mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan sesuai prinsip perusahaan dalam menerapkan ESG (environmental social and governance),” ujar Eko Kristiawan.

Langkah nyata Pertamina mendorong pemanfaatan eceng gondok diharapkan membantu mengatasi masalah lingkungan di waduk tersebut. Di sisi lain, masyarakat mendapat manfaat ekonomi dari tumbuhan tersebut.

"Ke depan, kami akan bekerjasama dengan pengelola tempat wisata di daerah Batujajar untuk bisa mempromosikan hasil kerajinan eceng gondok ini kepada wisatawan. Semoga apa yang dilakukan oleh Pertamina dapat memberikan manfaat dan membantu pemberdayaan ekonomi warga," imbuh dia.

Pertamina Konsisten Terapkan Prinsip ESG

Langkah Pertamina membentu pemberdayaan masyarakat dan UMKM, merupakan upaya konkret BUMN energi ini peduli kepada lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan upaya Pertamina dalam menerapkan prinsip ESG perusahaan.

ESG Pertamina dibuktikan dalam komitmennya pada bidang lingkungan, sosial, dan tata kelola. Pada bidang lingkungan, Pertamina mendukung pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060 dengan mengembangkan peta jalan pengurangan emisi karbon.

Di antaranya melalui upaya dekarbonisasi aset dan pembangunan bisnis hijau. Pertamina juga menjalankan delapan inisiatif transisi energi dalam rangka memproduksi energi baru terbarukan.

Melalui berbagai inisiatif ESG tersebut, Dirut Pertamina Nicke Diwdyawati mengatakan, Pertamina telah berhasil menurunkan 31 persen emisi karbon dari hulu hingga hilir. “Kami sudah berhasil mengurangi emisi karbon hingga 31 persen dari kegiatan operasional kami dari hulu hingga hilir,” kata dia.

Salah satu langkah nyata pengurangan emisi karbon melalui pemanfaatan kembali CO2 menggunakan teknologi Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Teknologi ini telah diujicobakan di Lapangan Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat pada akhir tahun 2022 lalu.

Sedangkan penerapan ESG pada bidang sosial, dilakukan Pertamina melalui kegiatan CSR dengan pilar Pertamina Green untuk mendukung pelestarian lingkungan. Melalui program keanekaragaman hayati, Pertamina menanam lebih dari 4,1 juta pohon dan konservasi 95 jenis tumbuhan, 261 jenis hewan dari sekitar 800 ribuan hewan yang dikonservasi.

Selain itu, Pertamina melakukan pembinaan kepada UMKM binaan agar tumbuh dan berkembang. Program CSR ini juga dibarengi langkah nyata program affirmative recruitment bagi penyandang disabilitas yang diinisiasi sejak 2019 lalu. Program CSR yang melibatkan disabilitas di antaranya UMKM binaan Kopi Kang di Bandung dan Garut, dengan menjadikan mereka sebagai pegawai kafe di Bandung.

Dalam hal tata kelola, Pertamina telah memperoleh sertifikasi ISO 37001:2016 untuk Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) untuk lingkup korporasi. Per Oktober 2022, rating ESG Pertamina mencapai skor 22.1. Peringkat ESG tersebut menempatkan Pertamina berada di peringkat dua secara global dalam sub-industri integrated oil dan gas.


Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network