PURWAKARTA,iNews.id – Makanan khas Jawa Barat seolah tak habis-habisnya untuk dieksplorasi, mulai penganan zaman dulu hingga kekinian. Keanekaragaman makanan dari 26 kota/kabupaten di Jawa Barat tentunya memiliki kekhasan berbeda-beda, terutama kuliner yang tercipta dari hasil olah cipta dan karya para karuhun (leluhur).
Kabupaten Purwakarta salah satunya, menjadi wilayah yang memiliki makanan khas di Jawa Barat. Tidak hanya sate maranggi dan simping (cemilan berbentuk bulat tipis berbahan dasar tepung tapioka) saja yang menjadi kuliner khas dari daerah ini.
Ada satu makanan ekslusif di Kampung Krajan, Desa Cikeris, Kecamatan Bojong. Di kampung ini tersimpan salah satu kuliner warisan karuhun yang jarang diketahui banyak orang. Makanan ini terbilang langka dan biasanya hanya disantap untuk momen-momen tertentu, seperti panen raya atau menjelang puas Ramadhan.
Makanan ini belum pernah dijajakan di kedai-kedai, warung makan atau pun restoran. Wajar jika sebagian besar warga Purwakarta tidak terlalu mengenalnya. Padahal, makanan ini merupakan kekayaan terpendam dan menjadi salah satu makanan khas di Jawa Barat.
Masyarakat setempat menamakannya 'leumeung'. Dalam salah satu literasi disebutkan, leumeung biasanya adalah nasi bakar dalam bambu atau kelapa muda. Hanya saja, di Kampung Krajan ini berbeda, bahan bakunya tidak hanya nasi, tapi berupa ikan, ayam atau daging domba.
Cara memasaknya hampir mirip dengan mengolah sejenis lemang di daerah lain. Namun cara membakar leumeung sedikit unik, sebelum dibakar ujung bambu akan ditutup pakai tanah liat agar tak ada uap keluar.
Begitu pula saat menyantap tidak setiap waktu, hanya disajikan ketika panen raya atau menjelang puasa Ramdhan atau disebut ngaleumeung.
Satu-satunya perajin leumeung yang masih mempertahankan tradisi itu, yakni H Dayat (61) warga Kampung Krajan RT 14/1 Desa Cikeris, Kecamatan Bojong. Dia pun meyakini makanan khas di Jawa Barat ini jauh sebelum sate maranggi berkembang di Purwakarta.
Kemampuan membuat leumeung ini dapat secara turun temurun dari bapak dan kakeknya dulu. Saat ini hanya dirinyalah yang masih memproduksi penganan tradisonal itu.
“Saya tidak tahu persis kapan leumeung itu ada, yang jelas merpakan makanan para karuhun. Hanya saja, dulu waktu masih kecil suka diajak ngaleumeng di sawah bersama keluarga atau tetangga," ujar H Dayat.
Menurutnya, enganan ini dibuat dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Bumbu dasar, seperti batang kecombrang, daun salam, serai, kunyit, kemiri dan bawang daun banyak tersedia di kebun. Bumbu itulah yang sering dimanfaatkan untuk membuat leumeung.
Terlebih banyak pula warga kampung yang memelihara ayam, ikan atau domba. Jadi bumbu yang didapat di kebun sekitar serta hewan ternak yang ada benar-benar diolah menjadi penganan khas.
Dia pun menyebutkan, dari mulai mengolah bumbu, membakar hingga tersaji siap disantap, membutuhkan waktu sekitar 5 jam. Uniknya bagian dalam potongan bambu tidak dibersihkan dulu.
“Justru serbuk alami yang berada di dalam bambu itulah memberikan cita rasa tersendiri. Rasanya akan berbeda jika dibersihkan dulu,” katanya.
Setelah menunggu berjam-jam, akhirnya leumeung pun matang. Sebilah golok langsung membelah bambu yang masih mengepulkan asap. Aroma wangi khas pun menyeruak dan menusuk hidung. Tak sabar rasanya untuk segera melahap habis penganan langka itu.
Di suapan pertama, terasa ada aroma perpaduan bumbu-bumbu rahasia warisan leluhur bercampur dengan ayam dan ikan. Semua bumbu meresap ke dalam daging, benar-benar penuh sensasi. Apalagi tidak ada campuran bumbu penyedap rasa sehingga makanan ini benar-benar alami dan sehat.
Siapa pun bisa mencoba penganan ini, cukup datang ke Kampung Krajan, Desa Cikeris, Kecamatan Bojong, di saat ada panen raya atau menjelang bulan Ramadhan.
Itulah salah satu makanan khas Jawa Barat yang ada di Kabupaten Purwakarta, yang patut Anda coba.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait