Juana (40) Warga Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, KBB, yang mampu mengolah barang rongsokan besi menjadi sebuah karya replika binatang yang bernilai tinggi. (Foto: iNews.id/Adi Haryanto) 

BANDUNG BARAT, iNews.id - Beragam limbah barang rongsok atau onderdil bekas motor yang biasanya memenuhi tempat sampah karena dibuang pemiliknya, ternyata bisa disulap menjadi barang yang bernilai jual tinggi.  Hal tersebut bisa tercipta melalui keuletan dan ketelatenan dari orang-orang yang memang memiliki kreativitas

Sebab tidak mudah membuat limbah apalagi dari barang-barang keras untuk dibentuk menjadi sebuah replika binatang.

Namun di tangan kreatif Juana (40) Warga Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB), barang rongsokan besi bisa dirakit menjadi sebuah karya yang berharga. Alhasil dia pun bisa meraup cuan yang lumayan dari hasil karyanya tersebut. 

Berbagai jenis rongsokan besi seperti cakram sepeda motor, paku, onderdil kendaraan, kawat dan lain-lainnya dikreasikan menjadi sebuah replika hewan. Di antaranya burung hantu, serigala, anjing, laba-laba, burung elang, dan masih banyak lagi.

"Awalnya hanya iseng saja dan dilakukan disaat waktu luang," tuturnya, Minggu (17/7/2022).


Hal itu dilakukan pria yang sehari-hati bertani ini sejak tiga tahun lalu. Di benaknya daripada barang-barang rongsok itu dibuang atau dijual dengan harga yang tidak seberapa, lebih baik dibuat hiasan. Apalagi dirinya juga sering mendapatkan barang-barang bekas motor dari rekan-rekannya. 

"Ya daripada dibuang, saya otak atik, dibuat semacam hiasan hewan berbahan besi. Hasilnya lumayan banyak orang yang tertarik," sambungnya. 

Sejauh ini dari puluhan karyanya ternyata sebagian ada yang membuat orang lain tertarik. Sehingga dia pun mulai berani memajang karyanya di bengkelnya yang sederhana. Alhasil sebagian karyanya sudah ada yang dijual ke pemesan dari Bandung hingga ke Bali.


Menurutnya, untuk menyelesaikan satu kerajinan berbahan besi tergantung dari tingkat kerumitannya. Misalnya, untuk membuat replika burung elang dibutuhkan waktu sekitar dua bulan karena bahan-bahannya cukup sulit diperoleh.

Tingkat kerumitan berdampak kepada harga dari karyanya. Bahkan dirinya mengaku pernah menerima upah hingga belasan juta rupiah dari seseorang kolektor burung di Bandung. Sebab karyanya saat itu sangat sulit dan butuh waktu lama untuk membuatnya.

"Butuh ketelatenan, kesabaran, dan selama ada ide pasti saya coba. Kalau soal harga ada yang dijual Rp200 ribu ada juga yang belasan juta, tergantung desainnya," kata dia. 


Editor : Asep Supiandi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network