Kades Ciasem Baru Indah Aprianti berbincang dengan Dedi Mulyadi. (FOTO: istimewa)

SUBANG, iNews.id - Kades Ciasem Baru, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang Indah Aprianti viral setelah video kericuhan soal pembangunan jalan tersebar luas di media sosial (medsos) TikTok. Tak hanya cantik, Indah Aprianti ternyata bukan orang sembarangan.

Dedi Mulyadi bertemu dan berbincang dengan Kades Ciasem Baru Indah Aprianti mengenai video viral tersebut. Kepada Dedi Mulyadi, Kades Ciasem Baru Indah Aprianti mengatakan, panjang jalan yang sedang dikerjakan itu 250 meter.

Kericuhan bermula pada Minggu 9 Juli 2023, Sahidin Menir, warga Desa Ciasem Baru, datang dan marah-marah di lokasi pekerjaan pembangunan jalan. Sahidin yang merupakan anggota ormas menghentikan pekerjaan karena tidak mau jalan dibangun dengan lebar 3 meter. Dia meminta harus 3,5 meter.

Saat itu, Kades Ciasem Baru Indah Aprianti telah menjelaskan bahwa kesepakatan pembangunan telah melalui sejumlah musyawarah. Memang, ada jalan yang dibangun dengan lebar 3,5 meter karena tidak memiliki bahu jalan.

“Memang ada di situ 3,5 meter karena tidak ada bahu jalan. Kemudian jalan di situ semakin mengerucut. Kalau yang 3,5 meter itu kanan kirinya sawah, nah yang saya mau bangun itu kanan kirinya rumah penduduk sudah tidak mungkin 3,5 meter, nanti bisa kena tiang listrik dan sebagainya,” ujar Kades Ciasem Baru.

Untuk menghindari kericuhan, Indah meminta warga lain untuk berkumpul. Hasilnya warga meminta jalan tetap dikerjakan dengan lebar 3 meter sesuai dengan perhitungan awal. Bahkan warga sukarela pasang badan dengan menandatangani kesepakatan.

“Waktu kami jelaskan soal kenapa hanya 3 meter lebarnya, dia (Sahidin) pergi sambil marah-marah,” ucap Indah.

Indah mengaku kesal dengan ulah Sahidin. Video viral itu lah puncak kekesalan Indah karena terlalu lelah menghadapi oknum warga tersebut. Padahal dia tulus dan transparan memimpin desa. “Makanya semoga dengan ramainya ini (video viral) akan menimbulkan efek jera. Saya sudah kesal banget,” kata Indah.

Kades berusia 28 tahun itu ternyata bukan sosok sembarangan. Indah Aprianti lulusan universitas ternama di Indonesia. 

Meski begitu, Indah memilih untuk mengabdikan diri di desa kelahirannya. “Saya SD, SMP di Ciasem. SMA pindah ke Jakarta. Lulus dari Universitas Indonesia jurusan hukum,” ujar Indah.

“Pantesan wanian (pemberani),” kata Kang Dedi.

Kang Dedi mengatakan, apa yang dialami Indah banyak dirasakan oleh para kepala desa lain. Banyak kepala desa yang kerap berhadapan dengan oknum, baik warga, ormas, maupun wartawan yang ujungnya meminta uang.

Padahal keuangan di desa paling transparan sehingga sangat mudah diakses oleh siapa pun. Kemudahan tersebut dimanfaatkan oleh oknum untuk menekan kepala desa yang ujungnya adalah uang.

“Harus berani. Indonesia butuh anak muda memimpin desa. Tetapi ya itu tadi anak muda yang memiliki intelektual belum tentu tahan menghadapi masyarakat Indonesia yang hari ini banyak tumbuh menjadi organisasi masyarakat, tumbuh menjadi wartawan tapi tidak terdaftar di dewan pers. Ini yang terjadi,” ujar Kang Dedi.

“Makanya fungsi Kemendagri membicarakan ini dengan para kepala desa sehingga kita harus bisa merumuskan kebebasan itu harus bertanggung jawab dengan apa yang dilakukan, jangan sampai desa yang guyub semangat gotong royong tercederai oleh provokator yang ujungnya uang,” tutur dia.

Diberitakan sebelumnya, Sahidin Menir (58) warga Dusun Babakan, Desa Ciasem Baru, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, mengaku kecewa karena dituding preman menolak pembangunan jalan sebagaimana video viral di media sosial. Dia beralasan, fakta sebenarnya tidak seperti postingan video melalui @nengkades di TikTok.

"Saya menyesalkan, kok video yang beredar malah menuding saya sebagai preman dan menolak pembangunan. Faktanya bukan seperti itu. Jelas ini ada pelanggaran dan tentu saja dalam waktu dekat saya akan membuat laporan ke polisi dan ke kejaksaan," kata Sahidin saat dihubungi iNews.id melalui telepon, Jumat (14/07/2023).

Menurut Sahidin, diirinya tidak menolak pembangunan melainkan sebatas meminta kades mengubah lebar jalan yang saat itu akan dibangun 3 meter. Sahidin meminta diubah menjadi 3,5 meter. Alasanya, menyesuaikan dengan jalan lama yang lebarnya memang 3,5 meter.

"Jalan itu kan akses pertanian atau jalur petani mengangkut gabah. Jika dibuat 3 meter, maka akan sempit ketika terjadi papasan kendaraan. Tapi kalau pun tetap harus 3 meter, tidak masalah asalkan bahu jalan diuruk. Sebenarnya bisa saja lebar ditambah panjang dikurangi," ujar dia.

Masukan atau saran yang dikemukakan itu juga sudah disampaikan kepada BPD, Kasipem dan Sekretaris Camat. Mereka, kata dia, menyetujui usulannya karena memang rasional. "Bahkan kasipem kecamatan menyatakan akan mengusulkan itu ke kades," ujar Sahidin.


Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network