KARAWANG, iNews.id - Pilu hidup yang harus dijalani Dikin Zaenudin (76) dan Nueng Suherni (60). Pasangan suami istri (pasutri) lanjut usia (pasutri) di Kabupaten Karawang ini tinggal dalam tenda terpal di tepi saluran irigasi.
Kisah pilu pasutri Abah Dikin dan Emak Nueng ini diunggah oleh akun @halokrw di Instagram. Sejak diunggah pada Jumat (13/10/2023) pagi hingga saat ini telah disukai oleh 4.406 netizen. Unggahan itu pun dibanjiri komentar warganet.
Abah Dikin Zaenudin dan Emak Nueng Suherni tinggal di Dusun Jati, Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengas Dengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Akun @halokrw mengunggah video dan narasi cukup panjang tentang hidup memilukan yang dijalani Abah Dikin dan Emak Nueng. @halokrw mengikuti aktivitas Abah Dikin dan Emak Nueng di lokasi itu.
Dalam video tersebut tampak Abah Dikin dan Emak Nueng tinggal di sebuah tenda terpal palstik dan beralaskan terpal di atas tanah. Abah Dikin dan Emak Nueng tidak memiliki pekerjaan yang bisa menghasilkan uang lebih walaupun sekadar untuk mengontrak kamar lebih layak. Sehari-hari mereka mencari kangkung di saluran irigasi dan dijual untuk membeli beras.
"Ai aya duit nya manggih dahar. Sakapeng mah ngan bisa nginum doang. Nya lamun eweuh nanaon nya puasa. Di dieu ge tibang nyieun sasaungan make terpal. Terpal ge aya nu mere (Kalau ada uang bisa makan. Kalau tidak ada yang minum saja. Kalau tidak ada apa-apa, puasa. Di sini juga hanya membuat gubuk dari terpal. Terpal dari pemberian orang)," kata Abah Dikin.
"Getirnya kehidupan semakin terasa untuk Abah Dikin dan Emak Nueng, di usia mereka yang semakin menua. Karena tidak ada nya penghasilan mereka harus merasakan di usir dari rumah kontrakan mereka. Kemudian dengan barang seadanya mereka pun membangun gubuk terpal di pinggiran tanah irigasi, itu pun beberapa kali mereka merasakan diusir orang," tulis @halokrw.
@halokrw menjelaskan, Abah Dikin dan Emak Nueng turun ke aliran irigasi untuk memetik kangkung liar setiap hari. Dan kemudian di bersihkan dan dijajakan berkeliling oleh Emak Nueng. Jika semua kangkung terjual, Emak Nueng bisa membawa pulang sekitar Rp10.000 sampai Rp15.000. Uang tersebut untuk membeli makan. Karena berhemat, Abah Dikin dan Emak Nueng kerap merasakan kelaparan.
"Bahkan untuk minum pun, mereka minum dari air irigasi tanpa di masak. Tidur dalam tenda terpal, jika siang terasa panas dan malam terasa dingin belum lagi harus berdamai dengan banyak serangga dan binatang seperti ular, tikus atau musang," tulis @halokrw.
Dalam kondisi sangat kekurangan itu, Abah Dikin pernah jadi korban kejahatan orang yang tidak punya hati. Pelaku tegas mencuri uang milik Abah. Padahal uang tersebut akan digunakan untuk makan.
"(karena uangnya hilang), Abah dan Emak hanya makan buah ceri yang tumbuh di tepi jalan sekadar untuk mengganjal lapar," jelas @halokrw.
Melalui unggahan itu, admin @halokrw mengajak warnaet membantu Abah Dikin dan Emak Nueng. "Marilah teman-teman PING kita bantu Abah Dikin dan Emak Nueng agar beliau bisa merasakan kehidupan yang layak di pengujung usia mereka. Salurkan donasi terbaikmu melalui BSI: 7770800808 (ex BSM) Kode bank: 451 A/N : PARTNER IN GOODNESS (PING) DANA : 085694390941. Whatsapp : 085694390941," tulis @halokrw.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait