JAKARTA, iNews.id - Kisah Nabi Yusuf alaisalam (AS) merupakan salah satu nabi yang kisahnya diabadikan Alquran dalam satu surat utuh yakni Surat Yusuf. Nabi Yusuf merupakan putra Nabi Ya'qub yang nasabnya tersambung ke Nabi Ibrahim hingga Nabi Adam AS.
Nabi Yusuf lahir di Syam dari rahim Rahil, istri kedua Nabi Yakub AS. Yusuf dikenal orang yang bijaksana, tampan, dan bisa menafsirkan mimpi.
Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: Orang mulia anak orang mulia anak orang mulia adalah Yusuf ibnu Ya’qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim. Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari secara munfarid. Imam Bukhari meriwayatkannya dari Abdullah ibnu Muhammad, dari Abdus Samad dengan sanad yang sama.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ النَّاسِ أَكْرَمُ قَالَ « أَكْرَمُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاهُمْ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَأَكْرَمُ النَّاسِ يُوسُفُ نَبِىُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَلُونِى » . قَالُوا نَعَمْ . قَالَ « فَخِيَارُكُمْ فِى الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِى الإِسْلاَمِ إِذَا فَقِهُوا »
Imam Bukhari mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abdah, dari Ubaidillah, dari Said ibnu Abu Said, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya, "Siapakah orang yang paling terhormat?" Rasulullah Saw. bersabda: Orang yang paling terhormat di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Mereka berkata, "Bukan itu yang kami tanyakan kepada engkau." Rasulullah Saw. bersabda: Orang yang paling mulia adalah Yusuf Nabi Allah anak Nabi Allah anak Nabi Allah anak kekasih Allah. Mereka berkata, "Bukan itu yang kami tanyakan kepada engkau." Rasulullah Saw. bersabda, "Apakah kalian menanyakan kepadaku tentang orang-orang Arab yang paling mulia?" Mereka menjawab, "Ya." Rasulullah Saw. bersabda: Orang-orang yang terpandang dari kalian di masa Jahiliah adalah orang-orang yang terpandang pula di masa Islam jika mereka mengerti (yakni masuk Islam).
Dalam Surat Yusuf ayat 4, Allah SWT berfirman:
اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ
Artinya: Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mimpi para nabi adalah wahyu. Ulama tafsir telah membahas tentang makna mimpi ini, bahwa ungkapan sebelas bintang dimaksudkan adalah saudara-saudara Nabi Yusuf yang jumlah keseluruhannya ada sebelas orang; jumlah anak Nabi Yaqub ada dua belas orang termasuk Nabi Yusuf.
Takwil mimpi Nabi Yusuf ini baru terealisasi sesudah selang empat puluh tahun kemudian, pendapat lain mengatakan sesudah delapan puluh tahun. Yang demikian itu terjadi ketika Nabi Yusuf mempersilakan kedua orang tuanya untuk menduduki kursi singgasananya, sedangkan semua saudaranya berada di hadapannya.
Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf "Wahai ayahku, inilah tabir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan.”(Yusuf: 100)
Di dalam sebuah hadis disebutkan nama bintang-bintang yang sebelas tersebut.
Dari Jabir yang menceritakan bahwa seorang Yahudi yang dikenal dengan nama Bustanah datang menghadap Nabi Saw., lalu bertanya, "Hai Muhammad, ceritakanlah kepadaku bintang-bintang yang dilihat oleh Yusuf dalam mimpinya bersujud kepadanya, apa sajakah nama-nama bintang-bintang tersebut?" Rasulullah Saw. diam sesaat, tidak menjawab sepatah kata pun. Lalu Jibril a. turun dan menceritakan kepada Nabi Saw. semua nama bintang itu. Maka Nabi Saw. menyuruh agar lelaki Yahudi itu dipanggil menghadap.
Setelah lelaki Yahudi itu sampai, maka Nabi Saw. bertanya, "Apakah engkau mau beriman jika aku sebutkan kepadamu nama bintang-bintang itu?" Lelaki Yahudi itu menjawab, "Ya." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Jiryan, Tariq, Zayyal, Zul Kanfat, Qabis, Wassab, Amudan, Faliq, Misbah, Daruh, Zul Farag, Diya, dan Nur. Lelaki Yahudi itu berkata, "Memang benar, demi Allah, itulah nama bintang-bintang tersebut."
Di dalam riwayatnya ditambahkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:
"Setelah Yusuf melihat mimpinya itu dan ia menceritakannya kepada ayahnya Ya’qub, maka Ya’qub berkata kepadanya, "Ini merupakan suatu perkara yang berpecah belah, lalu Allah menghimpunkannya kembali sesudah itu.” Matahari adalah ayahnya, sedangkan bulan adalah ibunya.
Allah SWT berfirman:
قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Ayahnya berkata "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Surat Yusuf: 5)
Allah Swt menyebutkan tentang perkataan Nabi Yaqub kepada anaknya yaitu Nabi Yusuf setelah menceritakan kepadanya apa yang telah dilihatnya dalam mimpinya itu. Mimpi itu berarti bahwa kelak semua saudara Yusuf akan tunduk dan menghormatinya dengan penghormatan yang sangat besar; karena kelak mereka akan bersujud kepadanya demi menghormati, mengagungkan, dan memuliakannya.
Mendengar penuturan Yusuf, ayahnya Yaqub merasa khawatir bila Yusuf menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya, karena mereka pasti akan merasa dengki terhadapnya, lalu mereka akan membuat tipu daya untuk membinasakannya.
Di dalam sebuah hadis dari Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Apabila seseorang di antara kalian melihat (dalam mimpinya) sesuatu yang disukainya, hendaklah ia membicarakannya. Dan apabila ia melihat sesuatu yang tidak disukainya, hendaklah ia beralih ke sisi yang lain (dalam tidurnya), lalu hendaklah ia meludah ke arah kirinya sebanyak tiga kali dan hendaklah ia minta perlindungan kepada Allah dari kejahatan mimptnya itu, dan janganlah ia membicarakannya kepada seorang pun; maka sesungguhnya mimpi buruknya itu tidak akan membahayakannya.
Jadikanlah menyembunyikan tujuan sebagai sarana untuk meraih hal-hal yang didambakan, karena sesungguhnya semua orang yang beroleh kenikmatan itu ada yang iri kepadanya.
Kasih sayang Ya'qub kepada Yusuf membuat iri hati saudara-saudaranya. Hal ini dikisahkan dalam Alquran. "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.
"Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayah kalian tertumpah kepada kalian saja. dan sesudah itu hendaklah kalian menjadi orang-orang yang baik.” Seorang di antara mereka berkata, "Janganlah kalian bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kalian hendak berbuat.”
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa saudara Yusuf yang tertua adalah Rubel, dialah yang mengatakan demikian. Menurut As-Saddi, orang yang mengusulkan demikian adalah Yahuza; sedangkan menurut Mujahid adalah Syamun As-Safa.
Setelah mereka bersekongkol untuk mengambil Yusuf dan akan membuangnya ke dasar sumur—seperti pendapat yang diutarakan oleh saudara tertua mereka Rubel—, lalu mereka datang menghadap ayah mereka (yaitu Yaqub a.s.) dan mereka berkata:
"Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya. (Yusuf: 11)
Apa yang disebutkan oleh ayat ini merupakan pendahuluan, sekaligus sebagai pengakuan akan kejujuran mereka, padahal mereka bermaksud lain dari itu, karena di dalam hati mereka terpendam rasa dengki dan iri hati, mengingat cinta kasih ayah mereka lebih besar kepada Yusuf daripada kepada mereka.
Biarkanlah dia pergi bersama kami. (Yusuf: 12)
Berkata Yaqub, "Sesungguhnya kepergian kalian bersama Yusuf amat menyedihkan dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedangkan kalian lengah darinya.” Mereka berkata, "Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedangkan kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi."
Allah Swt. menceritakan perihal Nabi Yaqub, bahwa ia berkata kepada anak-anaknya dalam jawaban permintaan mereka yang meminta kepadanya agar membiarkan Yusuf pergi bersama mereka ke tempat penggembalaan ternak di padang sahara.
Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur (lalu mereka masukkan dia), dan (di waktu dia sudah dalam sumur), Kami wahyukan kepada Yusuf, "Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan-perbuatan mereka ini, sedangkan mereka tiada ingat lagi.”
Allah Swt. menceritakan bahwa setelah Yusuf dibawa oleh saudara-saudaranya dari sisi ayahnya sesudah mereka mendesaknya.
dan mereka sepakat untuk memasukkannya ke dasar sumur. (Yusuf: 15)
Hal ini menggambarkan tentang perbuatan mereka yang sangat jahat, yaitu sepakat untuk mencampakkan Yusuf ke dasar sumur tersebut. Mereka berpura-pura mengambil Yusuf dari sisi ayah mereka sebagai penghormatan mereka kepadanya, untuk menenangkan hatinya serta untuk menggembirakannya.
Menurut suatu pendapat, sesungguhnya Yaqub a.s. ketika melepas Yusuf pergi bersama mereka terlebih dahulu memeluk, menciumi, dan mendoakannya.
Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis. Mereka berkata, " Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar.” Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Yaqub berkata, "Sebenarnya diri kalian sendiri yang memandang baik perbuatan (yang buruk) ini; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan.”
Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air mereka, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata, "Oh, kabar gembira, ini seorang anak muda!" Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.
Lalu si pembeli berkata, "Siapakah yang akan membeli anak ini sebagai penghibur hatinya?" Maka Yusuf dibeli oleh raja yang muslim.
Orang yang membelinya dari negeri Mesir itu adalah Aziz negeri Mesir, yakni perdana menterinya..
Wallahu A'lam Bishshawab. (bersambung)
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait